Oleh : IPTW. CANDRA PRAWARTANA, S.Pd
Analisis Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam
Lontar Tutur Jatiswara
(Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
Oleh
I
Putu Widya Candra Prawartana, S.Pd
PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA HINDU
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2017
Om Swastyastu,.
“Om Awighanamastu Namo
Sidham”
Sembah
Abivadanam berlandaskan kesucian
hati, penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana di Sapta Loka, Beliau yang berwujud
Nirguna Brahman maupun Saguna Brahman karena atas anugrah-Nya, penulis telah
mampu mempersembahkan secarik tulisan
pada makalah ini yang berjudul: “Peranan Ajaran Astangga Yoga Patanjali dan
Relevansinya untuk merefresh kembali mental kaum remaja masa kini dikaji dalam
Perspektif Yoga Darsana”, makalah ini disajikan pertama kehadapan Brahman
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa yang Maha
Agung, kehadapan Hyang Suci Maha Rsi Patanjali yang mendirikan Filsafat Yoga,
kehadapan Dang Acarya atau Guru Suci dan kepada pembingbing penulis sekaligus sebagai
dosen pengampu mata kuliah filsafat, serta seluruh siswa dan mahasiswa Hindu,
beserta seluruh masyarakat Hindu di Indonesia. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
bisa memperluas cakrawala ilmu pengetahuan terutama bagi kaum remaja saat ini
dan kepada penekun yoga sutra Patanjali yang sampai saat ini masih Eksis
melestarikan ajaran yoga hingga mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga
ke dunia Barat.
Adapun misi yang di emban oleh
makalah ini adalah untuk merekontruksi kembali mental atau psikis kaum remaja
Hindu, mengingat serta menyimak fenomena saat - saat ini mental kaum remaja
semakin hari semakin mengalami degradasi
mental yang mengarahkan perbuatannya ke
suatu hal yang bersifat menyimpang. agar dapat kembali mentalnya kearah positif
melalui faedah ajaran Astangga Yoga Patanjali.
Hasil goresan tangan penulis ini
tidak akan dapat terwujud apabila tidak adanya bantuan uluran tangan dari semua
pihak, dari Bapak dosen pengajar mata kuliah Filsafat Hindu , dari rekan -
rekan kelas A2 yang sudah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk
bisa menyelesaiakan tugas ini. Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih dan
apresiasi setinggi - tingginya kepada semua pihak yang turut serta dalam
pembuatan makalah ini.
Seperti
telah penulis sampaikan di awal, bila di kemudian hari terjadi kesalahan
transliterasi, terjemahan ataupun kesalahan cetak, dengan kerendahan hati
penulis mohon maaf. Serta demi kesempurnaan paper ini, tegur sapa, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya.
Om Ksamasvamam,-
Om Santih, Santih, Santih Om-
Denpasar,
Desember 2014
Penulis
Abstrak
Penulisan
makalah ini berjudul : “Peranan
Ajaran Astangga Yoga Patanjali dan Relevansinya untuk merefresh kembali mental
kaum remaja masa kini dikaji dalam Perspektif Yoga Darsana”, dalam
penyajian makalah ini, mempergunakan latar belakang bentuk permasalah yang
dilihat oleh penulis yakni masalah mental dari kaum remaja masa kini yang
semakin hari - semakain mengalami degradasi mental.
Adapun rumusan masalah yang dinyataklan dalam
pembuatan makalh ini yaitu 1) Apakah Definisi Yoga secara singkat?, 2).Apakah
Pengertian Astangga Yoga ?, 3) Bagaimanakah tahapan - tahapan dari Astangga Yoga?, 4) Bagaimanakah
relevansi Astangga Yoga dalam merefresh kembali Mental Remaja Manfaat apakah yang
dapat diperoleh setelah melakukan astangga Yoga?.
Dalam pembahasannya penulis
menyatakan dalam tulisan ini mengenai landasan teori dan pustaka yang
dipergunakan yang paling dominan dalam pembuatan makalah ini adalah lansdasan
dari teori Religi dan teori Filssafat, konsep yang dituangkan dalam makalah ini
oleh penulis adalah mengenai astangga yoga, merefreskembali mental, tahapan -
tahapan astangga yoga dan manfaat yang diperoleh oleh remaja setelah melakukan astngga
yoga.
Dalam kegunaan atau studi kasusnya
dalam makalah ini mengambil sasaran objek yakni remaja yang masih rancu
pemikirannya karena selalu banyak problem yang tidak diketahui oleh golongan
dewasa saat ini, jadi remaja berperan penting dalam pelestarian budaya yoga
sutra Patanjali.
Dalam kepustakaannya mengambil dari
buku dan majalah, misalnya dari buku Agama Hindu karangan I Kertut Bantas,
dari buku Intisari agama hindu dari
Ramanda Prasad dll. Oleh karenanya untuk mnenjadi acuan saat menulis makal ini.
