Sunday, April 16, 2017

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM LONTAR TUTUR JATI SWARA


Oleh : IPTW. CANDRA PRAWARTANA, S.Pd

  Analisis Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Lontar Tutur Jatiswara
(Perspektif Pendidikan Agama Hindu)






Oleh
I Putu Widya Candra Prawartana, S.Pd







  PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
 INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2017





Om Swastyastu,.
“Om Awighanamastu Namo Sidham”

Sembah Abivadanam berlandaskan kesucian hati, penulis haturkan   kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana di Sapta Loka, Beliau yang berwujud Nirguna Brahman maupun Saguna Brahman karena atas anugrah-Nya, penulis telah mampu  mempersembahkan secarik tulisan pada makalah ini yang berjudul:  “Peranan Ajaran Astangga Yoga Patanjali dan Relevansinya untuk merefresh kembali mental kaum remaja masa kini dikaji dalam Perspektif Yoga Darsana”, makalah ini disajikan pertama kehadapan Brahman atau Ida Sang Hyang Widi Wasa  yang Maha Agung, kehadapan Hyang Suci Maha Rsi Patanjali yang mendirikan Filsafat Yoga, kehadapan Dang Acarya atau Guru Suci dan  kepada pembingbing penulis sekaligus sebagai dosen pengampu mata kuliah filsafat, serta seluruh siswa dan mahasiswa Hindu, beserta seluruh masyarakat Hindu di Indonesia. Semoga makalah ini bermanfaat untuk bisa memperluas cakrawala ilmu pengetahuan terutama bagi kaum remaja saat ini dan kepada penekun yoga sutra Patanjali yang sampai saat ini masih Eksis melestarikan ajaran yoga hingga mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga ke dunia Barat.
            Adapun misi yang di emban oleh makalah ini adalah untuk merekontruksi kembali mental atau psikis kaum remaja Hindu, mengingat serta menyimak fenomena saat - saat ini mental kaum remaja semakin hari  semakin mengalami degradasi mental yang mengarahkan perbuatannya ke  suatu hal yang bersifat menyimpang.  agar dapat kembali mentalnya kearah positif melalui faedah ajaran Astangga Yoga Patanjali.
            Hasil goresan tangan penulis ini tidak akan dapat terwujud apabila tidak adanya bantuan uluran tangan dari semua pihak, dari Bapak dosen pengajar mata kuliah Filsafat Hindu , dari rekan - rekan kelas A2 yang sudah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk bisa menyelesaiakan tugas ini. Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi - tingginya kepada semua pihak yang turut serta dalam pembuatan makalah ini.
Seperti telah penulis sampaikan di awal, bila di kemudian hari terjadi kesalahan transliterasi, terjemahan ataupun kesalahan cetak, dengan kerendahan hati penulis mohon maaf. Serta demi kesempurnaan paper ini, tegur sapa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. 
Om Ksamasvamam,-                                                                                                                      Om Santih, Santih, Santih Om-                                            

