Wednesday, February 23, 2022

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

         Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun waktu ke waktu. Alasan menurunnya hoby membaca sangat variatif mungkin disebabkan dari faktor dalam diri maupun lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyakarat. Apabila proses literasi dengan membiasakan membaca terasa sulit, pendekatan yang dilakukan oleh steakholder sekolah membuat media literasi secara digital sehingga anak - anak mudah mengaksesnya dengan perpaduan gambar dan cerita di isi animasi yang menarik sehingga kebosanan dalam membaca mulai dapat diatasi dengan merangsang siswa untuk membuka buku secara digital. Misalkan dengan versi aplikasi Book Creator Hindu. Pendidik mulai merancang buku digital yang bisa disinergikan dengan Aplikasi Youtube, Aplikasi Ice Breaking (Game) kemudian Aplikasi Google Slide, Google Doc Google Sites serta Aplikasi lainnya. Pendidik Agama Hindu (Acarya) perlu mengerti dan mampu membuat serta mengaplikasikan dari versi aplikasi book creator ini. Ditambah dengan kemajuan dibidang IT dan juga digempurnya karean Pandemi membawa Guru - Guru Agama Hindu dan Pelajar Hindu untuk diajak duduk sejenak belajar mengenai Teknologi Industri 4.0.

Aplikasi Book Creator dapat membantu pembelajaran daring di situasi pandemic membawa pelajar daring tidak bosan dengan pembelajaran Agama Hindu karena di dalam buku sudah bisa diintegrasikan dengan Youtube sudah dapat diintegrasikan dengan Google Sites dan mampu diintergrasikan dengan Google Documen didalamny serta Ice Breaking. Siswa juga dapat menonton jalannya proses pembelajaran lewat video yang disajikan. Book Creator juga bisa dijadikan pegangan sederhana untuk mengatasi kebosanan saat membaca materi pelajaran. Pelajaran Agama Hindu akan lebih menarik, akan lebih sederhana dan bermakna dan mudah dipahami apabila dengan media book creator. Hanya saja permasalahannya adalah guru belum semua bisa mengakses book creator ini belum mampu dalam menyajika book creator ini tugas kitalah bersama sebagai Literator yang memberikan dan melontarkan kemampuan literasi kepada para generasi hinduni saat ini.

            Presisi Pandangan Baru dalam Dunia Pendidikan Hindu yang bisa rasanya dilakukan dan perlu dipertimbankan lebih lanjut adalah pertama, gunakan selalu book creator seperti saat mengajar mampun saat pembelajaran daring di rumah, kedua, berikan pemahaman kepada siswa didik hindu untuk mampu mengakses book creator dengan cepat dan mudah melalui video tutorial yang diupload di Youtube. Kemudian berikan pemahaman sesama pendidik saling sharing untuk mendapatkan pengalaman baru dalam dunia IT asalakan diawali dari ingin masih belajar, mencoba, berlatih dan mengarah pada perubahan yang membawa pendidikan agama hindu lebih maju dalam dunia literasi dan pengembangan terhadap kecakapan IT.

Memaknai Catur Purusa Artha

 

Catur Purusa Artha merupakan salah satu ajaran mulia yang tidak hanya diucapkan melalui mimbar - mimbar Hindu, kelas - kelas online maupun offline serta webinar ataupun sarasehan, namun Catur Purusa Artha sudah ada sejak Umat Hindu sadar bertindak untuk lebih bermanfaat secara universal. Catur Purusa Artha adalah salah satu aplikasi ajaran proses pendewasaan umat hindu dalam mengelola tindakan Dharmanya, Arthanya, Kamanya bahkan Moksanya secara Sekala mwang Niskala. Tatkala Kama mengalahkan Artha, tatkala Artha mengalahkan Dharma saat itu krisis tindakan bermunculan. Ciri Kondisi ini muncul dari awal masalah kondisi corona hingga Pandemi yang nyaris hilang namun lagi PPKM Darurat, dampaknya justru pada masyarakat yang sudah kelimpungan memikirkan Arta dan Kama hingga Dharma nyaris tak terlihat.

Kondisi dan situasi Pandemi covid-19 sebagai alarm diri, untuk bisa memunculkan kembali Catur Purusa Artha yang ada dalam tindakan (Karma), hanya dengan Karma kondisi dan situasi Pandemi Covid-19 ini dapat diredam dengan selalu mengelola pikiran, ucapan dan tindakan. Catur Purusa Artha sebagai salah satu media silang garis vertical dan horizontal yang berpadu membentuk swastika. Swastika ini perlu diaktifkan dengan Swastikarma atau Swastika Karma. Swastikarma ini berputar disetiap sudut putarannya terdapat Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa yang saling inheren dan yang lain serta memancar dan mampu menerangi dikala kegelapan Covid-19 ini.  Dharma sebagai pijakan maupun sandaran umat mengadu dikala kondisi ekonomi yang mulai surut. Ketika Dharma ini muncul dan didukung oleh Arta maka Kama akan mengikuti.