Kata Kunci : Astangga Yoga, Tahapan Astangga
Yoga, Mental Remaja masa Kini, Yoga Sutra Patanjali
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
mengenai teknologi dan komunikasi terus berkembang dengan pesatnya, seiring
dengan peradabaan zaman yang sekarang disebut dengan, zaman globalisasi bahkan
mengarah pada perdagangan bebas disisi lain para ilmuan sedang kiat - kiatnya melakukan
penelitian, mengenai perkembangan zaman setelah zaman globalisasi akan
diperkirakan adanya zaman Nino. Zaman Nino diperkirakan lebih canggih lagi
dibandingkan dengan zamn sekarang ini yaitu zaman globalisasi.
Perkembangan
zaman Nino diperkirakan segala yang diucapkan akan terjadi misalnya saja
sekarang membaca buku masih lewat media atau alat misalnya denga Gadget, Tab,
Android, bahkan chatingan saja di sosmed masih mempergunakan media, tapi pada
zaman Nino tersebut segala diucapakan menggunakan Chip atau radar misalnya
manusia menginginkan membaca buku langsung tibul buku dalam bentuk layar besar
di atas kepala secara tembus pandang mampu manusia untuk membaca buku tersebut,
dari segi makanan diperkirakan manusia tidak akan makan misalnya dengan adanya
sepiring nasi, segelas air tapi zaman nino memakai secara efesien dan praktis
dengan tablet berupa pil didalamnya sudah terdapat kandungan empat sehat lima
sempurna, bahkan disaat manusia meminum pil tersebut manusia sudah merasakan
telah kenyang, bahkan dosisnya dia atur sama dengan makan, kalau manusia makan
di zaman globalisasi setiap tiga kali sehari di zaman Nino juga seperti itu
manusia minum Pil tersebut tiga kali sehari, sama dengan ketika manusia di kasi
resep minum obat oleh dokter ketika sakit, ini telah giat - giatnya para ilmuan
Amerika, Inggris, dan Belanda melakukan penelitian untuk keberlangsungan zaman
selanjutnya. (dikutip dari Majalah Sains, 2014 : 4).
Jika menilik
kembali di zaman globalisai saat ini, banyak manusia mengejar unsur material
bahkan melupakan unsur kejiwaan yang menjiwai material tesebut, banyak Peneliti
sebagai ilmuan di belahan dunia barat sedang meneliti unsur kejiwaan yang
menjiwai unsur material ini, para Peneliti atau Ilmuan mengkaji unsur atau
secara Saintis mengenai unsur Energi yang dibahasakan dengan meninjau tentang hukum kekekalan energy yaitu “energy tidak bisa di musnahkan,
dilumpuhkan ataupun diciptakan tetapi energy bersifat kekal abadi sepanjang
hayat”, kalau saja energy bersifat kekal abadi berarti nama lain dari energy
yang kekal abadi ini adalah Energy Spiritual.
Energy Spiritual berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa dalam tijauan agama Hindu disebut Brahman, Energi Spiritual sama dengan
sifat - sifat Brahman ( Asta Iswarya yaitu delapan kemahakuasan Tuhan,) serta
berwujud Paramatman yaitu sumber Atman, kalau secara radikal diingat mengenai
sifat - sifat Atma bahwasannnya atma tidak bisa dibakar oleh api, tidak mampu
dibasahi oleh air,tidak mampu dikeringkan oleh angin, dll. Jadi Atma bersifat
kekal abadi. Ini sama dengan sifat Atma
dengan sifat energy berarti energy Spiritual merupakan energy untuk melihat
Sang Jiwa dalam diri.
Dalam sebuah
Artikel kecil di media social facebook, penulis temukan bahwa hanya dengan
ucapan bahkan pikiran saja setetes unsur molekul air dapat berpengaruh, hal in dideteksi oleh
alat, misalnya setetes air dipikirkan dengan hal positif maka setelah dideteksi
maka unsur molekul air tersebut tersusun rapi, sama halnya jika pikiran
terhadap air tersebut negative maka setelah dideteksi maka molekul air tersebut
tersusun sangat - sangat rancu bahkan kabur, ini berarti energy dari
elektromagnetik pikiran dan ucapan dapat mempengaruhi molekul air, jika ini
dikaji dari segi ilmu religi Hindu ini disebut manacika dan wacika yang patut
di parisudha, namun Jika dikaji lewat Sanis maka hal ini tidak terlepas dari
sifat - sifat Anomali Air atau sifat gerak molekul air, jadi antara Ilmu
Sains dan Ilmu Religi Hindu ada hubungan yang sangat erat, Unsur energy Spiritual
dapat berguna untuk menyusun kembali molekul - molekul atom yang ada pada ruang
cosmic seperti semula yang sebelumnya telah molekul tersebut tidak tersusun
rapi, karena pengaruh elektromagnetik pikiran manusia yanmg saat ini di Zaman
Globalisasi terus berpikiran ke arah menyimpang ataupun negatif.
Unsur energy
spiritual saat ini telah ditekuni oleh kaum barat bahkan oleh Turis mancanegara
utamanya Yoga, Yoga merupakan salah satu sistem filsafat jajaran Astika yang
meyakini adanya otoritas Veda, bahkan pada Airport di Bandara SanFrancisco,
Dallas Fort Worth dan Chicago O’Hare, tepatnya di Helsinki, Finlandia menawarkan Yoga bagi Turis yang Stress
artinya penumpang pesawat yang terbang dari Helsinki sekarang dapat mengurangi
Stress perjalanan dengan berpartisipasi dalam Kursus Yoga dan Pilates sebelum
penerbangan, yang ditawarkan melalui TravelLab di Airport, yang bertujuan untuk
memperbaiki kenyamanan pengalaman saat terbang (dikutip dari Majalah Media
Hindu September 2014 Edisi 127 : 6).
