Thursday, July 9, 2020

HOTS (High Order Thinking Skill), New Normal Pendidikan Hindu


Penulis : Candra Prawartana, M.Pd

Jenis Tulisan : Artikel



HOTS (High Order Thinking Skill),

New Normal Pendidikan Hindu


“Widya Sastra Sudharma Pinaka De Pada Ikanang Tri Buana”, artinya Pengetahuan sastra bersumber dari tiga hal utama yang dapat meresapi Alam semesta beserta isinya. Tiga hal utama yang dapat menjadi sumber dari pengetahuan antara lain : Sastratah, Gurutah dan Swahtah. Sastratah merupakan Sumber Pengetahuan menurut refrensi sastra, literatur, kitab, lontar dst. Gurutah sumber dari pengetahuan berpedoman pada guru, yang mana disebut Guru?, selain Tri Kasinanggah Guru tiada lain yakni Seluruh Elemen Alam Semesta ini adalah Guru yang Utama (Sarwa Byogatah Guru) bahkan Pengalaman Hidupun merupakan guru utama sering diistilahkan “Experience is the best Teacher”, kemudian Swahtah ini mengacu pengalaman, pengetahuan didapatkan langsung melalui pengalaman praktek/action. Tanpa Adanya Praktek setebal apapun buku yang dibaca maupun dihafalkan tidak ada artinya tanpa action konkreat. Pengetahuan hanya ditataran permukaan saja yang dijadikan komoditi Show Up semata, atau hafalan – hafalan saja.
Begitujuga dalam lingkungan pendidikan Hindu yang diiikat oleh adanya Unsur Tripitama yakni Tiga Pilar Utama yaitu Tattwa, Susila dan Acara. Ditengah derasnya arus Pandemi Covid-19 ini menerpa Tri Pitama Hadir sebagai Tonggak untuk menggantikan fase peradaabaan manusia dari dulunya “nyengker dewek” atau berdiam diri dirumah saja, sekarang sudah beralih ke fase new normal, namun kendalanya sangat banyak apabila akan terjadinya New Normal, resikonya sangat besar, namun seiring dengan kebiasaan yang dilakukan sesuai dengan Protap kesehatan dan masyarakat Disiplin maka akan tercipta New Normal sesuai ekspektasi, tapi baru – baru ini kemendikbud mengeluarkan surat edaran nomor 15 tahun 2020 yang mencantumkan dan berdasarkan atas Permendibud Nomor 33 tahun 2019 tentang Satuan Pendidikan Aman  Bencara saat covid-19 yang menganjurkan kepada  semua Steakholder didalam dunia pendidikan untuk selalu melaksanakan Pembelajaran Daring dan Luring yaitu Pembelajaran Dalam Jaringan dan Pembelajaran di Luar Jaringan melalui system PJJ (pembelajaran Jarak Jauh). Tentu dalam Hal ini Pendidikan Hindu menyikapi akan mengikuti anjuran pemerintah dalam ini mengupayakan Pembelajaran dari berjalan Kondusif dan Efisien.
Pendidikan Hindu mengambil langkah High Order Thinking Skiill (HOTS) yaitu salah satu metode cara berpikir radic (Mendalam, Kritis) menyikapi instruksi pemerintah dengan menerapkan pembelajaran yang mengarahkan paa kontekstual learning misalnya, memohon kepada orang tua untuk memvideokan anak – anaknya saat metanding banten saiban, Mendokumentasikan anak – anaknya untuk metanding canang, bersih – bersih dihalam rumah, membantu memberishkan lingkungan di Sanggah Kemulan. Ini adalah salah satu media untuk selalu melakukan perubahan cara berpikir dalam dunia pendidikan bahwa pendidikan tidak semata – mata mencarii nilai atau kompetisi semata tapi lebih pada kreativitas dalam melakukan kecapakan hidup. Pendidikan hindu mengambil langkah untuk menyirami mental dan spirit siswa hindu dari sisi kerohanian melalui cara kecapakan hidup, misalkan salalu membiasakan anak sembahyang disore hari yakni puja tri sandya ini salah satu penerapan yang sangat luar biasa pada anak. Pendidikan dari nilai hidup lebih penting ketimbang nilai di atas kerta atau diatas rapot. Kita patut sebagi pulic menilai sisi new normal pendidikan yang masih di rumah saja dari sisi yang berbeda. Jika hanya nyaman pada zona yang monoton maka menjadikan generasi bernas ini terkungkung dan kurang kreatif serta inovatif maka peranan keluarga penting untuk merepakan Hi order Thinking SKiil dalam ajaran agama didasarkan pada Darsana yaitu mencari pengetahuan kebenaran dengan sudut pandang yang saling berbeda satu dengan lain.

Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan kembali untuk dipilah terlebih dahulu dan dipilih solusinya sesuai kepentingan di dalam dunia pendidikan antara lain  (1) Bangun suasana belajar bersama di dalam keluarga bahwa orang tua mau mendengarkan keluh kesah anak dalam belajar dan diberikan materi ajar dari sekolahnya secara online (2)Tingkatkan Sradha dan bhakti serta mulat sarira didalam Keluarga dan selalu melaksanakan metode HOTS (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan belajar konkret (nyata) mengenai hidup daripada konsep yang tinggi, (5) Lihatlah peluang kerja dan belajar untuk bisa survive hidup dalam keluarga ditengah wabah covid-19 ini.


Thursday, May 14, 2020

Implikasi Pasraman Keluarga terhadap Pendidikan berbasis Online ditengah Pandemi Covid-19


Implikasi Pasraman Keluarga terhadap Pendidikan berbasis Online ditengah Pandemi Covid-19

Pandemi covid-19 sangat memberikan dampak serius bagi perkembangan dalam dunia pendidikan. Sudah 2 bulan pelajar di Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya belajar dari rumah. Anak mulai rindu akan sosialisasi dengan sahabat – sahabatnya di sekolah. Anak mulai merasa orang tua lebih galak mengajarkannya dirumah ketimbang gurunya di sekolah. Anak lebih menginginkan sekolah biasa dibandingkan harus terus tetap dirumah saja saat belajar. Ini sekilas curhatan anak – anak di lingkungan Sekolah Dasar Swasta dan Negeri yang ditemui penulis. Hal, yang berbeda nampak dilingkungan Kampus. Dari Pandemi Covid -19 ini mahasiswa yang berada pada lintas Kabupaten yang kuliah di tengah Kota Denpasar merasa bersyukur dengan Pandemi ini. Mahasiswa dapat kuliah jarak jauh dari kampungnya masing – masing, dapat mengerjakan aktivitas sampingan dirumahnya masing – masing sehingga pengeluarannya dapat diminimalisir. Soroti sekarang orang tua Pelajar dari PG hingga Sekolah Menengah, Atas pun juga Perguruan Tinggi. Dari sekian banyaknya orang tua pelajar dirasa tingkat kesadaran mengenai pendidikan anak masih dirasa sekedar saja, karena orang tua juga disibukkan dengan pekerjaan mereka yang menuntut pada bekal survive saat pandemic covid-19 ini. Hal ini urgent mengenai plus – minusnya sekolah di rumah. Siapa yang perlu mengambil peran dalam hal ini ?, Masihkan Keluarga menjadi sangat penting sekali ketimbang sekolah formal?, Bagaimanakah Orang tua mampu memanagament anak supaya merasa dekat secara emosional dan psikisnya terjaga membahas konsep secara praktis pelajaran sekolah di rumah ?, mari Pawacen laca – laca saka siki (hitung – hitung satu persatu) mulai buka lensa pasraman yang wadahnya jiwa pendidikan Hindu.
