Implikasi Pasraman Keluarga terhadap Pendidikan berbasis
Online ditengah Pandemi Covid-19
Pandemi covid-19 sangat
memberikan dampak serius bagi perkembangan dalam dunia pendidikan. Sudah 2
bulan pelajar di Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya belajar dari
rumah. Anak mulai rindu akan sosialisasi dengan sahabat – sahabatnya di
sekolah. Anak mulai merasa orang tua lebih galak mengajarkannya dirumah
ketimbang gurunya di sekolah. Anak lebih menginginkan sekolah biasa
dibandingkan harus terus tetap dirumah saja saat belajar. Ini sekilas curhatan
anak – anak di lingkungan Sekolah Dasar Swasta dan Negeri yang ditemui penulis.
Hal, yang berbeda nampak dilingkungan Kampus. Dari Pandemi Covid -19 ini
mahasiswa yang berada pada lintas Kabupaten yang kuliah di tengah Kota Denpasar
merasa bersyukur dengan Pandemi ini. Mahasiswa dapat kuliah jarak jauh dari
kampungnya masing – masing, dapat mengerjakan aktivitas sampingan dirumahnya
masing – masing sehingga pengeluarannya dapat diminimalisir. Soroti sekarang
orang tua Pelajar dari PG hingga Sekolah Menengah, Atas pun juga Perguruan Tinggi.
Dari sekian banyaknya orang tua pelajar dirasa tingkat kesadaran mengenai
pendidikan anak masih dirasa sekedar saja, karena orang tua juga disibukkan
dengan pekerjaan mereka yang menuntut pada bekal survive saat pandemic covid-19
ini. Hal ini urgent mengenai plus – minusnya sekolah di rumah. Siapa yang perlu
mengambil peran dalam hal ini ?, Masihkan Keluarga menjadi sangat penting
sekali ketimbang sekolah formal?, Bagaimanakah Orang tua mampu memanagament
anak supaya merasa dekat secara emosional dan psikisnya terjaga membahas konsep
secara praktis pelajaran sekolah di rumah ?, mari Pawacen laca – laca saka siki (hitung – hitung satu persatu) mulai
buka lensa pasraman yang wadahnya jiwa pendidikan Hindu.
Lensa Pasraman Keluarga Hindu, secara sosiologis pendidikan
memang dimulai dari dalam keluarga. Terjalinnya Komunikasi juga berada dalam
keluargan dari Ayah, Ibu dan Anak. Ketiga status dalam keluarga ini sering
disebut Keluarga Batih (Inti). Komunikasi dan interaksi terlebih dahulu dijalin
kata para pakar sosiolog. Dalam Lontar
Beberatan Wong Beling , Lontar Sisya Sasana, Lontar Putra Sasana, Sarasamuscaya
maupun Kitab Pancama Weda (Bhawagadgita) ajaran mengenai pendidikan dalam
keluarga ini sangat dijelaskan jika memang umat hindu melek dengan sastra
dresta (demen mamaca/suka membaca). Wadah pendidikan hindu sering diistilahkan
Pasraman atau asram, Pasraman adalah tempat berdinamika dan berproses dalam
mendewasakan diri dengan adaftasi lingkungan. Pasraman sering disebut juga
pradaban belajar salah satunya. Bahkan mendalamnya jika dianalisis sepanjang
manusia dalam proses belajar adalah pasraman. Lalu dimana itu pasraman ??. “Everything is Pasraman “ selama ada
proses belajar. Karena dalam pembelajaran di tingkat PG maupun Kuliah tidak ada
lagi istilah mentuankan yang lebih bisa tapi belajar bersama (study together).
Kurikulum pasraman hanyalah syarat administrative dari praktis pendidikan.
Pendidikan dalam pasraman sesungguhnya menempa pribadi dari variatif karakter
anak yang dimiliki sejak dalam kandungan menurut Lontar Beberatan Wong Beling.
Back to Pasraman Keluarga, Pasraman Keluarga sangat penting dimengerti
dan diayomi sebagai wahana pertama dan utama dalam perkembangan anak didik.
Punya anak lebih dari satu jadi pengajaran dan pembelajaran dari pendamping
yakni orang tua terhadap anak. Punya anak lebih dari satu dengan varietas
sifanya berbeda – beda bakatnya berbeda beda, hindari orang tua memilih satu
model bimbingan ke anak yang berbeda kebutuhannya. Anak kurang mampu di satu
sector praktis pelajaran di rumah, tidak harus dipaksa. Itu yang kadang
menyebabkan anak menjadi stress, bahkan boring dengan orang tuanya yang terlalu
memaksa belajar. “Pendidikan membawa
kebebasan bukan mengikat” sabda dari Maha Rsi Parasurama kepada Karna sama
halnya bapak menteri pendidikan dan kebudayan menerappkan budaya belajar
merdeka atau merdeka belajar. Sang Meraga Tri Kasinanggah Guru (Guru
Rupaka/Orang Tua, Guru Pengajian/Guru disekolah dan Guru Wisesa/Pemerintah)
tidak serta merta menerapkan role model namun mengesampingkan Kebebasan
Humanitas Personal. “Ibarat filsafat Ikan
yang sudah biasa di dalam air di paksa untuk memanjat pohon” ucapan yang dikutip dari Kedutaan Firlandia
yang mengkritisi kebijakan UNESCO dalam menerapkan model Pendidikan
Internasional.