Begitu telah berkembangnya
Unsur energy Spiritual terutama Yoga untuk menenangkan mentallitas umat
manusia, Ajaran Yoga merupakan ajaran yang sangat – sangat Tua dan juga sangat
- sangat classic karena didirika pada zaman dulu ole Maha Rsi Patanjali
namanya, ajaran yoga meruipak ajaran yang menekankan pada pencarian jati diri,
dalam kelompok filsafat Timur, Yoga digolongkan kedalam Sad Darsana (enam cara
pandang filsafat), yoga disebut pula Yoga Darsana, dalam Yoga Darsana pula
dijelaskan oleh Maha Rsi patanjali bahwa
adanya Astangga Yoga (Dalam buku Kidung Kelepasan Patanjali karangan Anatta
Gotama, 1998). Astangga Yoga merupakan delapan tahapan Yoga yang disusun Maha
Rsi Patanjali.
Pentingnya,
mempelajari Yoga Patanjali, dapat pula dilakukan terhadap kaum remaja saat ini
karena mengingat kaum remaja saat ini jika disimak di media masa banyaknya mental
Remaja telah mengalami degradasi mental karena pengaruh teknologi yang
dipergunakan menyimpang misalnya, kaum generasi muda telah mengenal Napsa,
merokok sudah barang biasa bagi kaum remaja masa kini, Minum - Minuman keras,
sex bebas, Trek - trekan dll. Ini merupakan cerminan dari mental generasi muda
yang semakin hari - semakin menurun, energy yang Positif dalam diri kaum
nremaja berubah menjadi energy yang negative sehingga tidak mampu lagi tau jati
diri arah dan tujuan hidupnya.
Oleh karenanya,
ajaran Astangga Yoga patanjali ingin dalam tulisan ini merelevansikan dengan
keadaan mental kaum remaja saat ini untuk di refresh kembali seperti semula
dengan ajaran Astangga Yoga patanjali, dalam tulisan ini akan dijelaskan
mengenai bagaimana menerapkan ajaran astangga yoga bagi kaum remaja dan mencari
jati diri bagi setiap insan kaum Remaja saat ini
.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah Definisi Yoga secara singkat ?
1.2.2
Apakah Pengertian Astangga Yoga ?
1.2.3
Bagaimanakah tahapan - tahapan dari Astangga Yoga?
1.2.4
Bagaimanakah relevansi Astangga Yoga
dalam merefresh kembali Mental Remaja?
1.2.5
Manfaat apakah yang dapat diperoleh
setelah melakukan astangga Yoga?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui definisi yoga
1.3.2
Untuk memahami pengertian astangga yoga
1.3.3
Untuk mengenal tahap - tahapan dari
astangga yoga
1.3.4
Mampu memaknai relevansi astangga yoga
bagi kaum remaja dan manfaat yang diperoleh
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1
Dapat mengetahui definisi yoga
1.4.2
Dapat memahami astangga yoga
1.4.3
Dapat menganal tahap - tahapan dari astangga yoga
1.4.4
Dapat memaknai relevansi astangga yoga
bagi kaum remaja dan manfaat yang diperoleh bagi kaum remaja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Yoga
Yoga
merupakan jalan utama dari berbagai jalan untuk menjaga Pikiran dan Badan agar
selalu dalam keadaan seimbang dan tidak mudah diserang penyakit. Sebab dijaman
globalisasi ini manusia sering bekerja, melebihi kemampuan Pikiran (rohani),
untuk berpikir dan melebihi kemampuan Badan (jasmani) untuk melakukan
pekerjaan. Hal ini terjadi tidak saja di daerah perkotaan, tetapi sampai
kepelosok desa yang terpencil. Sehingga manusia mudah diserang penyakit pikiran
dan jasmani. Penyakit pikiran, seperti: kesedihan, depresi, malas, emosi,
anarkis, stress, yang disebut dengan “Rohani” dan akhirnya berakibat kepada
penyakit Badan yang sering disebut dengan “Jasmani”, seperti: lemas, panas
dingin, meriang, kesemutan, struk. Ketika rohani dan jasmani terserang
penyakit, maka aktivitas manusia secara individu akan terganggu bahkan dapat
berhenti secara permanen. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan
cara melakukan Yoga. Disamping penyakit, yang disebabkan oleh diri sendiri,
terdapat juga penyakit yang bersumber dari pembawaan hidup, sebagai manusia.
