Friday, April 3, 2020

Jnana Yadnya dalam bingkai Profit Hinduprenueurship

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
Jnana Yadnya dalam bingkai 
Profit Hinduprenueurship

    Suka, duka, lara dan pati dari setiap insan manusia pasti adanya, berlebih diyakini kaum hinduisme. Catur Bekel Numadi tidak bisa dilepaskan dari karma, lebih fantastis  kemudian, derap langkah karma melahirkan pengorbanan pun juga persembahan dinamis. Persembahan sering disoroti bersinonim dengan yadnya yang didasari ketulus ikhlasan. Yadnya tidak bisa dilepaskan dari Tripitama (Tiga Pilar Utama) yakni Tattwa, Susila dan Acara. Kerap kali persembahan menghasilkan pengurangan materiil namun makna berpahala tersirat dalam persembahan fleksibilitas tersebut.
    Serat tekstual dari sumber multiliteratur menyampaikan secara tertulis ke public khusus hindu milenial terkait yadnya dalam sinkronisasi pengejawatahannya kedalam perpaduan karma marga dan bhakti marga melahirkan produk upakara yadnya yang dominan. Produk Upakara yang dominan menggelitik bergeliat dan memantik kepermukaan hindusentrik bahwa beragama digiring pada persoalan kontestasi upakara dengan pengeluaran biaya sebesar-besarnya, dan bukan beragama pada ranah substansi. Beragama bersumber dari kontestasi pengeluaran biaya, kerap kali melanda umat menjadi stagnasi, depresi bahkan prustasi. 
    Momok realita terjadi di masyarakat”nyari utang karena yadnya” jelas hal ini pasti defisit kenampakannya. Prestis beryadnya terlalu tinggi melahirkan egosektoral yang mengarah pada pemikiran beragama dangkal. Kuantitas yadnya dipandang lebih dominan dibandingankan kualitas yadnya. Satu persatu masalah, fenomena keluh kesah hinduisme ini ditilik lebih radic dijadikan pisau bedah untuk menemukan jati diri survival beragama hindu yang kaya materi dan kaya substansi khasanah yang melek, intelek di era milenial digital industry 4.0 yang dikenal serba android.
    Jika menemukan kognisi dari membuka lembaran tattwa-tattwa yadnya, tentu dihadapkan pada sastra-sastra pengetahuan suci tentang yadnya. Dalam atharva veda disebutkan :”Sila, Yadnya, Tapa, Dhanam, Pawrejya bhiksu evaca, Yogasca pisama senah, Dharma ya eko, winernayah”,  yang memiliki makna bahwa Agama Hindu mempunyai tujuh bagian yang menjadi pilar utama yaitu Sila yakni Etika, Yadnya yang berarti persembahan suci, Tapa yaitu pengendalian diri termasuk yasa-kerti, Dhanam/punia baik dalam bentuk materi maupun pengetahuan yang sering disebut widyadhanam, Prawrejya (Penyucian), Bhiksu yakni sesana pandita dan pemangku dan yoga pemusatan pikiran. Dari mantra diatas dijelaskan mengenai persembahan berupa widya dhana yakni pemberian pengetahuan bagi seseroang yang masing dalam kondisi (awidya). Widya Dhana sering diidentikkan dengan Jnana Yadnya yaitu persembahan berupa ilmu pengetahuan untuk menumbuh kembangkan kognisi/tattwa. 
    Dunia pendidikan agama hindu pada industry 4.0 yang berbasis K13 sangat menekankan kehidupan karakter peserta didik yang memiliki rasa jnana yadnya sehingga timbul kesan bahwa, belajar agama hindu tidak hanya wacana namun lebih pada praktek maupun kontekstual keseharian. Belajar agama hindu tidak bisa diikat oleh ajaran “Mulo Keto” namun dijawab dengan “Adi Keto”. Jnana Yadnya sebagai dasar bahwa peserta didik bisa menshare ilmunya dengan sesame temannya yang dikenal dengan belajar secara andragogik. Namun yang belum ada dalam kurikulum pelajaran dari tingkat dasar hingga menengah adalah bagaimana jnana yadnya sebagai profit untuk kehidupan kaum pembisnis hindu yang akan membuka lapangan pekerjaan.
    Jadi solusi yang ditawarkan untuk melengkapi dan menyempurnakan kurikulum K13 demi terwujudnya kader generasi hindu yang memiliki jiwa hindupreneurship yang memiliki profit dalam pelajaran agama hindu antara lain : (a) Memberikan pengalaman best praktis pada siswa hindu (sindu) untuk survival dalam menghadapi tantangan peradaban, (b) memasukkan materi enterprenuership pada pelajaran agama hindu, (c) melatih dan mendidik siswa berjiwa AKII yang memiliki makna kekuatan (Power), AKII juga dimaksudkan dengan kepanjangan (aktif, kreatif, inovatif, dan inspiratif) dengan menghasilkan produk untuk profit (d) Sederhanakan konsep upakara yadnya bagi siswa tanpa mengurangi makna upakara yadnya. Dari hal diatas, dapat menjadikan fungsi jnana yadnya sebagai pondasi menjadi generasi hindu yang kaya raya akan materi maupun kaya raya           
             

No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...