Taji Pendidikan SOCA 2020
Di Era Nyepi Milenial
Era Industri 4.0 sangat berpengaruh dalam dunia
usaha. Tidak hanya usaha yang beroperasi secara lokal namun berefek samping
pada usaha nasional maupun internasional. Begitupula halnya usaha membangun
intelektual, emosional, dan spiritual sangat dipengaruhi oleh teknologi yang
kian cepat kian actual dan kian kadang membuat menyusut dunia karakte
manusianya. Usaha membangun peradaban intelektual dan spiritual jelas bertitik
tolak pada dunia pendidikan. Pendidikan menjadi kunci utama dari setiap peserta
didiknya untuk mampu berdinamika di lingkungan termpat pergaulannya. Dalam
dunia pendidikan, Teknologi hanya mampu mengefisiensikan cara kerja di
lingkungan pendidikan namun membentuk karakter peserta didik guru tidak akan
bisa digantikan oleh kemajuan teknologi apapun. Di Satu sisi pendidikan agama
hindu hanya sekedar menjelaskan dan penghafalan tanpa realisasi yang konkreat.
Ketajaman prilaku dan keutuhan dalam bertindak dalam ajaran agama disebutkan Tri Kaya Parisudha, dimana pikiran,
ucapan dan langkah menyatu oleh Kala
(Waktu). Ajaran Tri Kaya Parisudha
sudah dilakukan bahkan oleh orang Western
namun kita yang memilikinya hanya sekedar hafalan dan tanpa penghayatan yang
lebih, jadi taji pembelajaran agama hindu agak rapuh?.
Taji dalam
istilah Bali sering identikan dengan tajen
atau kalangan sabung ayam. Namun taji yang dimaksud dalam untaian saripati
narasi ini adalah Taji kehidupan. Taji juga dikorelasikan sebagai alat
penyambung atau alat sinkronisasi untuk mengasah kemampuan (skill) bahkan style.
Semakin tajam taji maka akan semakin berguna dan bermanfaat bagi kehidupan,
istilah bali (sesonggan) menyatakan bahwa “sepuntul-puntul
besine yen sangih bakal dadi mangan” maksdnya adalah setiap umat manusia memiliki
kemampuan, Ketajaman pikiran / kecerdasan hanya bedanya adalah mau mengasah
diri atau tidak?, maukah belajar atau tidak?. Taji kehidupan atau kematangan
dan ketajaman dalam kehidupan hanya bisa diperoleh dari pengalaman pembelajaran
hidup. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Begitu halnya Taji hidup
harus selalu diasah agar menjadi tajam apabila sudah tajam maka akan berguna
untuk hal yang positif. Kadang banyak kita liat fenomena di lingkungan
masyarat, seseorang atau oknum yang
sudah kaya akan kepintaran, kaya akan gelar sampai S3 bahkan Profesor dan
sebagai public figure kaya akan materi. Mengapa bisa Attitudenya (sikapnya)
abmoral?, maka disini peran pembelajaran agama hindu dalam bentuk aplikasi
nyata (kontekstual Learning), Learn to
know, Learn, To be, Learn to by Procces.
Sinkronisasi pembelajaran Agama Hindu sangat bergantung
pada Tripitama (tiga pilar utama) yaitu Tattwa,
Susila dan Acara. Memasuki tahun kembar 2020 perayaan Tripitama dikristalisasi dalam bentuk Sepi, Sipeng atau Sunia melalui hari suci nyepi caka 1922. Nyepi
menjadi identik dalam ajaran agama hindu karena diakui secara nasional sebagai
hari suci besar umat hindu di Nusantara. Nyepi menjadi pegangan pokok bagi umat
hindu untuk mengendalikan Sad Rasa yang ada dalam diri personalnya. Nyepi di
industry 4.0 atau dalam era Zaman milenial ini perlu dikaji dan ditilik
kembali, bahwa nyepi bukan hanya ajang adu gengsi, adu perayaan heboh, adu
prestise maupun adu gaya semata. Tetapi memang perayaan suci nyepi dijadikan
bahan kontemplasi diri untuk menjadi insan manusia yang tersadarkan dari perdabaan
android ini yang semakin maju. Pembelajaran terhadap perayaan nyepi akan
semakin mantap apabila memang didasari atas keikhlasan dan menepati Catur Bratha Penyepian, maka akan yakin
Nyepi memiliki Taji (ketajaman) pola piker kedepannya. Sepi bukan berarti tidak
berisi kemampuan namun sepi bisa mencari ide dan gagasan baru dalam bertindak.
