Wednesday, February 23, 2022

Memaknai Catur Purusa Artha

 

Catur Purusa Artha merupakan salah satu ajaran mulia yang tidak hanya diucapkan melalui mimbar - mimbar Hindu, kelas - kelas online maupun offline serta webinar ataupun sarasehan, namun Catur Purusa Artha sudah ada sejak Umat Hindu sadar bertindak untuk lebih bermanfaat secara universal. Catur Purusa Artha adalah salah satu aplikasi ajaran proses pendewasaan umat hindu dalam mengelola tindakan Dharmanya, Arthanya, Kamanya bahkan Moksanya secara Sekala mwang Niskala. Tatkala Kama mengalahkan Artha, tatkala Artha mengalahkan Dharma saat itu krisis tindakan bermunculan. Ciri Kondisi ini muncul dari awal masalah kondisi corona hingga Pandemi yang nyaris hilang namun lagi PPKM Darurat, dampaknya justru pada masyarakat yang sudah kelimpungan memikirkan Arta dan Kama hingga Dharma nyaris tak terlihat.

Kondisi dan situasi Pandemi covid-19 sebagai alarm diri, untuk bisa memunculkan kembali Catur Purusa Artha yang ada dalam tindakan (Karma), hanya dengan Karma kondisi dan situasi Pandemi Covid-19 ini dapat diredam dengan selalu mengelola pikiran, ucapan dan tindakan. Catur Purusa Artha sebagai salah satu media silang garis vertical dan horizontal yang berpadu membentuk swastika. Swastika ini perlu diaktifkan dengan Swastikarma atau Swastika Karma. Swastikarma ini berputar disetiap sudut putarannya terdapat Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa yang saling inheren dan yang lain serta memancar dan mampu menerangi dikala kegelapan Covid-19 ini.  Dharma sebagai pijakan maupun sandaran umat mengadu dikala kondisi ekonomi yang mulai surut. Ketika Dharma ini muncul dan didukung oleh Arta maka Kama akan mengikuti.

Dharma sebagai pondasi dalam hidup dapat ditemukan dalam berbagai jenis sastra agama. Dharma dijadikan alat untuk menolong diri kita untuk terbebas dari penderitaan “Dharma Raksitah Dharma Raksatah. Barang siapapun yang memegang Dharma maka Dharma itulah yang akan mampu menolong kehidupannya. Dharma juga dijelaskan sebagai pondasi untuk tiba pada swaga loka secara sekala dan niskala. “Ikang Dharma Ngaranya Hetuning Mara ring Swarga Ika”. Artinya Dharma dapat dijadikan pondasi untuk tiba pada surge sekala mwang niskala. Presisi Artha terhadap Dharma adalah dapatkanlah artha dengan pertimbangan Dharma bukan sebaliknya mencari ambisi artha namun tidak memikirkan Dharma. Kama justru menjadi perlu untuk mendorong mendaptakan Artha namun yang lebih penting adalah mendapatkan Artha melalui Kama (Keinginan) untuk tiba pada Moksa yaitu Jiwamukti, Moksa yang paling mendasar selama hidup.

Proses Pendewasaan Diri dalam memaknai Catur Purusha Artha ini dimulai dari tindakan kita. Sama layaknuya lingga yoni yang ada diluar diri kita akan dapat dikalahkan hanya dengan satu lingga yang memancara dalam diri kita. “Sewu Tekang Swarna Lingga alah dening Linggan Ta”, beribu adanya lingga diluar diri kita akan dikalahkan oleh tindakan kita yang diparisudha terlebih dahulu. Maka mulailah dari diri sendiri untuk lakukan yang terbaik mulai dari berpikir, berkata dan bertindak nyata demi keharmonisan semesta.

No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...