Denpasar,  Desember 2014

               Penulis



Abstrak
          Penulisan makalah ini berjudul : “Peranan Ajaran Astangga Yoga Patanjali dan Relevansinya untuk merefresh kembali mental kaum remaja masa kini dikaji dalam Perspektif Yoga Darsana”, dalam penyajian makalah ini, mempergunakan latar belakang bentuk permasalah yang dilihat oleh penulis yakni masalah mental dari kaum remaja masa kini yang semakin hari - semakain mengalami degradasi mental.
             Adapun rumusan masalah yang dinyataklan dalam pembuatan makalh ini yaitu 1) Apakah Definisi Yoga secara singkat?, 2).Apakah Pengertian Astangga Yoga ?, 3) Bagaimanakah tahapan - tahapan  dari Astangga Yoga?, 4) Bagaimanakah relevansi Astangga Yoga dalam merefresh kembali Mental Remaja Manfaat apakah yang dapat diperoleh setelah melakukan astangga Yoga?.
            Dalam pembahasannya penulis menyatakan dalam tulisan ini mengenai landasan teori dan pustaka yang dipergunakan yang paling dominan dalam pembuatan makalah ini adalah lansdasan dari teori Religi dan teori Filssafat, konsep yang dituangkan dalam makalah ini oleh penulis adalah mengenai astangga yoga, merefreskembali mental, tahapan - tahapan astangga yoga dan manfaat yang diperoleh oleh remaja setelah melakukan astngga yoga.
            Dalam kegunaan atau studi kasusnya dalam makalah ini mengambil sasaran objek yakni remaja yang masih rancu pemikirannya karena selalu banyak problem yang tidak diketahui oleh golongan dewasa saat ini, jadi remaja berperan penting dalam pelestarian budaya yoga sutra Patanjali.
            Dalam kepustakaannya mengambil dari buku dan majalah, misalnya dari buku Agama Hindu karangan I Kertut Bantas, dari  buku Intisari agama hindu dari Ramanda Prasad dll. Oleh karenanya untuk mnenjadi acuan saat menulis makal ini.
 Kata Kunci : Astangga Yoga, Tahapan Astangga Yoga, Mental Remaja masa Kini, Yoga Sutra Patanjali    
 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perkembangan mengenai teknologi dan komunikasi terus berkembang dengan pesatnya, seiring dengan peradabaan zaman yang sekarang disebut dengan, zaman globalisasi bahkan mengarah pada perdagangan bebas disisi lain para ilmuan sedang kiat - kiatnya melakukan penelitian, mengenai perkembangan zaman setelah zaman globalisasi akan diperkirakan adanya zaman Nino. Zaman Nino diperkirakan lebih canggih lagi dibandingkan dengan zamn sekarang ini yaitu zaman globalisasi.
Perkembangan zaman Nino diperkirakan segala yang diucapkan akan terjadi misalnya saja sekarang membaca buku masih lewat media atau alat misalnya denga Gadget, Tab, Android, bahkan chatingan saja di sosmed masih mempergunakan media, tapi pada zaman Nino tersebut segala diucapakan menggunakan Chip atau radar misalnya manusia menginginkan membaca buku langsung tibul buku dalam bentuk layar besar di atas kepala secara tembus pandang mampu manusia untuk membaca buku tersebut, dari segi makanan diperkirakan manusia tidak akan makan misalnya dengan adanya sepiring nasi, segelas air tapi zaman nino memakai secara efesien dan praktis dengan tablet berupa pil didalamnya sudah terdapat kandungan empat sehat lima sempurna, bahkan disaat manusia meminum pil tersebut manusia sudah merasakan telah kenyang, bahkan dosisnya dia atur sama dengan makan, kalau manusia makan di zaman globalisasi setiap tiga kali sehari di zaman Nino juga seperti itu manusia minum Pil tersebut tiga kali sehari, sama dengan ketika manusia di kasi resep minum obat oleh dokter ketika sakit, ini telah giat - giatnya para ilmuan Amerika, Inggris, dan Belanda melakukan penelitian untuk keberlangsungan zaman selanjutnya. (dikutip dari Majalah Sains, 2014 : 4).
Jika menilik kembali di zaman globalisai saat ini, banyak manusia mengejar unsur material bahkan melupakan unsur kejiwaan yang menjiwai material tesebut, banyak Peneliti sebagai ilmuan di belahan dunia barat sedang meneliti unsur kejiwaan yang menjiwai unsur material ini, para Peneliti atau Ilmuan mengkaji unsur atau secara Saintis mengenai unsur Energi yang dibahasakan dengan meninjau tentang hukum kekekalan energy yaitu “energy tidak bisa di musnahkan, dilumpuhkan ataupun diciptakan tetapi energy bersifat kekal abadi sepanjang hayat”, kalau saja energy bersifat kekal abadi berarti nama lain dari energy yang kekal abadi ini adalah Energy Spiritual.
