Friday, April 3, 2020

Era Baru Pendidikan R3 dalam Dimensi New Sarwagatah Widya

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
 Era Baru Pendidikan R3 dalam Dimensi
New Sarwagatah Widya

Peradaban pendidikan tidak bisa dilepaskan oleh pembaharuan, karena pembaharuan membawa perubahan. Sepanjang manusia belajar maka akan memunculkan perubahan. Yang menjadi pertanyaan menggelitik dan memantik publick kemudian. Apakah pembaharuan menghantarkan manusia pada perubahan yang maju, stagnan, atau mundur?. Peran dari steakholder pendidikan menjawab tantanga ini dari sudut dimensi yang sangat multikultur. Dalam hal pendidikan, pembelajaran jauh lebih gampang dibandingkan membangun caracther. Saking banyaknya peserta didik patut ditelusuri oleh pendidik satu persatu dari mereka yang sedang ditempa dan diproses. Era Baru pendidikan 2020 kembali dibuka dengan menekankan fleksibilitas, mudah, sederhana dan bermakna. Membawa pada paradigma bahwa siswa bukan hanya sekedar malpraktek pendidikan seperti “kerbau yang hanya dicucuk hidungnya”. 
Namun pendidikan era baru hadir demi sebuah kebebasan dalam berkreasi belajar dalam situasi apapun. Terkadang banyak pendidik hanya mengajarkan peserta didiknya dengan mengukur ukuran si pendidik tanpa melihat kondisi siswanya. Terkadang peserta didik lelah dijejali dari materi yang terlalu banyak belum lagi keinginan orang tuanya yang ingin anaknya mendapatkan juara kelas, menyebabkan peserta didik menjadi stress dalam belajar. Bukankah kesuksesan seseorang nantinya dewasa bukan hanya ditentukan oleh nilai yang tinggi?, bukan juga karena dapat Juara 1 terus?, atau mendapatkan nilai IPK cumlaude yang tinggi?. Banyak orang kaya lupa memahami arti kekayaan dari pendidikan yang digelutinya, banyak pula oknum Magister, Doktor bahkan Profesorpun kadang terlalu berambisi dengan jabatan di dunia pendidikan maupun diluar tapi tak sebanding dengan lakunya (karma).
Opsional yang diperbincangkan kemudian adalah kekayaan karena materi dalam dunia pendidikan atau kekayaan karena budhi pekerti. Ajaran tamtamisme dalam geguritan hindu bali telah mendidik secara tersirat  bahwa kesederhanaan dan merunduk seperti padi yang berisi (be humble) adalah cikal bakal membentuk manusia yang terididik secara emosional dan intelektualnya. Dalam sutra yang dibahas ditulisan ini, istilah R3 tidak hanya merujuk pada mobil ataupun Rong Tiga (Kemulan). Namun R3 yang dimaksud adalah peserta didik secara mandiri mampu mampu mengolah Rasio (tattwa), Rasa (susila) dan Raga (acara)  dalam kesatuan pandang Trilogi Pendidikan Hindu. Kesatuan pandang ini penting demi medapatkan anugrah suci secara Spiritual. Koneksi dari Rasio, Rasa dan Raga dengan S3 yakni (satyam, siwam dan sundaram) setiap pengetahuan yang dimiliki seyogyanya bersumber dari R3 dan S3. Penjelasan dari R3 dan S3 ini akan dibingkai dalan New Sarwagatah Widya.
New Sarwagatah Widya memiliki pengertian sumber belajar tidak hanya dari buku (sastra), catur guru maupun swahtah (pengalaman) namun sumber belajar muncul dari kombinasi kesemuannya dalam bentuk pembaharuan ilmu pengetahuan dari tempat dimanapun berada atau sering disebut Sarwabyoghatah Guru (semuanya adalah guru). Urgent sekali setiap pendidik (acarya) mengetahui ini karena belajar tidak hanya didalam kelas tetapi diluar kelas dengan experiment atau percobaan dan belajar dari kegagalan sebagai proses evaluasi. R3 yang terpenting dipelajari yakni pertama Rasio (pola berpikir/manana/ idep) karena belajar pola pikir ibarat belajar menciptakan hulu dalam tubuh manusia (bhuana alit). Jika hulunya bagus hilirnya pasti bisa menyerap semuanya. Sama seperti hulunya ditebang pepohonannya hilirnya pasti longsor. Kedua Rasa sama halnya dengan susila yaitu pola  belajar mengolah emosional diri mulai dari acarya (pendidiknya) belajar mengontrol emosi, jika ada siswa yang tidak mengindahkan perkataan gurunya maka guru tetap dalam kondisi yang stabil, jika bisa hindari perkataan acuh dengan siswa  dengan cara pendekatan humanisme. Yang ketiga Raga yakni setiap elemen jiwa memerlukan fisik yang sehat oleh karenanya dalam ajaran pendidikan hindu mengolah fisik melalui easy yoga (yoga sederhana). Era Baru pendidikan R3 akan bisa dicapai dengan gurunya sebagai suri teladan terlebih dahulu memberi contoh kemudian dibiaskan keapada muridnya.
Dimensi Sarwagatah Widya merujuk pada Satyam, Siwam dan Sundaram yaitu segala ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila berdasarkan atas dasar kebenaran bukan pembenaran, Siwam dengan kesucian minimal keikhlasan belajar tanpa adanya keikhlasan dalam belajar maka akan terjadi situasi belajar karena dipaksa bukan keinginan pribadi, dan sundaram bahwa belajar adalah bagian dari seni yang bisa dipelajari untuk menghaluskan kehidupan dalam bentuk dimensi makna tersirat. Pembaharuan ilmu pengetahuan sangat penting dan jika bisa selalulah membuka pengetahuan yang baru dalam setiap tindakan. Pelajari selalu bertindak sesuai ukuran pribadi masing – masing tanpa mencampuri urusan orang lain. Menjadi contoh lebih penting daripada meberi contoh kepada orang lain.
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan era baru pendidikan adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat, (2) Belajar Inovatif memalui Sarwagatah Widya (everythings is scince), (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki.   

             

No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...