Lensa Pasraman Keluarga Hindu, secara sosiologis pendidikan memang dimulai dari dalam keluarga. Terjalinnya Komunikasi juga berada dalam keluargan dari Ayah, Ibu dan Anak. Ketiga status dalam keluarga ini sering disebut Keluarga Batih (Inti). Komunikasi dan interaksi terlebih dahulu dijalin kata para pakar sosiolog. Dalam Lontar Beberatan Wong Beling , Lontar Sisya Sasana, Lontar Putra Sasana, Sarasamuscaya maupun Kitab Pancama Weda (Bhawagadgita) ajaran mengenai pendidikan dalam keluarga ini sangat dijelaskan jika memang umat hindu melek dengan sastra dresta (demen mamaca/suka membaca). Wadah pendidikan hindu sering diistilahkan Pasraman atau asram, Pasraman adalah tempat berdinamika dan berproses dalam mendewasakan diri dengan adaftasi lingkungan. Pasraman sering disebut juga pradaban belajar salah satunya. Bahkan mendalamnya jika dianalisis sepanjang manusia dalam proses belajar adalah pasraman. Lalu dimana itu pasraman ??. “Everything is Pasraman “ selama ada proses belajar. Karena dalam pembelajaran di tingkat PG maupun Kuliah tidak ada lagi istilah mentuankan yang lebih bisa tapi belajar bersama (study together). Kurikulum pasraman hanyalah syarat administrative dari praktis pendidikan. Pendidikan dalam pasraman sesungguhnya menempa pribadi dari variatif karakter anak yang dimiliki sejak dalam kandungan menurut Lontar Beberatan Wong Beling.
Back to Pasraman Keluarga, Pasraman Keluarga sangat penting dimengerti dan diayomi sebagai wahana pertama dan utama dalam perkembangan anak didik. Punya anak lebih dari satu jadi pengajaran dan pembelajaran dari pendamping yakni orang tua terhadap anak. Punya anak lebih dari satu dengan varietas sifanya berbeda – beda bakatnya berbeda beda, hindari orang tua memilih satu model bimbingan ke anak yang berbeda kebutuhannya. Anak kurang mampu di satu sector praktis pelajaran di rumah, tidak harus dipaksa. Itu yang kadang menyebabkan anak menjadi stress, bahkan boring dengan orang tuanya yang terlalu memaksa belajar. “Pendidikan membawa kebebasan bukan mengikat” sabda dari Maha Rsi Parasurama kepada Karna sama halnya bapak menteri pendidikan dan kebudayan menerappkan budaya belajar merdeka atau merdeka belajar. Sang Meraga Tri Kasinanggah Guru (Guru Rupaka/Orang Tua, Guru Pengajian/Guru disekolah dan Guru Wisesa/Pemerintah) tidak serta merta menerapkan role model namun mengesampingkan Kebebasan Humanitas Personal. “Ibarat filsafat Ikan yang sudah biasa di dalam air di paksa untuk memanjat pohon”  ucapan yang dikutip dari Kedutaan Firlandia yang mengkritisi kebijakan UNESCO dalam menerapkan model Pendidikan Internasional.
Pasraman Keluarga ditengah covid-19 ini sangat penting dan menjadi preoritas anak membangun kedekatan dengan orang tuanya. Mendidik anak untuk mebantu orang tua dalam pekerjaan rumahnya. Dan orang tua juga mengerti dengan sikap anaknya sehari – hari tidak serta merta terus menyalahkan sekolah formal saja. Anaknya baru dibentak oleh salah satu oknum gurunya di sekolah negeri maupu swasta lalu orang tua mengadu ke pihak ke polisian. Gurunya kemudian dipenjara. Fenomena ini marak terjadi. Maka dari pandemic covid -19 ini orang tua diajak mulat sarira tidak serta merta pendidikan secara penuh diserahkan di sekolah, dirumah sangat lebih penting kemudian. Sesibuk apapun orang tua dalam merawat anaknya dalam kitab Sarasamuscaya dijelaskan Annadata, Pranadatta, Sarirakertam ini tugas orang tua dalam memanusiakan anaknya. Memanusiakan maksudnya mengarahkan dalam peningkatan pendewasaan,  