 Energy Spiritual berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dalam tijauan agama Hindu disebut Brahman, Energi Spiritual sama dengan sifat - sifat Brahman ( Asta Iswarya yaitu delapan kemahakuasan Tuhan,) serta berwujud Paramatman yaitu sumber Atman, kalau secara radikal diingat mengenai sifat - sifat Atma bahwasannnya atma tidak bisa dibakar oleh api, tidak mampu dibasahi oleh air,tidak mampu dikeringkan oleh angin, dll. Jadi Atma bersifat kekal abadi. Ini sama dengan  sifat Atma dengan sifat energy berarti energy Spiritual merupakan energy untuk melihat Sang Jiwa dalam diri.
Dalam sebuah Artikel kecil di media social facebook, penulis temukan bahwa hanya dengan ucapan bahkan pikiran saja setetes unsur molekul  air dapat berpengaruh, hal in dideteksi oleh alat, misalnya setetes air dipikirkan dengan hal positif maka setelah dideteksi maka unsur molekul air tersebut tersusun rapi, sama halnya jika pikiran terhadap air tersebut negative maka setelah dideteksi maka molekul air tersebut tersusun sangat - sangat rancu bahkan kabur, ini berarti energy dari elektromagnetik pikiran dan ucapan dapat mempengaruhi molekul air, jika ini dikaji dari segi ilmu religi Hindu ini disebut manacika dan wacika yang patut di parisudha, namun Jika dikaji lewat Sanis maka hal ini tidak terlepas dari sifat - sifat Anomali Air atau  sifat gerak molekul air, jadi antara Ilmu Sains dan Ilmu Religi Hindu ada hubungan yang sangat erat, Unsur energy Spiritual dapat berguna untuk menyusun kembali molekul - molekul atom yang ada pada ruang cosmic seperti semula yang sebelumnya telah molekul tersebut tidak tersusun rapi, karena pengaruh elektromagnetik pikiran manusia yanmg saat ini di Zaman Globalisasi terus berpikiran ke arah menyimpang ataupun negatif.
Unsur energy spiritual saat ini telah ditekuni oleh kaum barat bahkan oleh Turis mancanegara utamanya Yoga, Yoga merupakan salah satu sistem filsafat jajaran Astika yang meyakini adanya otoritas Veda, bahkan pada Airport di Bandara SanFrancisco, Dallas Fort Worth dan Chicago O’Hare, tepatnya di Helsinki, Finlandia  menawarkan Yoga bagi Turis yang Stress artinya penumpang pesawat yang terbang dari Helsinki sekarang dapat mengurangi Stress perjalanan dengan berpartisipasi dalam Kursus Yoga dan Pilates sebelum penerbangan, yang ditawarkan melalui TravelLab di Airport, yang bertujuan untuk memperbaiki kenyamanan pengalaman saat terbang (dikutip dari Majalah Media Hindu September 2014 Edisi 127 : 6).
Begitu telah berkembangnya Unsur energy Spiritual terutama Yoga untuk menenangkan mentallitas umat manusia, Ajaran Yoga merupakan ajaran yang sangat – sangat Tua dan juga sangat - sangat classic karena didirika pada zaman dulu ole Maha Rsi Patanjali namanya, ajaran yoga meruipak ajaran yang menekankan pada pencarian jati diri, dalam kelompok filsafat Timur, Yoga digolongkan kedalam Sad Darsana (enam cara pandang filsafat), yoga disebut pula Yoga Darsana, dalam Yoga Darsana pula dijelaskan oleh  Maha Rsi patanjali bahwa adanya Astangga Yoga (Dalam buku Kidung Kelepasan Patanjali karangan Anatta Gotama, 1998). Astangga Yoga merupakan delapan tahapan Yoga yang disusun Maha Rsi Patanjali.
Pentingnya, mempelajari Yoga Patanjali, dapat pula dilakukan terhadap kaum remaja saat ini karena mengingat kaum remaja saat ini  jika disimak di media masa banyaknya mental Remaja telah mengalami degradasi mental karena pengaruh teknologi yang dipergunakan menyimpang misalnya, kaum generasi muda telah mengenal Napsa, merokok sudah barang biasa bagi kaum remaja masa kini, Minum - Minuman keras, sex bebas, Trek - trekan dll. Ini merupakan cerminan dari mental generasi muda yang semakin hari - semakin menurun, energy yang Positif dalam diri kaum nremaja berubah menjadi energy yang negative sehingga tidak mampu lagi tau jati diri arah dan tujuan hidupnya.
Oleh karenanya, ajaran Astangga Yoga patanjali ingin dalam tulisan ini merelevansikan dengan keadaan mental kaum remaja saat ini untuk di refresh kembali seperti semula dengan ajaran Astangga Yoga patanjali, dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai bagaimana menerapkan ajaran astangga yoga bagi kaum remaja dan mencari jati diri bagi setiap insan kaum Remaja saat ini
.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah Definisi Yoga secara singkat ?
1.2.2        Apakah Pengertian Astangga Yoga ?
1.2.3        Bagaimanakah tahapan - tahapan  dari Astangga Yoga?
1.2.4        Bagaimanakah relevansi Astangga Yoga dalam merefresh kembali Mental Remaja?
1.2.5        Manfaat apakah yang dapat diperoleh setelah melakukan astangga Yoga?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Untuk mengetahui definisi yoga
1.3.2        Untuk memahami pengertian astangga yoga
1.3.3        Untuk mengenal tahap - tahapan dari astangga yoga
1.3.4        Mampu memaknai relevansi astangga yoga bagi kaum remaja dan manfaat yang diperoleh

