Friday, April 3, 2020

Pendidikan Religi-Nasionalis Generasi Hindu Dharma dan Mahardika

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
 Pendidikan Religi-Nasionalis Generasi 
Hindu Dharma dan Mahardika 

    Setiap pranata sosial maupun lapisan masyarakat terbentuk awal mula dari proses dinamika baik secara disengaja maupun tidak disengaja melalui evolusi pun juga jalur revolusi. Seiring berlangsungnya proses maka memunculkan perubahan. Proses perubahan tidak bisa dilepaskan dari peradaban (budaya). Peradaban proses perubahan tidak bisa dilepaskan dari pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombaknya proses kemerdekaan jiwa setiap homo sapiens.
    Pendidikan merupakan Usaha sadar yang menimbulkan kebebasan dan kelepasan bermuara pada perubahan. Kebebebasan tidaklah hanya menjadikan pribadi yang bodoh menjadi cerdas, bukanpula halnya biaya SPP yang bebas dan Dana BOS yang tinggi tidak berkontribusi serta balance terhadap peningkatan sumber daya manusia terutama anak didik yang terisolir dari nektar-nektar ajaran kebenaran yang notabene masih dibawah rata-rata. Peradaban pendidikan yang dimaksudkan diatas memantik niat cendikiawan bahwa realisasi terhadap Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) menghantarkan peserta didik yang berahlak dan berkarakter. Kemampuan belajar tidak hanya diatas teori bangku sekolahan maupun perguruan tinggi. Namun yang paling penting adalah pengalaman dan praktek yang ditransisikan dari belajar teori (teory learning) ke belajar kontektual (Contectual Learning) secara langsung ke lingkungan sekitar.
    Pendidikan yang utuh dan bersifat universal yaitu pendidikan yang mampu membangun karakter beragama (Character Religius Building) dan membangun karakter bernegara (Character Nasionalis Building). Pendidikan Religionasionalis sebagai saripati purwaka atau pintu pembuka dua mazhab berlawanan (oposisibinner), namun keduanya dalam substansi pemaknaan bisa saling berdampingan, terkonstruk,  balance dan kontribusinya terhadap kehidupan beragama serta bernegara sangatlah nyata. Dalam khasanah pendidikan agama yang melembaga khususnya beragama Hindu istilah yang dikenal berpegang pada kebenaran agama (Dharma Agama) dan berpedoman pada kebenaran negara (Dharma Negara). Benang Merah dari Dwismerti ini, perlu disangga oleh kualitas bernas Human Hindus yang perlu memiliki jiwa “Ning” yakni jiwa hening atau bening sehingga apabila jiwanya jernih maka akan nampak kepermukaan dalam mengelola Dharmaning Agama Dharmaning Negara dalam sudut ranah perpaduan monodualitas mazhab.
    Multiperspektif Kenegaraan bagi pendiri, penegak dan penggerak bangsa  meneropong jauh pada generasi sekarang yang dikenal generasi zaman now yang segala hal dapat diakses serba android untuk menuju generasi emas 2025 di industry 4.0, meyakinkan pada generasi Z’ini yakni bangunlah jiwanya bangunlah raganya, merdekalah jiwanya kemudian merdekalah fisiknya. Serat saripati ini secara tersirat menyampaikan kepada public bahwa jika generasi Z ini ingin maju pada perindustrian 4.0 yang free competition (persaingan bebas) maka jiwanya perlu dipupuk terlebih dahulu agar tumbuh dengan subur dan kuat. Jiwanya patut mahardika barulah ragawinya mahardika. Sinonim perumpamaannya ibarat menanam benih pohon jika dipupuknya bagus maka akar, batang, cabang, ranting dan yang lainnya tumbuh dengan subur.
    Sudut Pendidikan Religi Hindu Basic cahaya ada pada kitab suci Weda sedangkan sudut pendidikan Nasionalis merujuk pada pedoman falsafah Pancasila  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Pendidikan Agama Hindu tidak bisa dilepaskan dari Kurikulum Nasional-Hindus, yakni Kurikulum Nasional K13 dan Kurikulum Hindu yakni Tripitama (Tiga Pilar Utama). Kurikulum Nasional-Hindus menitikberatkan pada kompetensi yang dimiliki peserta didik pada lingkungan pendidikan formal. Kurikulum K13 berisi Kompetensi Inti (KI). (KI1) yaitu Sikap Spiritual, (KI2) yakni Sikap Sosial, (KI3) adalah Pengetahuan/Kognisi dan (KI4) yaitu Keterampilan yang pengejawatahannya dalam bentuk Kurikulum Hindus Tripitama Hindu Dharma antara lain : (KI3/Pengetahuan) = Tattwa, (KI1/Spiritual & KI2/Sosial) = Susila dan (KI4/Keterampilan) = Acara. 
    Realita, fenomena, dan momok permasalahan yang terjadi pada peserta didik atau generasi kekinian didunia pendidikan nasional maupun pendidikan Hindu adalah literasi peserta didik atau budaya membaca anak-anak mulai rendah karena gadget, Porsi waktu bermain lebih banyak dibandingkan dengan belajar, Kurangnya pengawasan orang tua terhadap permainan digital di Hp  di lingkungan pergaulan, Adaptasi pergaulan yang intropert melahirkan sosialisasi yang  mengalami degradasi, Teknologi seperti Hp  dijadikan kebutuhan anak bukan untuk belajar namun mengakses hal yang kurang tepat. Anak kurang focus belajarnya. Bersekolah ataupun kuliah hanya sebagai ajang gengsi, kontestasi bukan pada ranah subtansi.
    Solusi yang dapat ditawarkan demi menepis multiproblema diatas antara lain : (1) Membiasakan TTM (Terpaksa, Terbiasa, dan Membudaya) dalam TarkaVada (budaya diskusi weda), (2) Sa Vidya ya muktaye selalu membaca multi literatur, (3) Membudayakan TEKGAS (Terampil, Kuasai, Gagasan, Aktif dan Selektif) menggunakan HP saat bermain dan belajar, (4) Media Pembelajaran bagi Acarya dikemas dengan model sederhana menuju Mahardika Pegas (kemerdekaan Pena Emas Generasi Emas), (5) Controling (Pengawasan) di setiap lingkungan sosial sangat penting bagi generasi zaman now yang akan mahardika dari Awidya

No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...