          Mengenai Pembelajaran Online yang terus dilakukan oleh pihak sekolah formal sampai detik ini yang melibatkan aktivitas anak dan pendampingan orang tua juga perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan. Karena pembelajaran online di kawasan yang dibilang “kota” mungkin sangat relevan diterapkan namun didaerah “pedesaan” maupu terisolir, bagaimana kemudian pembelajaran dari guru yang mengajar di tempat itu menerapkannya, sedangkan anak saja belum punya gadget atau Hp Android, karena status orang tuanya juga hanya pekerjaannya harian lepas dan berada pada stratifikasi masyarakat golongan menengah ke bawah. Mencukupi dan survive untuk ekonomi saja sudah berat apalagi membelikan HP atau gadget anak, dan aopakah yakin akan terawasi juga??, sedangakan orang tuanya sibuk mencari pekerjaan untuk kebutuhan keluarganya. Solusi ini perlu dipikirkan ditengah Pandemi Covid -19 ini.
Dampak positif dan negative yang disebabkan dari pasraman keluarga ini ssangat banyak seperti pemaparan diatas, namun siapa yang perlu disalahakan?, tidak perlu menyalahkan siapapun karena dalam hal ini yang paling penting adalah penyesuaian dan bertahan untuk pendidikan anak dan hidup sehari – hari perlu diseimbangkan. Mari terus jaga Sradha dan Bhakti, Jemetang Mekarya Ayu (serius dalam bekerja baik) dan terus membaca peluang kesempatan belajar dan bekerja dari rumah. Bangun kesadaran orang tua dan anak bahwa dalam keluarga bisa mengatasi masalah pembelajaran online ditengah pandemi covid-19 ini. Lebih sering – sering ke Merajan, Sanggah Kemulan atau Kawitan untuk sebagai sarana secara religiustitas mengatasi covid-19 ini karena tanpa berdoa usaha hanya sia – sia saja.
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan kembali untuk dipilah terlebih dahulu dan dipilih solusi berikut yang prioritas mengahadapi tantangan implikasi pasraman keluarga hindu ditengah wabah pandemi covid 19 ini adalah (1) Bangun suasana belajar bersama di dalam keluarga bahwa orang tua mau mendengarkan keluh kesah anak dalam belajar dan diberikan materi ajar dari sekolahnya secara online (2)Tingkatkan Sradha dan bhakti serta mulat sarira didalam Keluarga (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Lihatlah peluang kerja dan belajar untuk bisa survive hidup dalam keluarga ditengah wabah covid-19 ini. (6) Seluruh steakholder dalam keluarga dituntun untuk berpikir kreatif untuk menyeimbangkan antara bertahan sehat dari sisi kesehatan  dan bertahan makan dari sisi ekonomi. (7) Apabila anak - anak tidak punya hp android saat mengakses pembelajaran online alternatifnya adalah orang tuanya mendidik anaknya sesuai amateri yang disampikan gurunya secara online dalam bentuk praktek keseharian. (8) Yad bhawan tad bhawati lakukanlan dalam keluarga berpikir selalu positif, jika selalu berpikir positif niscaya kesehatan dapat terjaga ekonomipun tetap dalam keseimbangan. Karena dalam Sradha Hindu apapun yang dipikirkan maka itulah yang terjadi.