1.4  Manfaat Penulisan
1.4.1        Dapat mengetahui definisi yoga
1.4.2        Dapat memahami astangga yoga
1.4.3        Dapat menganal tahap - tahapan  dari astangga yoga
1.4.4        Dapat memaknai relevansi astangga yoga bagi kaum remaja dan manfaat yang diperoleh bagi kaum remaja 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Yoga
            Yoga merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk menjaga Pikiran dan Badan agar selalu dalam keadaan seimbang dan tidak mudah diserang penyakit. Sebab dijaman globalisasi ini manusia sering bekerja, melebihi kemampuan Pikiran (rohani), untuk berpikir dan melebihi kemampuan Badan (jasmani) untuk melakukan pekerjaan. Hal ini terjadi tidak saja di daerah perkotaan, tetapi sampai kepelosok desa yang terpencil. Sehingga manusia mudah diserang penyakit pikiran dan jasmani. Penyakit pikiran, seperti: kesedihan, depresi, malas, emosi, anarkis, stress, yang disebut dengan “Rohani” dan akhirnya berakibat kepada penyakit Badan yang sering disebut dengan “Jasmani”, seperti: lemas, panas dingin, meriang, kesemutan, struk. Ketika rohani dan jasmani terserang penyakit, maka aktivitas manusia secara individu akan terganggu bahkan dapat berhenti secara permanen. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan cara melakukan Yoga. Disamping penyakit, yang disebabkan oleh diri sendiri, terdapat juga penyakit yang bersumber dari pembawaan hidup, sebagai manusia.
Secara Etimologis Kata “Yoga” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “yuj”, kemudian berkembang menjadi bahasa Inggris “Yoke”, bahasa latin “Yogum” dan juga disebut “Concujal”, yang artinya; mengendalikan pangkal penyebab kemalangan manusia yang dapat mempengaruhi “pikiran dan badan, atau rohani dan jasmani”.Yoga adalah suatu sistem yang sistematis untuk melakukan latihan rohani untuk mencapai ketenangan batin dan melakukan latihan fisik untuk mencapai kesehatan fisik, sehingga yoga dapat dikatakan sebagai latihan jasmani dan rohani secara kontinyu untuk mencapai kesehatan jasmani dan rohani. Disebut dengan “jiwan mukti”. Untuk menyatukan “Badan” dengan “Alam”, dan menyatukan “pikiran, yang disebut Jiwa” dengan “Roh” yang sering disebut Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga disebut dengan “Moksah”. Setelah memperoleh pengertian tentang yoga, maka yang perlu diperhatikan adalah gerak pikiran, yang paling liar dan paling sulit untuk dikendalikan. Agar terfocus terhadap pelaksanaan yoga yang baik. Bagaimana pikiran itu dinyatakan sebagai pikiran yang baik, oleh karena itu modul berikutnya yang akan dibahas adalah tentang “Pikiran”.
(Bantas, 2002 : 11.3) menyatakan bahwa yoga adalah suatu sistem filsafat dan salah satu  bagian dari enam filsafat India yang acap kali disebut Sad Darsana keenam sistem filsafat tersebut ditulis dalam bentuk sutra yaitu rumus - rumus dalam bentuk kalimat  pendek, hal tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mempermudah mengingat.
(Patanjali yoga sutra I.1 dalam Bantas, 2002 :11.4) dinyatakan : “ Yogascitta vriti niroddhah” artinya pengendalian gelombang - gelombang pikiran dalam pikiran  (Maswinara,1999 : 163) kata yoga berasal dari akar kata “yuj” dalam Sansekerta yang berarti menghubungkan dan juga yoga  merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan penyatuan roh pribadi dan roh tertinggi.
Yoga adalah Yoga, bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan agama atau kepercayaan tertentu. Yoga merupakan suatu tehnik spiritual yang lebih tua dari agama apa pun juga di dunia, termasuk agama Hindu, agama tertua dalam catatan sejarah manusia. Yoga (Aksara Dewanagari योग) dari bahasa Sanskerta (योग) berarti "penyatuan", yang bermakna penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.
Kesimpulan dari kajian literatur diatas, yakni Yoga merupakan  Sistem Filsafat India dan bagian dari Sad Darsana (Enam filsafat menurut pandangan Maha Rsi)  yang spesifikasinya terdapat dalam Yoga Darsana menurut Maha Rsi Patanjali yang  memiliki rmakna suatu proses pengendalian  aktivitas pikiran dan  penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi “(sangkan paraning dumadi)”.
2.2  Pengertian Astangga Yoga
             (Bantas, 2002 : 11.31) Kata Astangga terdiri dari kata asta dan angga, asta berarti delapan, angga berarti badan, jadi secara harifiah astangga yoga berarti delapan badan yoga. Dapat juga diartikan sebagai delapan tahap yoga atau delapan tingkatan yoga. Dalam yoga sutra Patanjali yoga darsana II.29 terdapat keterangan tentang astangga yoga sebagi berikut :
            Yama niyamaasana pranayama pratyahara dharana dhayana Samadhi yo’stavanggani
            Artinya Yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhayana, dan Samadhi, semua ini adalah delapan bagian yoga.