Secara
Etimologis Kata “Yoga” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “yuj”, kemudian
berkembang menjadi bahasa Inggris “Yoke”, bahasa latin “Yogum” dan juga disebut
“Concujal”, yang artinya; mengendalikan pangkal penyebab kemalangan manusia
yang dapat mempengaruhi “pikiran dan badan, atau rohani dan jasmani”.Yoga
adalah suatu sistem yang sistematis untuk melakukan latihan rohani untuk
mencapai ketenangan batin dan melakukan latihan fisik untuk mencapai kesehatan
fisik, sehingga yoga dapat dikatakan sebagai latihan jasmani dan rohani secara
kontinyu untuk mencapai kesehatan jasmani dan rohani. Disebut dengan “jiwan
mukti”. Untuk menyatukan “Badan” dengan “Alam”, dan menyatukan “pikiran, yang
disebut Jiwa” dengan “Roh” yang sering disebut Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga
disebut dengan “Moksah”. Setelah memperoleh pengertian tentang yoga, maka yang
perlu diperhatikan adalah gerak pikiran, yang paling liar dan paling sulit
untuk dikendalikan. Agar terfocus terhadap pelaksanaan yoga yang baik.
Bagaimana pikiran itu dinyatakan sebagai pikiran yang baik, oleh karena itu
modul berikutnya yang akan dibahas adalah tentang “Pikiran”.
(Bantas,
2002 : 11.3) menyatakan bahwa yoga adalah suatu sistem filsafat dan salah
satu bagian dari enam filsafat India
yang acap kali disebut Sad Darsana keenam sistem filsafat tersebut ditulis
dalam bentuk sutra yaitu rumus - rumus dalam bentuk kalimat pendek, hal tersebut tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk mempermudah mengingat.
(Patanjali
yoga sutra I.1 dalam Bantas, 2002 :11.4) dinyatakan : “ Yogascitta vriti niroddhah” artinya pengendalian gelombang -
gelombang pikiran dalam pikiran (Maswinara,1999
: 163) kata yoga berasal dari akar kata “yuj”
dalam Sansekerta yang berarti menghubungkan dan juga yoga merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan
penyatuan roh pribadi dan roh tertinggi.
Yoga
adalah Yoga, bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan agama atau kepercayaan
tertentu. Yoga merupakan suatu tehnik spiritual yang lebih tua dari agama apa
pun juga di dunia, termasuk agama Hindu, agama tertua dalam catatan sejarah
manusia. Yoga (Aksara Dewanagari योग) dari bahasa Sanskerta (योग) berarti
"penyatuan", yang bermakna penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang
Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk
mengontrol panca
inderanya dan
tubuhnya secara keseluruhan.
Kesimpulan dari kajian literatur diatas,
yakni Yoga merupakan Sistem Filsafat
India dan bagian dari Sad Darsana (Enam filsafat menurut pandangan Maha
Rsi) yang spesifikasinya terdapat dalam
Yoga Darsana menurut Maha Rsi Patanjali yang
memiliki rmakna suatu proses pengendalian aktivitas pikiran dan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi “(sangkan paraning dumadi)”.
2.2 Pengertian Astangga Yoga
(Bantas, 2002 : 11.31) Kata Astangga terdiri
dari kata asta dan angga, asta berarti delapan, angga berarti badan, jadi
secara harifiah astangga yoga berarti delapan badan yoga. Dapat juga diartikan
sebagai delapan tahap yoga atau delapan tingkatan yoga. Dalam yoga sutra
Patanjali yoga darsana II.29 terdapat keterangan tentang astangga yoga sebagi
berikut :
Yama niyamaasana pranayama pratyahara
dharana dhayana Samadhi yo’stavanggani
Artinya
Yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhayana, dan Samadhi,
semua ini adalah delapan bagian yoga.
Astangga
juga disebut sebagai sistem yoga untuk mematahkan perputaran yang tiada putus -
putusnya itu dengan secra bertahap meniadakan segala klesa serta memberhentikan wrtti, hal ini hanya dapat tercapai
dengan melalui usaha yang terus menerus dan dengan melalui keadaan yang tanpa
nafsu (wairagya). Hanya dengan usaha
yang panjang manusia akan dapat membedakan kebiasaan untuk lepas dari pada
nafsu - nafsu, sehingga dapat membedakan antara pribadi dan bukan pribadi.
Perincian ini telah jelas dikemukakan dalam Astangga Yoga (Prof.Harun
Hadiwiyono, 1965 :72).
2.3
Tahap -
tahapan dari Astangga Yoga
Delapan
tahap ajaran astngga yoga ini, merupakan
tangga untuk mengendalikan diri dan sekaligus merupakan aspek etika dalam
ajaran yoga. Di bawah ini diuraikan masing masing bagian astangga yoga
tersebut, yaitu:
1.Yama
Yama adalah
pengendalian diri tahap pertama atau awal dan menampakkan pengendalian diri.
Pada tahap ini latihan diawali dengan tingkah laku yang penuh cinta kasih
(ahimsa/ tidak menyakiti). Tujuan dari tahap ini adalah melatih menumbuhkan dan
meningkatkan rasa cinta kasih seseorang sebelum lanjut pada tahap – tahap
berikutnya, sebab dengan cintakasih maka akan timbul rasa tulus ikhlas dan
pikiran yang tenang dan damai. Dengan keadaan seperti itu, akan sangat membantu
seseorang dalam tajap – tahap berikutnya hingga akhirnya tercipta sebuah
kebahagiaan rohani dan ketenangan pikiran yang mendalam.