Saturday, May 2, 2020

Polemik Pendidikan Hindu ditengah Wabah Pandemi Covid-19

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
Polemik Pendidikan Hindu 
ditengah Wabah Pandemi Covid-19 

 Era kekinian dan kedisinian dalam dunia kesehatan membawa dampak yang maha dasyat pada sektor – sektor yang ada di dunia terlebih khususnya di Indonesia. Baik dalam sistem pemerintahan, sistem politik, ekonomi, budaya, teknologi maupun pendidikan. Akhir - akhir ini banyak sosmed dibanjiri oleh pemberitaan wabah yang menular yaitu wabah pandemi covid-19 atau lebih dikenal dengan istilah virus corona. Dunia pendidikan pun ikut mengalami polemik karena wabah virus corona ini. Semua peserta didik dirumahkan atau belajar dari rumah. Permasalahan pendidikanpun muncul satu – persatu ditengah hantaman keras virus corona yang ada. Permasalahan guru dan tenaga kependidikan harus berusaha bekerja dari rumah baik halnya guru dan tenaga pendidikan yang ada pada instansi  sekolah Negeri maupun Swasta dari tingkat PG (Play Group) hingga Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggipun Tenaga Pendidikan menjalankan swadharmanya dari rumah masing – masing. Dari tingkat PG hingga perguruan tinggi memiliki permasalahan yang bervariasi.
Masalah yang bervariasi itu dimulai dari terbatasnya tatap muka antara pendidik dengan peserta didik, kurangnya SDM beberapa guru yang masih gaptek terhadap mengoprasikan computer maupun HP androidnya, ketika peserta didik dikirimkan video maupun soal berbasis online pendampingan orang tua dalam mendampingi anak – anaknya menjawab soal maupun belajar online kurang, karena orang tua siswa juga memiliki kesibukan yang lain. Keterbatasan dan belum canggihnya orang tua siswa juga dalam mengakses teknologi berbasis online yang diberikan oleh guru dari sekolah. Apalagi kita menyoroti guru yang tidak sama sekali mengenal teknologi, sudahlah ada istilah PR lagi bagi anak – anak didik. Dalam hal ini Tri Sentral pendidikan seakan tidak beroperasi maksimal akibat virus corona ini. Tapi di satu sisi virus corona ini mengajarkan kepada semua komponen untuk belajar mengenai system belajar online bersama, mengajarkan kepada anak didik arti dari sebuah kemandirian belajar dan merdeka belajar, memberikan penyadaran kepada orang tua siswa akan pentingnya pendidikan bagi anaknya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa virus corona ini sangatlah berbahaya, apabila kita tidak melaksanakan pencegahan secara intensif maka wabah virus corona ini akan terus menular, maka perlu diadakan pengawasan untuk anak – anak dari orang tua untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih, sering mencuci tangan dan selalu makan makanan yang sehat. Proses belajar lebih ditekankan pada proses mejaga pola hidup sehat dari virus corona. Kemendikbud menjelaskan juga agar selalu menerapkan pola sosialisasi jarak jauh. Oleh karenanya kemendikbud menekankan pola hidup sehat. Namun dari 800 ribu anak didik apakah semua sudah menyerap informasi ini ? dan dapat memahaminya?. Jika melihat tolok ukur dari Sabang sampai Merauke.
Peranan Pendidikan Agama Hindu yang kental dengan basic Tripitama (tiga pilar utama) dan Tri Hita Karana sangatlah memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan yang terkena dampak corona saat ini. Tiga pilar utama ini antara lain Tattwa (Pengetahuan dalam pendidikan), Susila (Penerapan dalam pendidikan), dan Acara (Daya Kreatifitas dalam pendidikan). Ketiga pilar ini tidak menyurutkan niat siswa untuk belajar dan niat guru untuk mengajar dan belajar. Sehinnga sistem komunikasi antara guru dan siswa terus terjalin secara efektif. Dan realisasi dari Tripitama ini yaitu Tri Hita Karana yang memiliki substansi makna keseimbangan dan keharmonisan. Dalam memandang virus corona ini harus ada kesimbangan antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), Adanya komunikasi yang solid antara Manusia dengan sesama manusia, dan Adanya hubungan yang selalu padu antara manusia dengan Alam (Palemahan) /Pertiwi. 
 Wabah virus corona yang sudah ada di Bali membuat sekolah negeri maupun swasta mencari solusi kreatif agar anak – anak didiknya selalu dapat pembelajaran dan pengajaran. Terutama Pendidik Hindu yang menekankan selain pembelajaran juga menyelipkan pendidikan karakter kepada anak didik. Karena menjadi guru agama hindu, dosen pendidik hindu, penyuluh agama hindu yang melaksanakan pendidikan di lingkungan sekolah dasar hingga di masyarakat perlu memiliki strategi jitu dalam melawan wabah Covid 19 ini agar stabilisasi ekonomi, stabilisasi pengajaran dalam lingkungan pendidikan dapat terjaga dengan tetap memperhatikan arahan – arahan dari pemerintah Provinsi Bali. Bagi pendidik hindu apalagi ditambah anjuran dari kementerian pendidikan dan kebudayaan segala pembelajaran berbentuk online/daring (dalam jaringan).       
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan polemik pendidikan agama hindu ditengah wabah pandemic covid 19 ini adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat dari segi pembelajaran misalnya membuat soal dan kuis secara online lewat google form maupun quiziz kemudian kirimkan ke orang tua siswa, (2) Buatlah grup WA walikelas agar setiap guru bisa berkomunikasi dengan siswa dan orang tua bisa mempergunakan Zoom Meeting atau Teleconference, (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai dasar dalam membentuk karakter yang beradab. 