Dharma sebagai pondasi dalam hidup dapat ditemukan dalam berbagai jenis sastra agama. Dharma dijadikan alat untuk menolong diri kita untuk terbebas dari penderitaan “Dharma Raksitah Dharma Raksatah. Barang siapapun yang memegang Dharma maka Dharma itulah yang akan mampu menolong kehidupannya. Dharma juga dijelaskan sebagai pondasi untuk tiba pada swaga loka secara sekala dan niskala. “Ikang Dharma Ngaranya Hetuning Mara ring Swarga Ika”. Artinya Dharma dapat dijadikan pondasi untuk tiba pada surge sekala mwang niskala. Presisi Artha terhadap Dharma adalah dapatkanlah artha dengan pertimbangan Dharma bukan sebaliknya mencari ambisi artha namun tidak memikirkan Dharma. Kama justru menjadi perlu untuk mendorong mendaptakan Artha namun yang lebih penting adalah mendapatkan Artha melalui Kama (Keinginan) untuk tiba pada Moksa yaitu Jiwamukti, Moksa yang paling mendasar selama hidup.

Proses Pendewasaan Diri dalam memaknai Catur Purusha Artha ini dimulai dari tindakan kita. Sama layaknuya lingga yoni yang ada diluar diri kita akan dapat dikalahkan hanya dengan satu lingga yang memancara dalam diri kita. “Sewu Tekang Swarna Lingga alah dening Linggan Ta”, beribu adanya lingga diluar diri kita akan dikalahkan oleh tindakan kita yang diparisudha terlebih dahulu. Maka mulailah dari diri sendiri untuk lakukan yang terbaik mulai dari berpikir, berkata dan bertindak nyata demi keharmonisan semesta.

Tunggal Ika dalam Campuhan Aguron – guron Dharma

 

Peradaban Aguron - guron Dharma menuntun manusia untuk sadar, kesadaran didapatkan untuk proses pendewasaan, proses transisi dari awal kesadaran  mencoba berubah dan berbenah adalah proses belajar. Kesadaran yang perlu ditanamkan kepada siswa di awal aguron – guron adalah niat belajar, niat ketika mengkritik orang lain, maka siswa tersebut belum belajar namun ketika telah mengkritik diri sendiri siswa tersebut mulai belajar. Sanatana Dharma marwah dari Hindu sebagai cermin bahwa Dharma mampu diregenerasi berubah sesuai dengan perkembangan zaman, mengadaptasi zaman yang terus berubah namun jiwa dari komponen Dharma tidak pernah berubah. Proses mengalirnya aguron – guron beragama hindu dari generasi ke generasi berikutnya merupakan Sentana Dharma yaitu sentana pertama belajar dilanjutkan sentana kedua dan seterusnya.

Pada setiap pembelajaran sentana dharma ini memiliki model pembelajaran yang berbeda – beda dalam setiap tahapannya. Pembelajaran awal dari aguron – guron dharma adalah pengendalian pikiran (manahcika parisudha) kemudian pengendalian perkataan (wacika parisudha) dan setelah itu tindakan (kayika parisudha) ketika ketiganya telah diparisudha dalam bentuk aksi/tindakannya maka terjadilah campuhan (perpaduan) antara manahcika wacika kayika menadi tunggal ika. Perbedaan cara berpikir, perbedaan cara mengetahui kerja pikiran, perbedaan cara pandang, perbedaan cara menganalogikan dan lain sebagainya akan dapat diatasi dengan mengetahui persamaan dari ego yang dikendalikan atau ego yang diturunkan. Ego atau sifat keAkuan ini jika tidak ada niat kesadaran dari siswa, guru dan setiap elemen atau ranah pendidikan hindu yang ada di Nusantara ini, menurunkan egonya sudah tidak ada niat, maka hal yang akan terjadi adalah kontestasi pemikiran, kompetisi pemikiran bukan kolaborasi pemikiran. Istilah lainnya besar kepala (isi teorinya banyak., isi pemikirannya banyak) namun pengendalian egonya belum diturunkan atau dialihkan sebagi alat motivasi diri.