Yama terdiri dari lima aspek yang
prinsip, yaitu: ahimsa, satya, asteya, brahmacarya, dan aparigraha.
a. Ahimsa
Ahimsa berarti
tidak menyakiti atau melukai perasaan orang lain baik melalui pikiran,
perkataan, dan perbuatan. Pengertian ahimsa banyak menyimpang dari segi makna
yang sebenarnya. Pengertian tidak menyakiti atau melukai orang atau membunuh
sesuatu yang hidup, janganlah ditafsirkan artinya yang sangat ekstrim. Pengertian
yang sedemikian itu bukanlah didasari pengertian terhadap ahimsa yang benar,
karena sikap sedemikian ini jelas mengakibatkan keresahan dimasyarakat.
b. Satya
Satya diartikan
sebagai gerak pikiran yang patut untuk diambil menuju kebenaran, yang di dalam
prakteknya meliputi penggunaan kata-kata yang tepat dan dilandasi kebijakan
untuk mencapai kebaikan bersama. Jadi satyam tidak dapat sepenuhnya
diterjemahkan dengan “benar” atau “kebenaran” karena kedua kata ini dalam
bahasa sansekerta disebut “rta”. Seorang sadhaka tidak selamanya dituntut untuk
menempuh jalan rta tetapi tegas harus menempuh satya. Di dalam pelaksanaanya
satya mempertimbangkan pula berbagai faktor situasi yang bersifat relative,
walaupun yang ditujukan pada akhirnya adalah kebenaran mutlak di dalam
penyatuan dengan param brahma. Brahma sendiri sering disebut “esensi satya”
itu.
c. Asteya
Asteya artinya
tidak mencuri. Menurut jenisnya perbuatan mencuri dibagi menjadi empat jenis,
yaitu: mencuri barang nyata dalam bentuk apapun juga, mempunyai rencana untuk
mencuri, mengambil kepunyaan orang lain tidak untuk kepentingan sendiri tetapi
untuk membuat pemiliknya mengalami kerugian, upaya untuk merugikan orang lain
baik belum atau tidak dilakukan tetapi rencana sudah direka-reka dalam pikiran.
d. Brahmacarya
Secara harafiah
kata brahmacarya berarti tetap melekat kepada brahma. Ketika orang melakukan
kegiatan, pikirannya tercurah menuju arah luar (ekstroversal) dan dirinya
terlibat pada materi kasar yang sifatnya terbatas. Brahmacarya memandang dan
memperlakukan benda-benda kasar yang dihadapi sebagai manifestasi brahma dan
bukan semata-mata sebagai benda kasar.
e. Aparigraha
Aparigraha
adalah tidak berlebihan dalam menikmati benda kesenangan untuk mempertahankan
kehidupan. Sejumlah faktor perlu diperhatikan unutk menentukan batas minimal
yang terbaik guna mempertahankan kehidupan ini.
2. Niyama
Niyama merupakan
tahapan yang kedua dari delapan komponen astangga yoga. Niyama ini mengajarkan
seseorang untuk mengikuti aturan – aturan tertentu sebelum melakukan
yoga, seperti misalnya kejujuran, bebas dari rasa iri hati, pembujangan,
kesucian, pemberian sedekah, dan melakukan puasa pada waktu yang ditentukan.
Tahap ini merupakan tahap yang lebih dalam dari tahapan Yama, karena sudah
menggunakan tingkat ketulus ikhlasan hati seseorang. Seperti diuraikan dalam
Patanjali Yoga Sutra II.40-45, Niyama
dibagi kedalam lima bagian yaitu:
a. Sauca
kebersihan lahir
batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai
mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang
mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut. Sauca juga menganjurkan
kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan (1)
saumanasya atau keriangan hati, (2) ekagrata atau pemusatan pikiran, (3)
indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, (4) atmadarsana atau realisasi diri.
b. Santosa atau kepuasan
Santosa berasal
dari kata Tosa yang artinya keadaan mental yang terbatas dari ketegangan dan
tekanan. Oleh karena itu santosa berarti suatu keadaan yang menyenangkan dan
wajar, tanpa tekanan dan tanpa kepura-puraan. Hal ini dapat membawa praktisi
Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan
terdapat tingkat kesenangan transendental.
c. Tapah atau mengekang
Tapah artinya melakukan
usaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Seperti dalam sauca
sadana, maka dalam melakukan tapah tidak boleh sedikitpun didasari oleh
keinginan mendapat keuntungan. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi
kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual.
d. Svadhyaya atau mempelajari
kitab-kitab suci
Svadhyaya
diartikan sebagai pemahaman dengan sebaik-baiknya setiap permasalah kerohanian.
Melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri
sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa
yang dicita-citakannya
e.Isvarapranidhana
Secara umum
iisvarah diartikan sebagai pengendalian alam semesta raya, dengan kata lain dia
itu adalah Tuhan. Tuhan atau ishvara itu mengendalikan berbagai gelombang
pikiran di alam raya ini. Penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan yang akan
mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi.