            Astangga juga disebut sebagai sistem yoga untuk mematahkan perputaran yang tiada putus - putusnya itu dengan secra bertahap meniadakan segala klesa serta memberhentikan wrtti, hal ini hanya dapat tercapai dengan melalui usaha yang terus menerus dan dengan melalui keadaan yang tanpa nafsu (wairagya). Hanya dengan usaha yang panjang manusia akan dapat membedakan kebiasaan untuk lepas dari pada nafsu - nafsu, sehingga dapat membedakan antara pribadi dan bukan pribadi. Perincian ini telah jelas dikemukakan dalam Astangga Yoga (Prof.Harun Hadiwiyono, 1965 :72).
2.3  Tahap - tahapan dari Astangga Yoga
            Delapan tahap ajaran astngga  yoga ini, merupakan tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam ajaran yoga. Di bawah ini diuraikan masing masing bagian astangga yoga tersebut, yaitu:
1.Yama
Yama adalah pengendalian diri tahap pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri. Pada tahap ini latihan diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih (ahimsa/ tidak menyakiti). Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap berikutnya, sebab dengan cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan pikiran yang tenang dan damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu seseorang dalam tajap – tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah kebahagiaan rohani dan ketenangan pikiran yang mendalam.
Yama terdiri dari lima aspek yang prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya, brahmacarya, dan aparigraha.
 a. Ahimsa
Ahimsa berarti tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain baik melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan. Pengertian ahimsa banyak menyimpang dari segi makna yang sebenarnya. Pengertian tidak menyakiti atau melukai orang atau membunuh sesuatu yang hidup, janganlah ditafsirkan artinya yang sangat ekstrim. Pengertian yang sedemikian itu bukanlah didasari pengertian terhadap ahimsa yang benar, karena sikap sedemikian ini jelas mengakibatkan keresahan dimasyarakat.
 b. Satya
Satya diartikan sebagai gerak pikiran yang patut untuk diambil menuju kebenaran, yang di dalam prakteknya meliputi penggunaan kata-kata yang tepat dan dilandasi kebijakan untuk mencapai kebaikan bersama. Jadi satyam tidak dapat sepenuhnya diterjemahkan dengan “benar” atau “kebenaran” karena kedua kata ini dalam bahasa sansekerta disebut “rta”. Seorang sadhaka tidak selamanya dituntut untuk menempuh jalan rta tetapi tegas harus menempuh satya. Di dalam pelaksanaanya satya mempertimbangkan pula berbagai faktor situasi yang bersifat relative, walaupun yang ditujukan pada akhirnya adalah kebenaran mutlak di dalam penyatuan dengan param brahma. Brahma sendiri sering disebut “esensi satya” itu.
 c.  Asteya
Asteya artinya tidak mencuri. Menurut jenisnya perbuatan mencuri dibagi menjadi empat jenis, yaitu: mencuri barang nyata dalam bentuk apapun juga, mempunyai rencana untuk mencuri, mengambil kepunyaan orang lain tidak untuk kepentingan sendiri tetapi untuk membuat pemiliknya mengalami kerugian, upaya untuk merugikan orang lain baik belum atau tidak dilakukan tetapi rencana sudah direka-reka dalam pikiran.
d. Brahmacarya
Secara harafiah kata brahmacarya berarti tetap melekat kepada brahma. Ketika orang melakukan kegiatan, pikirannya tercurah menuju arah luar (ekstroversal) dan dirinya terlibat pada materi kasar yang sifatnya terbatas. Brahmacarya memandang dan memperlakukan benda-benda kasar yang dihadapi sebagai manifestasi brahma dan bukan semata-mata sebagai benda kasar.
e.  Aparigraha
Aparigraha adalah tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan untuk mempertahankan kehidupan. Sejumlah faktor perlu diperhatikan unutk menentukan batas minimal yang terbaik guna mempertahankan kehidupan ini.
2. Niyama
Niyama merupakan tahapan yang kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan seseorang untuk mengikuti aturan – aturan tertentu  sebelum melakukan yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri hati, pembujangan, kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu yang ditentukan. Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama, karena sudah menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti diuraikan dalam Patanjali Yoga Sutra II.40-45, Niyama dibagi kedalam lima bagian yaitu:
 a. Sauca
kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut. Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4) atmadarsana atau realisasi diri.
b. Santosa atau kepuasan
Santosa berasal dari kata Tosa yang artinya keadaan mental yang terbatas dari ketegangan dan tekanan. Oleh karena itu santosa berarti suatu keadaan yang menyenangkan dan wajar, tanpa tekanan dan tanpa kepura-puraan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental.
 c. Tapah atau mengekang
Tapah artinya melakukan usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Seperti dalam sauca sadana, maka dalam melakukan tapah tidak boleh sedikitpun didasari oleh keinginan mendapat keuntungan. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual.

d. Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci
Svadhyaya diartikan sebagai pemahaman dengan sebaik-baiknya setiap permasalah kerohanian. Melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya
e.Isvarapranidhana
Secara umum iisvarah diartikan sebagai pengendalian alam semesta raya, dengan kata lain dia itu adalah Tuhan. Tuhan atau ishvara itu mengendalikan berbagai gelombang pikiran di alam raya ini. Penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi.
3. Asana
Asana merupakan anggota atau unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada waktu melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran.
Patanjali menganggap setiap asana sebagai sukha asana (asana yang menyenangkan), bilamana tidak memaksa dan membantu untuk menstabilkan badan dan budi. Ada beberapa bentuk-bentuk asana, antara lain:
 4. Pranayama
Pranayama adalah pengaturan pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama (yang rendah, sedang atau yang paling tinggi). Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu menarik nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan recaka yaitu menghembuskan nafas. Puraka, khumbaka, dan recaka dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing dalan tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada pada tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama bermanfaat memberi pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama maka karma dari seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang akan dihancurkan, oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya itu tertutupi maka jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari sang yogi yang menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran, akan berkurang dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat dilenyapkan.
Didalam pranayama, prana merupakan hal yang sangat penting. Prana ini adalah jumlah total dari daya dan kekuatan terpendam yang terdapat pada tubuh manusia, serta terdapat dimana-mana, dan bermanifestasi pada panas, cahaya, listrik, dan magnet. Atman adalah semua tenaga dan prana yang memancarkannya. Semua kekuatan fisik dan mental dapat dikategorikan sebagai prana. Prana ini merupakan dasar kekuatan pada setiap keberadaan makhluk hidup, dari makhluk hidup tertinggi sampai pada yang terendah. Apapun yang bergerak atau bekerja dan memiliki nyawa, adalah bentuk atau wujud dari prana. Akasa merupakan salah satu wujud prana, prana tersebut dihubungkan dengan pikiran dan melalui pikiran menuju kehendak kemudian melalui kehendak menuju roh individual dan melalui ini, ia akan mencapai suatu keberadaan yang tertinggi. Penaklukan prana terletak pada pengendalian gelombang kecil prana pada pikiran. Dengan dikendalikannya prana maka akan tercipta keselarasan hidup individual dengan kehidupan kosmis.
Prana memiliki peranan yang sangat penting dalam pikiran, bahkan prana ada pada saat pikiran tidak ada yaitu saat tertidur. Oleh sebab itu Pranavadin atau Hatha Yogin mengatakan bahwa prana tattva mengungguli manas tattva. Prana tersebut memiliki lima sub bagian yaitu: Naga, Kurma, Krikara, Devadatta, dan Dhananjaya.