Friday, April 10, 2020

Taji Pendidikan SOCA 2020 Di Era Nyepi Milenial


Taji Pendidikan SOCA 2020
Di Era Nyepi Milenial

      Era Industri 4.0 sangat berpengaruh dalam dunia usaha. Tidak hanya usaha yang beroperasi secara lokal namun berefek samping pada usaha nasional maupun internasional. Begitupula halnya usaha membangun intelektual, emosional, dan spiritual sangat dipengaruhi oleh teknologi yang kian cepat kian actual dan kian kadang membuat menyusut dunia karakte manusianya. Usaha membangun peradaban intelektual dan spiritual jelas bertitik tolak pada dunia pendidikan. Pendidikan menjadi kunci utama dari setiap peserta didiknya untuk mampu berdinamika di lingkungan termpat pergaulannya. Dalam dunia pendidikan, Teknologi hanya mampu mengefisiensikan cara kerja di lingkungan pendidikan namun membentuk karakter peserta didik guru tidak akan bisa digantikan oleh kemajuan teknologi apapun. Di Satu sisi pendidikan agama hindu hanya sekedar menjelaskan dan penghafalan tanpa realisasi yang konkreat. Ketajaman prilaku dan keutuhan dalam bertindak dalam ajaran agama disebutkan Tri Kaya Parisudha, dimana pikiran, ucapan dan langkah menyatu oleh Kala (Waktu). Ajaran Tri Kaya Parisudha sudah dilakukan bahkan oleh orang Western namun kita yang memilikinya hanya sekedar hafalan dan tanpa penghayatan yang lebih, jadi taji pembelajaran agama hindu agak rapuh?.
          Taji dalam istilah Bali sering identikan dengan tajen atau kalangan sabung ayam. Namun taji yang dimaksud dalam untaian saripati narasi ini adalah Taji kehidupan. Taji juga dikorelasikan sebagai alat penyambung atau alat sinkronisasi untuk mengasah kemampuan (skill) bahkan style. Semakin tajam taji maka akan semakin berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, istilah bali (sesonggan) menyatakan bahwa “sepuntul-puntul besine yen sangih bakal dadi mangan”  maksdnya adalah setiap umat manusia memiliki kemampuan, Ketajaman pikiran / kecerdasan hanya bedanya adalah mau mengasah diri atau tidak?, maukah belajar atau tidak?. Taji kehidupan atau kematangan dan ketajaman dalam kehidupan hanya bisa diperoleh dari pengalaman pembelajaran hidup. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Begitu halnya Taji hidup harus selalu diasah agar menjadi tajam apabila sudah tajam maka akan berguna untuk hal yang positif. Kadang banyak kita liat fenomena di lingkungan masyarat, seseorang  atau oknum yang sudah kaya akan kepintaran, kaya akan gelar sampai S3 bahkan Profesor dan sebagai public figure kaya akan materi. Mengapa bisa Attitudenya (sikapnya) abmoral?, maka disini peran pembelajaran agama hindu dalam bentuk aplikasi nyata (kontekstual Learning), Learn to know, Learn, To be, Learn to by Procces.
          Sinkronisasi pembelajaran Agama Hindu sangat bergantung pada Tripitama (tiga pilar utama) yaitu Tattwa, Susila dan Acara. Memasuki tahun kembar 2020 perayaan Tripitama dikristalisasi dalam bentuk Sepi, Sipeng atau Sunia melalui hari suci nyepi caka 1922. Nyepi menjadi identik dalam ajaran agama hindu karena diakui secara nasional sebagai hari suci besar umat hindu di Nusantara. Nyepi menjadi pegangan pokok bagi umat hindu untuk mengendalikan Sad Rasa yang ada dalam diri personalnya. Nyepi di industry 4.0 atau dalam era Zaman milenial ini perlu dikaji dan ditilik kembali, bahwa nyepi