3. Asana
Asana merupakan
anggota atau unsur yang ketiga dari astangga yoga. Asana ini adalah sikap pada
waktu melaksanakan yoga. Dalam melaksanakan yoga, sikap duduk yang baik adalah
sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan
konsentrasi dan pikiran serta tidak terganggu karena badan terasa sakit akibat
sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat
berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar
dari goncangan-goncangan pikiran.
Patanjali
menganggap setiap asana sebagai sukha asana (asana yang menyenangkan), bilamana
tidak memaksa dan membantu untuk menstabilkan badan dan budi. Ada beberapa
bentuk-bentuk asana, antara lain:
4. Pranayama
Pranayama adalah
pengaturan pernapasan atau pengendalian keluar masuknya nafas ke paru-paru
melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan energi ke seluruh tubuh. Pada
saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan
nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi
kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik
manusia mengingat diri dan energi kosmik.. Pranayama dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu: adhama, madhyama, dan uttama (yang rendah, sedang atau yang
paling tinggi). Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu menarik nafas, Kumbhaka
yaitu menahan nafas, dan recaka yaitu menghembuskan nafas. Puraka, khumbaka,
dan recaka dilaksankan pelan-pelan, bertahap masing-masing dalan tujuh detik.
Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra
yang ada pada tubuh manusia yaitu : muladhara yang terletak di pangkal tulang
punggung diantara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak diatas
kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung,
vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak ditengah-tengah kedua
mata, dan sahasrara yang terletak diubun-ubun. Pranayama bermanfaat memberi
pemurnian dan cahaya pengetahuan. Dengan melakukan pranayama maka karma dari
seorang yogi, yang menutupi pengetahuan untuk membedakan yang akan dihancurkan,
oleh panorama keinginan magis. Jika hakekat yang bercahaya itu tertutupi maka
jiwa pribadi akan diarahkan menuju kejahatan. Karma dari sang yogi yang
menutupi cahaya dan membelenggunya untu mengulangi kelahiran, akan berkurang
dengan latihan pranayama stiap saat hingga pada akhirnya dapat dilenyapkan.
Didalam
pranayama, prana merupakan hal yang sangat penting. Prana ini adalah jumlah
total dari daya dan kekuatan terpendam yang terdapat pada tubuh manusia, serta
terdapat dimana-mana, dan bermanifestasi pada panas, cahaya, listrik, dan
magnet. Atman adalah semua tenaga dan prana yang memancarkannya. Semua kekuatan
fisik dan mental dapat dikategorikan sebagai prana. Prana ini merupakan dasar
kekuatan pada setiap keberadaan makhluk hidup, dari makhluk hidup tertinggi
sampai pada yang terendah. Apapun yang bergerak atau bekerja dan memiliki
nyawa, adalah bentuk atau wujud dari prana. Akasa merupakan salah satu wujud
prana, prana tersebut dihubungkan dengan pikiran dan melalui pikiran menuju
kehendak kemudian melalui kehendak menuju roh individual dan melalui ini, ia
akan mencapai suatu keberadaan yang tertinggi. Penaklukan prana terletak pada
pengendalian gelombang kecil prana pada pikiran. Dengan dikendalikannya prana
maka akan tercipta keselarasan hidup individual dengan kehidupan kosmis.
Prana memiliki
peranan yang sangat penting dalam pikiran, bahkan prana ada pada saat pikiran
tidak ada yaitu saat tertidur. Oleh sebab itu Pranavadin atau Hatha Yogin
mengatakan bahwa prana tattva mengungguli manas tattva. Prana tersebut memiliki
lima sub bagian yaitu: Naga, Kurma, Krikara, Devadatta, dan Dhananjaya.
5. Pratyahara
Pratyahara
adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga apapun yang diterima panca
indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi pikiran. Panca indria adalah :
pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah dan rasa kulit. Pada umumnya
indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah mempengaruhi pikiran. Yoga
bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran dari rangsangan syaraf ke
keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan bebas dari
goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan kemampuan indria.
Menurut Maharsi Patanjali: Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa
anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam.
Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya
masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi)
yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya
dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata rantai
olah pikiran ke nafsu terputus.
6. Dharana
Dharana
(pemusatan) adalah memusatkan citta/ budi pada suatu obyek. Pemusatan atau
dharana berarti membebaskan diri dari keragu-raguan dan keresahan. Dalam teknik
yoga, pemusatan budi pada berbagai alat indra yang melahirkan cara suatu
pengamatan. Konsentrasi mental (pemusatan pikiran) dan sikap-sikap membantu
kita dalam produksi zat-zat kimia oleh kelenjar-kelenjar dan dengan demikian
menghasilkan akibat-akibat fisiologis yang dapat dilihat dan cara yang sama
konsentrasi mental dapat menghasilkan apa yang dapat disebut perasaan supra
berupa rabaan, rasa, warna, bunyi, bau, dll. Pikiran ini disampaikan dalam
bahasa yoga kuna dengan perkataan “Meditasi pada ujung hidung membangunkan
unsur bumi dan menciptakan bau ajaib, meditasi pada ujung lidah membangunkan
unsur air dan menciptakan rasa luar biasa, meditasi pada matahari atau bulan
atau bintang-bintang membangunkan unsur cahaya dan menciptakan bentuk-bentuk
keindahan luar biasa, meditasi pada OM atau pada perkataan suci lain
membangunkan unsur udara dan menciptakan benuk-bentuk musik batin luar biasa,
meditasi pada pikiran bahwa anda berada di pangkuan Tuhan membangunkan unsur
angin dan menciptakan perasaan sentuhan luar biasa; semua ini membawa keyakinan
pada budi yang goncang dan keyakinan itu membawa kedamaian”. Kemampuan
melaksanakan dharana denggan baik, akan memudahkan mencapai dhyana dan samadhi.