5. Pratyahara
Pratyahara adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria. Menurut Maharsi Patanjali: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam. Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi) yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6. Dharana
Dharana (pemusatan) adalah memusatkan citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau dharana berarti membebaskan diri dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik yoga, pemusatan budi pada berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu pengamatan. Konsentrasi mental (pemusatan pikiran) dan sikap-sikap membantu kita dalam produksi zat-zat kimia oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian menghasilkan akibat-akibat fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama konsentrasi mental dapat menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra berupa rabaan, rasa, warna, bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam bahasa yoga kuna dengan perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan unsur bumi dan menciptakan bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan unsur air dan menciptakan rasa luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan atau bintang-bintang membangunkan unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk keindahan luar biasa, meditasi pada OM atau pada perkataan suci lain membangunkan unsur udara dan menciptakan benuk-bentuk musik batin luar biasa, meditasi pada pikiran bahwa anda berada di pangkuan Tuhan membangunkan unsur angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar biasa; semua ini membawa keyakinan pada budi yang goncang dan keyakinan itu membawa kedamaian”. Kemampuan melaksanakan dharana denggan baik, akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.
7. Dhyana
Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang disebutkan dalam dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan lain, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan oleh panca indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah, maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran pikiran yang terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali menguraikan “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau pikiran yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Wujud dhyana adalah sebagai peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri agung. Jiwa rendah sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai Tuhan.
8. Samadhi
Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu:
  1. Samprajnatta-Samadhi atau Sabija-Samadhi, adalah suatu keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran.
  2. Asamprajnatta-Samadhi atau Nirbija-samadhi adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya karena bhatinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun nirbija-Samadhi.
Samadhi dirumuskan dalam patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta sunyiam iva samadhi” (III. 3) yang artinya sesungguhnya adalah samadhi, didalam yang mana hanya artha (arti daripada tujuan) bercahaya dan bentuk sendiri (svarupa) hilang. Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam pikiran, aktivitas budi berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang dipikirkan atau direnungkan.
2.4  Relevansi Astangga Yoga dalam merefresh kembali Mental remaja masa kini
Astangga yoga ibarat sebuah pisau yang akan mengupas adanya permasalah yang menimpa kaum remaja masa kini karena dalam astangga yoga tentunya diajarkan mengenai adanya tidak berbuat untuk membunuh, tidak mencuri dll, ini berarti peranan asttangga yoga dalam membentuk mental atau merefresh kembali mental kaum remaja sangat relevan. Di lain sisi pernah ada sebuah kutipan singkat dari Swami Vivekananda yang menyatakan bahwasannya mengapa seseorang sibuk memikirkan  keburukan orang lain, mengapa seseorang sering menghujat orang lain, bahkan mengapa seseorang sering menghakimi bahkan menafsirkan orang lain denmgan berbagai versi kehidupan?, dalam hal ini, artinya manusia dituntut untuk tidak selalu menginginklan perubahan orang lain, selama manusia (kaum Remaja) mau untuk mengintronspeksi dirinya dengan jalan pengendalian selalu untuk mencoba menilai dirinya sendiri adakah kemudian hal yang sulit di dunia ini.
Dalam ruang lingkup remaja, remaja sekarang ini mulai rancu akan pemikirannya bahkan di hadapkan pada situasi dalam konteks ketidaktenangan remaja selalu ceroboh memikirkan atau mensintesa segala bentuk permasalahan ini dikarenan mentalnya telah rapuh misalnya saja saaat seorang remaja yang masih duduk di bangku sekolah, dengan ketidaktenangannya remaja membiasakan budaya mencontek terjadi, kemudian jika dikorelasikan dengan ceritanya Bangbang Ekawalya yang belajar memanah sehingga mencapai kemampuan melebihi Arjuna, seorang Bangbang Ekawalya yang hanya belajar dari personifikasi Bhagawan Drona, dengan keuletan ketenangan dan kosentrasinya maka BangBang Ekawalya mampu menjiwai di dalam patung itu seakan- akan Bhagawan Drona hadir disaaat Bangbang Ekawalya belajar memanah, ada nilai moril yang bisa seorang remaja petik dari cerita ini artinya seorang remaja seyogyanya mampuy mengendalikan kosentrasi sesuai dengan konsepsi dari astangga yoga (Ramanda Prasad, 2010 : 49).
Di sisi lain, remaja sangat pentring untuk melakukan tindakan analogi kontemplasi dari sebuah rentetan peristiwa yang ada di medan kuru Kesetra saaat perang Bratayudha akan dimulai, pada saat ini turunlah wejangan suci Govinda Krsna yang memberikan wejangan pada Arjuna (Partha), dalam kehidupan tubuh manusia ibarat sebuah kereta yang dikendalikan oleh kecerdasan, Roh yang menumpang pada badan manusia adalah penumpang kereta, pikiran adalah tali kereta, dan kuda merupaka panca Indria yang patut dikendalikan, dengan kata lain, jika manusia memiliki pengetahuan yang berada maka akan mempengaruhi kecerdasannya, dalam hal ini bagi seorang remaja bisa memikirkan dari sering belajar memalui pembelajaran di lingkungn keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat dengan menerapkan ajaran astangga yoga kereta atau tubu itu akan daba dibawa ke jalan kebenaran bukan sebaliknya malas dalam hal belajar, nantinya remja membawa keretanya ke jurang lembah hitam yang sangat dalam (Swami Prahupada,2006 :71), dalam istilah leluhur Bali menyatakan bahkan tersurat dalam naskah sastra “Taki - Takining Sewaka Guna Widya” yang artinya dari sejak dini remaja mulai terus belajar hingga sepanjang hayatnya.
2.5  Manfaat yang diperoleh setelah melakukan Astangga Yoga
Bagi kaum remaja banyak sekali manfaat yang didapatkan setelah mempelajari bahkan melakukan ajaran Astangga yoga ada beberapa manfat secra gari besarnya yaitu :
1 untuk pengendalian diri
2 untuk mendapatkan ketenangan
3 untuk mempermudah remaja saat ini mengingat mata pelajaran yang diajarkan
4 mampu untuk selalu menjaga refreshnya mental setiap harinya melalui rutinitas. 


