Friday, April 3, 2020

Pendidikan Histori-Sosioandragogik Hindu Kutai Kertanegara

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
Pendidikan Histori-Sosioandragogik Hindu
Kutai Kertanegara

Sumber Daya fisik telah dibangun dalam era zaman digitalisasi 4.0 oleh pemerintah pusat dibawah kabinet kerja presiden ketujuh yang terkenal dengan slogannya “kerja nyata”. Setiap daerah yang terisolir telah diberikan ruang untuk membuka  peradaban dengan pembangunan jalan tol dari Sabang hingga Merauke. Dari satu pulau ke pulau lainnya dengan tujuan agar pembenahan infrastruktur layaknya memberikan efek bias kemajuan pada sektor – sektor Negara Indonesia yang lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan, sektor politik, keamanan dan sektor pendidikan pastinya.
Dalam dunia pemerintahan setiap hiruk pikuk Negara terletak pada nafas Kota. Nafas Kota yang sesak menyebabkan banyak permasalahan yang perlu segera diatasi. Baik permasalahan yang tersurat dalam bentuk media pengembangan industry cetak maupun elektronik serta yang tersirat dalam bentuk tindakan masyarakat Indonesia. Jakarta yang terkenal sebagai pusat Kota Negara Indonesia yang dikenal dengan symbol Lingga Yoni secara dimensi Agama Hindu yaitu monument kebesaran Monas yang melambangakan purusa pradhana. Jika mampu rasanya lewat komunikasi symbolic monas tersebut berbicara dan menyiratkan  makna pena emasnya bahwa sekali permasalahan kota atau resiko yang dialami menjadi pusat kota.
Melalui Ratas (rapat terbatas) yang dipimpin oleh Jokowidodo selaku Bapak Presiden Ketujuh bersama Menpanrb dan Menteri perhubungan, mempertimbangan banyaknya permasalahan secara planologi (tata ruang wilayah) dan juga mempertimbangkan masalah urbanisasi, transmigrasi dan multi problem yang kompleksitas maka diputuskan Ibukota Negara berpindah ke Pulau Kalimantan tepatnya di Kutai Kertanegara. Tentu secara Pendidikan budaya Pindahnya ibu kota ke Pulau Kalimantan membawa angin segar peradaban nusantara dan ajaran leluhur mulai sedikit – demi sedikit muncul ke nektar permukaan Negara Indonesia. Secara History of religion, Pulau Kalimantan merupakan awal mula kemunculan peradaban Hindu dan visi – misi Hindu dimulai dari Kerajaan Kutai. 
 Pendidikan Tattwa History Agama Hindu mengajarkan kepada umat Hindu bahwa leluhur hindu memiliki Visi dan Misi Nusantara yang hingga abad ke XV silam dapat menguasai Asia yang diprakarsai dari Kerajaan Majapahit hingga sampai ke Bali. Dalam Serat Dharma Gandul dalam pedoman refrensi Jawa ditekankan bahwa Sabda Palon Nayogenggong ini mulai secara eksplisit menguak kepermukaan, pada Serat Dharma Gandul dinyatakan bahwa Jawa Dvipa, Bali Dvipa dan Swarna Dvipa inilah secara planologi (ilmu tata ruang wilayah) yang merekontruksi kembali peradaban Hindu. Karena apabila Jawa Dvipa telah tidak mampu menanggung beban permasalahan tata ruang kota maka Suvarna Dvipa yang berasal dari urat Su yang berarti mulia dan Varna yang berarti penuh cahaya pesona serta Dvipa yang berarti Pulau Peradaban ini hanya ada pada Pulau Kalimantan yang termasuk kedalam Pancering Jagat Dvipa artinya Pulau tepat berada ditengah – tengah Nusantara (NKRI). 
Bertolak dari linguistik diatas, maka memantik pula apabila kota yang sebelumnya di Jakarta berkembang pesat dibawa ritmenya ke Kalimantan yang terkenal secara pupolis hutan rotannya sangat lebat dan peradaban sosio-psikis masyarakatnya ada yang sudah maju, setengah maju, bahkan masih kental dengan tradisi. Ibu Kota Kutai Kertanegara dari Ibu Kota Indonesia tentu akan banyak adanya percampuran budaya (akulturasi) akan banyak adanya komunikasi pluralis diantara masyarakat. Namun perlu diingat bahwa penduduk holistik di Kalimantan seyogyannya mampu menerima penduduk yang sectarian geografis artinya yang berada diluar pulau Kalimantan. Tentu dalam hal pekerjaan nantinya banyak free kompetisi dengan penduduk setempat. 
Masalah pendidikan hindu yang notabene di Pulau Kalimantan merupakan salah satu pewaris ajaran leluhur Hindu yang terkenal dengan suku Dayak Kaharingan identic sama subtansi dan cara beragamanya. Secara teologis masyarakat dayak kaharingan menyebut Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Ranying Hatala Langit yaitu bapaknya dari para dewata. Pengalaman penulis sekaligus pendidik berdiskusi langsung dengan salah satu penduduk dayak bahwa melalui kitab panuturan yang disampaikan ajarannya yaitu menghormati alam dan isinya adalah hal yang linuwihang dalam bahasa dayak artinya ajarannya sangat luhur dan dilakoni harus secara luhur. Jadi pendidikan agama hindu secara lokal di Pulau Kalimantan perlu merujuk pada akulturasi budaya atau pelestarian budaya setempat supaya menghindari adanya intrik kepercayaan yang tidak sinergis.
Pendidikan secara Histori Agama Hindu memang Kerajaan Kutai memprakarsai pertama namun metodenya kini perlu dikorelasikan dengan mengedepankan budaya setempat melalui kehidupan sosial dan belajar bersama (learning Together) dengan setiap elemen masyarakatnya membawa pengalamannya masing – masing sebagai salah satu instrument untuk mempermudah mempelajari agama hindu di Kutai Kertanegara. Harapannya tentu dengan ibu kota yang baru akan memberikan nuansa yang amat sangat unik untuk kemajuan dan kesejahteraan (kerta) Negara Indonesia ini. Pembelajaran Agama hindu yang kekinian perlu diterapkan di Kaliamantan Timur melalui pendidikan berpola pengalaman keumatan (Andragogic).
Jadi Solusi  yang ditawarkan dan dipertimbangkan untuk memperkuat Ibu Kota nantinya di Kalimantan Timur tepatnya di Kutai Kertanegara terhadap Pendidikan Hindu antara lain : (1) Mendirikan Pasraman Formal baik Pratama Widya Pasraman (TK), Adi Widya Pasraman (SD), Madyama Widya Pasraman (SMP), dan Utama Widya Pasraman (SMA) sesuai PMA 56 tahun 2016, karena dari sekolah mampu membangun peradaban SDM Hindu. (2) Membangun pembelajaran Sosio-andragogik (belajar praktek dimasyarakat secara berpola pengalaman). (3) Pendidikan Planologi Hindu perlu dikembangkan dan disosialisasikan terhadap masyarakat setempat atas dasar Tri Hita Karana. (4) Menjadikan Kitab Pararaton dan Serat Dharma Gandul sebagai acuan terbentuknya Dharma Praja Nusantara. (5) Sad Darsana dari 6 dimensi pandangan keumatan perlu dijaga selalu.   
  
   

No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...