7. Dhyana
Dhyana adalah
suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju tanpa putus-putus pada obyek yang
disebutkan dalam dharana, tanpa tergoyahkan oleh obyek atau gangguan/ godaan
lain, baik yang nyata maupun yang tidak nyata. Gangguan yang nyata dirasakan
oleh panca indria baik melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah,
maupun rasa kulit. Gangguan atau godaan yang tidak nyata adalah dari pikiran
sendiri yang menyimpang dari sasaran obyek dharana. Tujuan dhyana adalah aliran
pikiran yang terus menerus kepada Hyang widhi melalui obyek dharana. Patanajali
menguraikan “tatra pradyaya ekatanata dhyanam” yang artinya arus budi atau
pikiran yang tiada putus-putusnya menuju tujuan (Hyang Widhi). Wujud dhyana
adalah sebagai peleburan segenap usaha diri rendah menuju tercapainya diri
agung. Jiwa rendah sudah tidak memikirkan apalagi melainkan untuk mencapai
Tuhan.
8. Samadhi
Samadhi adalah tingkatan tertinggi
dari astangga yoga yang dibagi kedalam dua keadaan, yaitu:
- Samprajnatta-Samadhi atau Sabija-Samadhi,
adalah suatu keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran.
- Asamprajnatta-Samadhi atau Nirbija-samadhi
adalah keadaan dimana yogin sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya
karena bhatinnya penuh diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh
cinta kasih Hyang Widhi. Baik dalam keadaan Sabija-Samadhi maupun
nirbija-Samadhi.
Samadhi
dirumuskan dalam patanjali sebagai “tad eva harta matra nirbhasam savarta
sunyiam iva samadhi” (III. 3) yang artinya sesungguhnya adalah samadhi,
didalam yang mana hanya artha (arti daripada tujuan) bercahaya dan bentuk
sendiri (svarupa) hilang. Dalam keadaan transenden ini, pemikir diresap kedalam
pikiran, aktivitas budi berhenti seperti orang menjadi satu dengan obyek yang
dipikirkan atau direnungkan.
2.4 Relevansi Astangga Yoga dalam
merefresh kembali Mental remaja masa kini
Astangga yoga ibarat sebuah pisau yang
akan mengupas adanya permasalah yang menimpa kaum remaja masa kini karena dalam
astangga yoga tentunya diajarkan mengenai adanya tidak berbuat untuk membunuh,
tidak mencuri dll, ini berarti peranan asttangga yoga dalam membentuk mental
atau merefresh kembali mental kaum remaja sangat relevan. Di lain sisi pernah
ada sebuah kutipan singkat dari Swami Vivekananda yang menyatakan bahwasannya
mengapa seseorang sibuk memikirkan
keburukan orang lain, mengapa seseorang sering menghujat orang lain,
bahkan mengapa seseorang sering menghakimi bahkan menafsirkan orang lain
denmgan berbagai versi kehidupan?, dalam hal ini, artinya manusia dituntut
untuk tidak selalu menginginklan perubahan orang lain, selama manusia (kaum
Remaja) mau untuk mengintronspeksi dirinya dengan jalan pengendalian selalu
untuk mencoba menilai dirinya sendiri adakah kemudian hal yang sulit di dunia
ini.
Dalam ruang lingkup remaja, remaja
sekarang ini mulai rancu akan pemikirannya bahkan di hadapkan pada situasi
dalam konteks ketidaktenangan remaja selalu ceroboh memikirkan atau mensintesa
segala bentuk permasalahan ini dikarenan mentalnya telah rapuh misalnya saja
saaat seorang remaja yang masih duduk di bangku sekolah, dengan
ketidaktenangannya remaja membiasakan budaya mencontek terjadi, kemudian jika
dikorelasikan dengan ceritanya Bangbang Ekawalya yang belajar memanah sehingga
mencapai kemampuan melebihi Arjuna, seorang Bangbang Ekawalya yang hanya
belajar dari personifikasi Bhagawan Drona, dengan keuletan ketenangan dan
kosentrasinya maka BangBang Ekawalya mampu menjiwai di dalam patung itu seakan-
akan Bhagawan Drona hadir disaaat Bangbang Ekawalya belajar memanah, ada nilai
moril yang bisa seorang remaja petik dari cerita ini artinya seorang remaja
seyogyanya mampuy mengendalikan kosentrasi sesuai dengan konsepsi dari astangga
yoga (Ramanda Prasad, 2010 : 49).