bukan hanya ajang adu gengsi, adu perayaan heboh, adu prestise maupun adu gaya semata. Tetapi memang perayaan suci nyepi dijadikan bahan kontemplasi diri untuk menjadi insan manusia yang tersadarkan dari perdabaan android ini yang semakin maju. Pembelajaran terhadap perayaan nyepi akan semakin mantap apabila memang didasari atas keikhlasan dan menepati Catur Bratha Penyepian, maka akan yakin Nyepi memiliki Taji (ketajaman) pola piker kedepannya. Sepi bukan berarti tidak berisi kemampuan namun sepi bisa mencari ide dan gagasan baru dalam bertindak. Serta menjadi berguna dalam memanfaatkan Teknologi yang ada sebagai dasar peletakan karakter bangsa yang maju.
Catur Bratha penyepian bukan hanya sekedar hafalan namun lakukanlah. Amati Geni (Mengendalikan Api dalam diri dan di luar diri), Amati Karya (Mengendalikan diri dari perbuatan yang negative ke positif), Amati lelungan (Pengendalian Diri ke dalam untuk pergi merenung), Amati Lelanguan (Cara menjaga kestabilan tubuh dari pola makan dan kesehatan). Namun diantara keempat Catur Bratha Penyepian di era milenial ini tidak bisa dilepaskan oleh HP pemutusan paket internet dan jaringan android adalah salah satu Amati Internet dan Amati Paket yang justru diterapkan lebih maksimal. Karena HP bukan sekedar keinginan tapi sudah menjadi kebutuhan dan semakin membuat manusia menggila dan menghamba karena teknologi. Penggunaan pembelajaran yang tepat untuk pendekatan di hari suci nyepi adalah pembelajaran berbasi SOCA. Pemaknaan secara Etimologis kata Soca di Bahasa Sansekerta memiliki pengertian Permata. Pembelajaran Soca sasaran utamannya adalah peserta didik yang ditempa agar menjadi permata bagi lingkungan keluarga, pergaulan dan masyarakat bahkan Permata (SOCA) regenerasi ini bisa mendapatkan skill dari dunia pendidikan untuk bertahan hidup (Survival) dalam pendidikan konsep Surivival terlah diajarkan namun metode konkreat ketika persaingan kemampuan tak terbatas ini tidak pernah disentuh dalam dunia pendidikan hindu.
Catur Bratha Penyepian jika dikorelasikan dengan pendidikan pembelajran Soca sangatlah relevan. Karena pembelajaran soca menekankan S yang pertama Skill (kemampuan mengolah diri), O yakni optimis, C yaitu Cerdas dan Cekatan dalam mengambil keputusan dan A yaitu selalu Amati Personal maksudnya membangun kesadaran pribadi postif. Dengan Pendekatan Pembelajaran Soca Nyepi dapat terasa harmonis tidak hanya Amati Geni hingga amati internet namun juga Amati Personal untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun caka 1922 di tahun kembar 2020.     
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan Era Nyepi Milenial dengan pendekatan Taji Pembelajaran SOCA adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat melalui Catur Bratha penyepian hingga Amati Personal (penyadaran diri), (2) Belajar Inovatif memalui Sarwagatah Widya (everythings is scince), (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai dasar dalam membentuk SOCA (permata) di hari suci sipeng.  (6) Laksanakan Taji Pembelajaran Soca sebagai dasar penyepian yang harmonis dan steril dari dunia awidya. (7) Jadikan Nyepi sebagai momentum dan monument bersejarah dalam diri untuk mengasah Taji Kehidupan ini. (8) Estafet pembelajaran dari Sosioandragogik dan sarwabwogatah guru perlu terus ditingkatkan.            