Wacika Parisudha perlu juga campuhan (dipadukan) berusaha mengurangi perdebatan hanya sekedar sebuah kontestasi akademis atau kontestasi urat leher, atau kontestasi di media sosial mendapatkan like and dislike. Campuhan Wacika Parisudha bisa didapatkan apabila mampu untuk memahami perbedaan cara berpendapat, cara berargumentasi dan lain sebagainya. Pola pendidikan wacika parisudha ini dapat dipahami secara sederhana yaitu kodrat manusia diberikan satu mulut untuk mampu berbicara pada substansi berbicara dengan kenyataan berbicara sedikit namun memiliki makna yang berarti bagi yang mendengarkan. Inilah proses aguron – guron pendidikan agama hindu dari sisi wacika parisudha.

Kayika Parisudha adalah campuhan kolaborasi dari berbagai jenis karya siswa karya guru, karya dalam sebuah aguron – guron pendidikan agama hindu. Kayika sebagai sebuah kenyataan dari setiap pemikiran, perkataan namun yang terpenting terlihat dari sisi karyanya. Jadi karya yang akan berbicara sendiri terhadap kepribadian pemilik karya. Campuhan Tri Kaya Parisudha yaitu Manah, wacika dan Kayika menjadi akan stabil apabila mengalami Tunggal Ika. Segala perbedaan akan mengalami perpaduan/campuhan apabila Tunggal Ika. Swarnaning Gawe Metu Phalanya, Manahcika Wacika Kayika Menadi Tunggal Ika. Berbagai jenis pekerjaan akan menuai hasil apabila pikiran, perkatan dan tindakan stabil dalam kesatuan.

SOCANTARA

         Socantara merupakan istilah penggabungan dua kata yang memiliki keterpaduan dan pemaknaan yang mendalam yakni Soca dan Nusantara. Soca dalam istilah Balinya adalah Permata Mulia, atau bebatuan yang memiliki makna estetik pada penggunanya. Begitupula Permata biasanya dijadikan afirmasi sebuah pemikiran manusia dari sisi “les”/ “ules” /”karakter” maka istilah pada bebatuan mulia atau permata mulia tersebut sering disebut terdapat istilah yang muncul yaitu les dadap, les jati, les cendana, les biyu, les kelor dan masih banyak yang lainnya. Pemaknaan terhadap karakter bebatuan atau “les” merupakan cara si pengguna bebatuan untuk mengafirmasi pemikirannya selayaknya “les” yang dipergunakannya misalnya menggunakan Soca les jati seseorang yang menggunakan cincin dengan soca les jati ini memiliki seyogyanya karakter pendirian yang kuat karena “Jatidirinya”. Soca les dadap seseorang yang menggunakan cincin permata bermata les dadap ini memiliki seyogyanya mampu meneladani pohon dadap atau sering disebut pohon “kayu sakti”, bisa memberikan peneduh dan kesembuhan bagi umat manusia. Namun penulis disini tidak berkutat pada selembar tulisan bebatuan atau les atau permata mulia, pada presisi ini penulis membawa optik atau perspektif berbeda dari Soca ini.

Soca yang dimaksudkan penulis permata mulia dari menanam benih kahuripan pada alam semesta dan menanam benih kahuripan pada diri manusia, katakanlah istilah seremnya “bhuana alit”. Menanam benih permata lewat mata hati, menanam benih perkataan lewat mata berbicara dan menanam benih mata tindakan lewat karya yang dibuat adalah hal penting yang harus dimiliki terutama ketika dalam pendidikan. Pendidikan perlu mengajarkan tanam benih permata mulia dalam diri pelajar, permata inilah soca yang perlu diasah ditanam dan dirawat permatanya agar dapat terus bersinar. Permata yang dimaksud adalah manusia yang masih dalam proses belajar, Permatanya diasah lewat belajar berpikir, belajar berbicara dan belajar bertindak agar “les”atau “ules” atau sering disebut karakter dalam diri pelajar dapat dibangun. Inilah konsep dari paradigma SOCAIS.

Soca dalam menanam benih permata pada diri pelajar adalah dengan pendekatan usaha dan niat suci. Soca bisa dipadankan dengan istilah SAUCA yang berarti kesucian. Kesucian mungkin istilah yang terlalu berat namun levelnya diturunkan menjadi pembersihan diri. Sebelum belajar, sebagai seorang pelajar di nusantara patut mengetahui proses untuk menanam benih permata (soca) yang bersih dalam diri adalah dengan niat tulus belajar. Belajar didasari atau usaha dalam membaca, menulis, menalar dan memahami persepsi sebagai sebuah perbandingan dan gagasan yang membangun.