Di sisi lain, remaja sangat pentring
untuk melakukan tindakan analogi kontemplasi dari sebuah rentetan peristiwa
yang ada di medan kuru Kesetra saaat perang Bratayudha akan dimulai, pada saat
ini turunlah wejangan suci Govinda Krsna yang memberikan wejangan pada Arjuna
(Partha), dalam kehidupan tubuh manusia ibarat sebuah kereta yang dikendalikan
oleh kecerdasan, Roh yang menumpang pada badan manusia adalah penumpang kereta,
pikiran adalah tali kereta, dan kuda merupaka panca Indria yang patut
dikendalikan, dengan kata lain, jika manusia memiliki pengetahuan yang berada
maka akan mempengaruhi kecerdasannya, dalam hal ini bagi seorang remaja bisa
memikirkan dari sering belajar memalui pembelajaran di lingkungn keluarga,
sekolah maupun di lingkungan masyarakat dengan menerapkan ajaran astangga yoga
kereta atau tubu itu akan daba dibawa ke jalan kebenaran bukan sebaliknya malas
dalam hal belajar, nantinya remja membawa keretanya ke jurang lembah hitam yang
sangat dalam (Swami Prahupada,2006 :71), dalam istilah leluhur Bali menyatakan
bahkan tersurat dalam naskah sastra “Taki - Takining Sewaka Guna Widya” yang
artinya dari sejak dini remaja mulai terus belajar hingga sepanjang hayatnya.
2.5 Manfaat yang diperoleh setelah
melakukan Astangga Yoga
Bagi
kaum remaja banyak sekali manfaat yang didapatkan setelah mempelajari bahkan
melakukan ajaran Astangga yoga ada beberapa manfat secra gari besarnya yaitu :
1
untuk pengendalian diri
2
untuk mendapatkan ketenangan
3
untuk mempermudah remaja saat ini mengingat mata pelajaran yang diajarkan
4 mampu untuk
selalu menjaga refreshnya mental setiap harinya melalui rutinitas.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem Filsafat India dan bagian
dari Sad Darsana (Enam filsafat menurut pandangan Maha Rsi) yang spesifikasinya terdapat dalam Yoga
Darsana menurut Maha Rsi Patanjali yang
memiliki rmakna suatu proses pengendalian aktivitas pikiran dan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi “(sangkan paraning dumadi)”.
Astangga
juga disebut sebagai sistem yoga untuk mematahkan perputaran yang tiada putus -
putusnya itu dengan secra bertahap meniadakan segala klesa serta memberhentikan wrtti, hal ini hanya dapat tercapai
dengan melalui usaha yang terus menerus dan dengan melalui keadaan yang tanpa
nafsu (wairagya). Hanya dengan usaha
yang panjang manusia akan dapat membedakan kebiasaan untuk lepas dari pada
nafsu - nafsu, sehingga dapat membedakan antara pribadi dan bukan pribadi.
Astangga yoga ibarat
sebuah pisau yang akan mengupas adanya permasalah yang menimpa kaum remaja masa
kini karena dalam astangga yoga tentunya diajarkan mengenai adanya tidak
berbuat untuk membunuh, tidak mencuri dll, ini berarti peranan asttangga yoga
dalam membentuk mental atau merefresh kembali mental kaum remaja sangat
relevan. Di lain sisi pernah ada sebuah kutipan singkat dari Swami Vivekananda
yang menyatakan bahwasannya mengapa seseorang sibuk memikirkan keburukan orang lain, mengapa seseorang
sering menghujat orang lain, bahkan mengapa seseorang sering menghakimi bahkan
menafsirkan orang lain denmgan berbagai versi kehidupan?, dalam hal ini,
artinya manusia dituntut untuk tidak selalu menginginklan perubahan orang lain,
selama manusia (kaum Remaja) mau untuk mengintronspeksi dirinya dengan jalan
pengendalian.
Bagi kaum remaja banyak sekali
manfaat yang didapatkan setelah mempelajari bahkan melakukan ajaran Astangga
yoga ada beberapa manfat secra gari besarnya yaitu :
1
untuk pengendalian diri
2
untuk mendapatkan ketenangan
3
untuk mempermudah remaja saat ini mengingat mata pelajaran yang diajarkan
4 mampu untuk
selalu menjaga refreshnya mental setiap harinya melalui rutinitas.
3.2 Saran
Bagi kaum remaja yang mempunyai pengetahua
lebih tentang astngga yoga bisa dishare bahkan menambahlkan dari pembuatan
makalah ini,bagi para pembaca sekaligus penekun Yoga sutra Patanjali dari
hadirnya makalah ini semoga mampu untuk dijadikan refrensi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bantas, I Ketut. 2002. Agama Hindu. Jakarta: Penerbit Pusat Universitas Terbuka.
Mudana,
Nengah dkk. 2007. Genitri pendidikan
Agama Hindu kelas XI SMA. Denpasar : Tri
Agung
Ramanda
Prasad. 2010. Intisari Bhagavad Gita.
Denpasar : Media Hindu
Sudarsana,
IB Putu. 2003. Ajaran Agama hindu.
Denpasar: Penerbit Yayasan Dharma Acarya Percetakan Mandara Sastra.
Sri
Srimad A.C. Bhaktivedanta Swami Prahupada. 2006. Bhagavad Gita menurut aslinya, Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog
dalam terbitan
No comments:
Post a Comment