Pasraman Keluarga ditengah
covid-19 ini sangat penting dan menjadi preoritas anak membangun kedekatan
dengan orang tuanya. Mendidik anak untuk mebantu orang tua dalam pekerjaan
rumahnya. Dan orang tua juga mengerti dengan sikap anaknya sehari – hari tidak
serta merta terus menyalahkan sekolah formal saja. Anaknya baru dibentak oleh
salah satu oknum gurunya di sekolah negeri maupu swasta lalu orang tua mengadu
ke pihak ke polisian. Gurunya kemudian dipenjara. Fenomena ini marak terjadi.
Maka dari pandemic covid -19 ini orang tua diajak mulat sarira tidak serta
merta pendidikan secara penuh diserahkan di sekolah, dirumah sangat lebih
penting kemudian. Sesibuk apapun orang tua dalam merawat anaknya dalam kitab
Sarasamuscaya dijelaskan Annadata, Pranadatta, Sarirakertam ini tugas orang tua
dalam memanusiakan anaknya. Memanusiakan maksudnya mengarahkan dalam
peningkatan pendewasaan,
Mengenai Pembelajaran Online yang terus dilakukan oleh
pihak sekolah formal sampai detik ini yang melibatkan aktivitas anak dan
pendampingan orang tua juga perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan.
Karena pembelajaran online di kawasan yang dibilang “kota” mungkin sangat
relevan diterapkan namun didaerah “pedesaan” maupu terisolir, bagaimana
kemudian pembelajaran dari guru yang mengajar di tempat itu menerapkannya,
sedangkan anak saja belum punya gadget atau Hp Android, karena status orang
tuanya juga hanya pekerjaannya harian lepas dan berada pada stratifikasi
masyarakat golongan menengah ke bawah. Mencukupi dan survive untuk ekonomi saja
sudah berat apalagi membelikan HP atau gadget anak, dan aopakah yakin akan
terawasi juga??, sedangakan orang tuanya sibuk mencari pekerjaan untuk
kebutuhan keluarganya. Solusi ini perlu dipikirkan ditengah Pandemi Covid -19
ini.
Dampak positif dan
negative yang disebabkan dari pasraman keluarga ini ssangat banyak seperti
pemaparan diatas, namun siapa yang perlu disalahakan?, tidak perlu menyalahkan
siapapun karena dalam hal ini yang paling penting adalah penyesuaian dan
bertahan untuk pendidikan anak dan hidup sehari – hari perlu diseimbangkan.
Mari terus jaga Sradha dan Bhakti, Jemetang
Mekarya Ayu (serius dalam bekerja baik) dan terus membaca peluang
kesempatan belajar dan bekerja dari rumah. Bangun kesadaran orang tua dan anak
bahwa dalam keluarga bisa mengatasi masalah pembelajaran online ditengah
pandemi covid-19 ini. Lebih sering – sering ke Merajan, Sanggah Kemulan atau
Kawitan untuk sebagai sarana secara religiustitas mengatasi covid-19 ini karena
tanpa berdoa usaha hanya sia – sia saja.
Jadi solusi yang
ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan kembali untuk dipilah terlebih
dahulu dan dipilih solusi berikut yang prioritas mengahadapi tantangan implikasi
pasraman keluarga hindu ditengah wabah pandemi covid 19 ini adalah (1) Bangun
suasana belajar bersama di dalam keluarga bahwa orang tua mau mendengarkan
keluh kesah anak dalam belajar dan diberikan materi ajar dari sekolahnya secara
online (2)Tingkatkan Sradha dan bhakti serta mulat sarira didalam Keluarga (3)
Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam
bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja
konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Lihatlah peluang kerja dan
belajar untuk bisa survive hidup dalam keluarga ditengah wabah covid-19 ini.
(6) Seluruh steakholder dalam keluarga dituntun untuk berpikir kreatif untuk
menyeimbangkan antara bertahan sehat dari sisi kesehatan dan bertahan makan dari sisi ekonomi. (7)
Apabila anak - anak tidak punya hp android saat mengakses pembelajaran online
alternatifnya adalah orang tuanya mendidik anaknya sesuai amateri yang
disampikan gurunya secara online dalam bentuk praktek keseharian. (8) Yad
bhawan tad bhawati lakukanlan dalam keluarga berpikir selalu positif, jika
selalu berpikir positif niscaya kesehatan dapat terjaga ekonomipun tetap dalam
keseimbangan. Karena dalam Sradha Hindu apapun yang dipikirkan maka itulah yang
terjadi.
No comments:
Post a Comment