    Soca merupakan istilah menusantaranya Permata. Pelajar diibaratkan sebagai permata yang perlu diasah terus agar tajam dan memiliki cahaya. Permata yang masih berbentuk bebatuan yang tak bersinar dan memiliki fungsi diaktifkan melalui, Socaksara, Socagama, Socalaksana. Artinya Socaksara dibangkitkan permata hati pembelajar lewat aksara, bangkitkan agem-ageman atau pedoman permata hati dari pelajar itu lewat agama yang penuh kedamaian dan cinta kasih dan bangkitkan wujud nyata permata hati (soca) karakter pelajar dengan karya melalui laksana. Jika dibahas menusantara Aliran SOCAIS sebagai salah satu imu terapan sosial yang tidak pernah habis dibahas untuk penyatuan sosial masyarakat melalui tanam benih permata pemikiran dan perasaan manusia. 

Coronomicro Teaching

    “Coronomicro Teaching” mungkin istilah yang asing namun penuh genting dan sensasi penting. Mungkin padanan istilah kata “asal asalan” tapi asal muasal sesuai dengan kenyataan yang ada. Istilah yang dipadankan dari beberapa kata sesuai realita. Padanaan kata “Coronomicro Teaching” ini membawa sensasi pada lapisan pendidikan online fase ini dan pendidikan online masa depan yang patut diambil pembelajaran dan pengalamannya. Mengapa perlu mengambil pembelajaran dan pengalaman dari isitilah coronomicro teaching ini?. Karena komponen “padanan kata ini” dapat diurai menjadi penggalan komponen prinsip yang memadukannya menjadi kesatuan yang berkesinambungan yaitu Corona, Ekonomi, dan Microteaching. Presisi dialihkan sejenak sambil seruput kopi sebentar, presisi dengan isi pertama tentu corona virus C-19/Vancovir/Pandemi C-19. Corona membawa visi misi genting sekaligus stanting bahkan penting dipelajari untuk menuju pada posisi Leading Life (posisi puncak kehidupan). Krisis dalam berbagai bidang terutama ekonomi yang anjlok, disatu sisi ekonomi terbuka dengan meningkatkan asupan vitamin, dan vaksin yang telah disuntikan ke lengan kanan maupun kiri kalangan masyarakat, untuk dapat terhindar dari virus corona. 
    Pun juga dunia pendidikan mengalami transisi yang pada awalnya Pra Pancovir melanda dilaksanakan offline beralih ke online. Prosesi dari Pancovir ini dalam dunia pendidikan sangatlah seksi, Mengapa Seksi?, karena pendidikan digiring pada wilayah loyalitas pendidik, peserta didik bahkan orang tuanya untuk menyisihkan beberapa gajih atau pendapatannya untuk pembelian kuota, pemasangan wifi dan mungkin sampai pembelian piranti laptop, tab, ponsel android yang dapat mengakses pembelajaran, begitupula gurunya untuk membuat media pembelajaran berbasis digital dan milenial sesuai dengan generasi peserta didiknya saat ini. Tentu “tungku” ekonomi menjadi jawaban dari prosesi Pancovir yang merubah posisi tradisi belajar peserta didik dan cara mengajar Sang Pengajar. 
     Ekonominya dari tri sentral pendidikan patut mendukung juga, namun realitas dari beberapa orang tua dan siswa saat Pancovir melanda ada yang bisa mengikuti pembelajaran ada juga tidak dapat karena terkendala piranti teknologi digital, karena daya dukung orang tua bervariasi. Penghasilan juga bervariasi. Posisi Sang Pengajar baik Dosen maupun Guru dituntut untuk beradaptasi dan loyal mau membeli paket atau kuota internet agar media pembelajaran berjalan. Pembaca lembaran wartam sembari seruput kopi ESCOnya beberapa kali, lihat presisi kedua dari dampak coronomic bagi pendidikan dari sisi strategi mengajar guru maupun dosen perlu di recovery kembali. Pemulihan strategi atau cara mengajar diawali dari pembelajaran pancovir, kiat kiat bertahan untuk hidup dari sisi ekonomi yang bisa dilakukan oleh siswa atau mahasiswa selama belajar online dari rumah. Strategi mengajar dan mendidik ini perlu dibangun dari unit micro atau terbatas yaitu melalui belajar mengajar kembali pada siswa yang terbatas. Pemulihan Microteachinng dari Offline ke Online dan kembali di tahun 2022 akan diujicobakan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), Istilah inilah bagian dari merecovery cara mengajar guru dan dosen. Agar pola “Coronomicro Teaching” dapat diadopsi dan dimodifikasi agar mentradisi dari kalangan jenjang pendidikan manapun mulai TK hingga Perguruan Tinggi.

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...