Serta menjadi berguna dalam memanfaatkan Teknologi yang ada sebagai dasar
peletakan karakter bangsa yang maju.
Catur Bratha penyepian
bukan hanya sekedar hafalan namun lakukanlah. Amati Geni (Mengendalikan Api
dalam diri dan di luar diri), Amati Karya (Mengendalikan diri dari perbuatan
yang negative ke positif), Amati lelungan (Pengendalian Diri ke dalam untuk
pergi merenung), Amati Lelanguan (Cara menjaga kestabilan tubuh dari pola makan
dan kesehatan). Namun diantara keempat Catur Bratha Penyepian di era milenial
ini tidak bisa dilepaskan oleh HP pemutusan paket internet dan jaringan android
adalah salah satu Amati Internet dan Amati Paket yang justru diterapkan lebih maksimal.
Karena HP bukan sekedar keinginan tapi sudah menjadi kebutuhan dan semakin
membuat manusia menggila dan menghamba karena teknologi. Penggunaan
pembelajaran yang tepat untuk pendekatan di hari suci nyepi adalah pembelajaran
berbasi SOCA. Pemaknaan secara Etimologis kata Soca di Bahasa Sansekerta
memiliki pengertian Permata.
Pembelajaran Soca sasaran utamannya adalah peserta didik yang ditempa agar
menjadi permata bagi lingkungan keluarga, pergaulan dan masyarakat bahkan
Permata (SOCA) regenerasi ini bisa mendapatkan skill dari dunia pendidikan
untuk bertahan hidup (Survival) dalam pendidikan konsep Surivival terlah
diajarkan namun metode konkreat ketika persaingan kemampuan tak terbatas ini
tidak pernah disentuh dalam dunia pendidikan hindu.
Catur Bratha Penyepian
jika dikorelasikan dengan pendidikan pembelajran Soca sangatlah relevan. Karena
pembelajaran soca menekankan S yang
pertama Skill (kemampuan mengolah diri), O
yakni optimis, C yaitu Cerdas dan
Cekatan dalam mengambil keputusan dan A
yaitu selalu Amati Personal maksudnya membangun kesadaran pribadi postif.
Dengan Pendekatan Pembelajaran Soca Nyepi dapat terasa harmonis tidak hanya
Amati Geni hingga amati internet namun juga Amati Personal untuk menjadi
pribadi yang lebih baik di tahun caka 1922 di tahun kembar 2020.
Jadi solusi yang
ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi
tantangan Era Nyepi Milenial dengan pendekatan Taji Pembelajaran SOCA adalah
(1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat melalui Catur Bratha penyepian hingga Amati
Personal (penyadaran diri), (2) Belajar Inovatif memalui Sarwagatah Widya (everythings is scince),
(3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan, (4)
prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi
mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai
dasar dalam membentuk SOCA (permata) di hari suci sipeng. (6) Laksanakan Taji Pembelajaran Soca sebagai
dasar penyepian yang harmonis dan steril dari dunia awidya. (7) Jadikan Nyepi sebagai momentum dan monument bersejarah
dalam diri untuk mengasah Taji Kehidupan ini. (8) Estafet pembelajaran dari Sosioandragogik dan sarwabwogatah guru
perlu terus ditingkatkan.
No comments:
Post a Comment