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Filsafat India dan bagian dari Sad Darsana (Enam filsafat menurut pandangan Maha Rsi)  yang spesifikasinya terdapat dalam Yoga Darsana menurut Maha Rsi Patanjali yang  memiliki rmakna suatu proses pengendalian  aktivitas pikiran dan  penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi “(sangkan paraning dumadi)”.
      Astangga juga disebut sebagai sistem yoga untuk mematahkan perputaran yang tiada putus - putusnya itu dengan secra bertahap meniadakan segala klesa serta memberhentikan wrtti, hal ini hanya dapat tercapai dengan melalui usaha yang terus menerus dan dengan melalui keadaan yang tanpa nafsu (wairagya). Hanya dengan usaha yang panjang manusia akan dapat membedakan kebiasaan untuk lepas dari pada nafsu - nafsu, sehingga dapat membedakan antara pribadi dan bukan pribadi.
      Astangga yoga ibarat sebuah pisau yang akan mengupas adanya permasalah yang menimpa kaum remaja masa kini karena dalam astangga yoga tentunya diajarkan mengenai adanya tidak berbuat untuk membunuh, tidak mencuri dll, ini berarti peranan asttangga yoga dalam membentuk mental atau merefresh kembali mental kaum remaja sangat relevan. Di lain sisi pernah ada sebuah kutipan singkat dari Swami Vivekananda yang menyatakan bahwasannya mengapa seseorang sibuk memikirkan  keburukan orang lain, mengapa seseorang sering menghujat orang lain, bahkan mengapa seseorang sering menghakimi bahkan menafsirkan orang lain denmgan berbagai versi kehidupan?, dalam hal ini, artinya manusia dituntut untuk tidak selalu menginginklan perubahan orang lain, selama manusia (kaum Remaja) mau untuk mengintronspeksi dirinya dengan jalan pengendalian.
            Bagi kaum remaja banyak sekali manfaat yang didapatkan setelah mempelajari bahkan melakukan ajaran Astangga yoga ada beberapa manfat secra gari besarnya yaitu :
1 untuk pengendalian diri
2 untuk mendapatkan ketenangan
3 untuk mempermudah remaja saat ini mengingat mata pelajaran yang diajarkan
4 mampu untuk selalu menjaga refreshnya mental setiap harinya melalui rutinitas.
3.2 Saran
            Bagi kaum remaja yang mempunyai pengetahua lebih tentang astngga yoga bisa dishare bahkan menambahlkan dari pembuatan makalah ini,bagi para pembaca sekaligus penekun Yoga sutra Patanjali dari hadirnya makalah ini semoga mampu untuk dijadikan refrensi.     
 


DAFTAR PUSTAKA

Bantas,  I Ketut. 2002. Agama Hindu. Jakarta: Penerbit Pusat Universitas Terbuka.
Mudana, Nengah dkk. 2007. Genitri pendidikan Agama Hindu kelas XI SMA. Denpasar : Tri    Agung
Ramanda Prasad. 2010. Intisari Bhagavad Gita. Denpasar : Media Hindu
Sudarsana, IB Putu. 2003. Ajaran Agama hindu. Denpasar: Penerbit Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra.
Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Prahupada. 2006. Bhagavad Gita menurut aslinya, Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog dalam terbitan









     


Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...