Polemik Pendidikan Hindu ditengah Wabah Pandemi Covid-19

Polemik Pendidikan Hindu
ditengah Wabah Pandemi Covid-19

 Era kekinian dan kedisinian dalam dunia kesehatan membawa dampak yang maha dasyat pada sektor – sektor yang ada di dunia terlebih khususnya di Indonesia. Baik dalam sistem pemerintahan, sistem politik, ekonomi, budaya, teknologi maupun pendidikan. Akhir - akhir ini banyak sosmed dibanjiri oleh pemberitaan wabah yang menular yaitu wabah pandemi covid-19 atau lebih dikenal dengan istilah virus corona. Dunia pendidikan pun ikut mengalami polemik karena wabah virus corona ini. Semua peserta didik dirumahkan atau belajar dari rumah. Permasalahan pendidikanpun muncul satu – persatu ditengah hantaman keras virus corona yang ada. Permasalahan guru dan tenaga kependidikan harus berusaha bekerja dari rumah baik halnya guru dan tenaga pendidikan yang ada pada instansi  sekolah Negeri maupun Swasta dari tingkat PG (Play Group) hingga Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggipun Tenaga Pendidikan menjalankan swadharmanya dari rumah masing – masing. Dari tingkat PG hingga perguruan tinggi memiliki permasalahan yang bervariasi.
Masalah yang bervariasi itu dimulai dari terbatasnya tatap muka antara pendidik dengan peserta didik, kurangnya SDM beberapa guru yang masih gaptek terhadap mengoprasikan computer maupun HP androidnya, ketika peserta didik dikirimkan video maupun soal berbasis online pendampingan orang tua dalam mendampingi anak – anaknya menjawab soal maupun belajar online kurang, karena orang tua siswa juga memiliki kesibukan yang lain. Keterbatasan dan belum canggihnya orang tua siswa juga dalam mengakses teknologi berbasis online yang diberikan oleh guru dari sekolah. Apalagi kita menyoroti guru yang tidak sama sekali mengenal teknologi, sudahlah ada istilah PR lagi bagi anak – anak didik. Dalam hal ini Tri Sentral pendidikan seakan tidak beroperasi maksimal akibat virus corona ini. Tapi di satu sisi virus corona ini mengajarkan kepada semua komponen untuk belajar mengenai system belajar online bersama, mengajarkan kepada anak didik arti dari sebuah kemandirian belajar dan merdeka belajar, memberikan penyadaran kepada orang tua siswa akan pentingnya pendidikan bagi anaknya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa virus corona ini sangatlah berbahaya, apabila kita tidak melaksanakan pencegahan secara intensif maka wabah virus corona ini akan terus menular, maka perlu diadakan pengawasan untuk anak – anak dari orang tua untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih, sering mencuci tangan dan selalu makan makanan yang sehat. Proses belajar lebih ditekankan pada proses mejaga pola hidup sehat dari virus corona. Kemendikbud menjelaskan juga agar selalu menerapkan pola sosialisasi jarak jauh. Oleh karenanya kemendikbud menekankan pola hidup sehat. Namun dari 800 ribu anak didik apakah semua sudah menyerap informasi ini ? dan dapat memahaminya?. Jika melihat tolok ukur dari Sabang sampai Merauke.
Peranan Pendidikan Agama Hindu yang kental dengan basic Tripitama (tiga pilar utama) dan Tri Hita Karana sangatlah memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan yang terkena dampak corona saat ini. Tiga pilar utama ini antara lain Tattwa (Pengetahuan dalam pendidikan), Susila (Penerapan dalam pendidikan), dan Acara (Daya Kreatifitas dalam pendidikan). Ketiga pilar ini tidak menyurutkan niat siswa untuk belajar dan niat guru untuk mengajar dan belajar. Sehinnga sistem komunikasi antara guru dan siswa terus terjalin secara efektif. Dan realisasi dari Tripitama ini yaitu Tri Hita Karana yang memiliki substansi makna keseimbangan dan keharmonisan. Dalam memandang virus corona ini harus ada kesimbangan antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), Adanya komunikasi yang solid antara Manusia dengan sesama manusia, dan Adanya hubungan yang selalu padu antara manusia dengan Alam (Palemahan) /Pertiwi. 
 Wabah virus corona yang sudah ada di Bali membuat sekolah negeri maupun swasta mencari solusi kreatif agar anak – anak didiknya selalu dapat pembelajaran dan pengajaran. Terutama Pendidik Hindu yang menekankan selain pembelajaran juga menyelipkan pendidikan karakter kepada anak didik. Karena menjadi guru agama hindu, dosen pendidik hindu, penyuluh agama hindu yang melaksanakan pendidikan di lingkungan sekolah dasar hingga di masyarakat perlu memiliki strategi jitu dalam melawan wabah Covid 19 ini agar stabilisasi ekonomi, stabilisasi pengajaran dalam lingkungan pendidikan dapat terjaga dengan tetap memperhatikan arahan – arahan dari pemerintah Provinsi Bali. Bagi pendidik hindu apalagi ditambah anjuran dari kementerian pendidikan dan kebudayaan segala pembelajaran berbentuk online/daring (dalam jaringan).        
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan polemik pendidikan agama hindu ditengah wabah pandemic covid 19 ini adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat dari segi pembelajaran misalnya membuat soal dan kuis secara online lewat google form maupun quiziz kemudian kirimkan ke orang tua siswa, (2) Buatlah grup WA walikelas agar setiap guru bisa berkomunikasi dengan siswa dan orang tua bisa mempergunakan Zoom Meeting atau Teleconference, (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai dasar dalam membentuk karakter yang beradab. 

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...