Wednesday, February 23, 2022

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

         Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun waktu ke waktu. Alasan menurunnya hoby membaca sangat variatif mungkin disebabkan dari faktor dalam diri maupun lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyakarat. Apabila proses literasi dengan membiasakan membaca terasa sulit, pendekatan yang dilakukan oleh steakholder sekolah membuat media literasi secara digital sehingga anak - anak mudah mengaksesnya dengan perpaduan gambar dan cerita di isi animasi yang menarik sehingga kebosanan dalam membaca mulai dapat diatasi dengan merangsang siswa untuk membuka buku secara digital. Misalkan dengan versi aplikasi Book Creator Hindu. Pendidik mulai merancang buku digital yang bisa disinergikan dengan Aplikasi Youtube, Aplikasi Ice Breaking (Game) kemudian Aplikasi Google Slide, Google Doc Google Sites serta Aplikasi lainnya. Pendidik Agama Hindu (Acarya) perlu mengerti dan mampu membuat serta mengaplikasikan dari versi aplikasi book creator ini. Ditambah dengan kemajuan dibidang IT dan juga digempurnya karean Pandemi membawa Guru - Guru Agama Hindu dan Pelajar Hindu untuk diajak duduk sejenak belajar mengenai Teknologi Industri 4.0.

Aplikasi Book Creator dapat membantu pembelajaran daring di situasi pandemic membawa pelajar daring tidak bosan dengan pembelajaran Agama Hindu karena di dalam buku sudah bisa diintegrasikan dengan Youtube sudah dapat diintegrasikan dengan Google Sites dan mampu diintergrasikan dengan Google Documen didalamny serta Ice Breaking. Siswa juga dapat menonton jalannya proses pembelajaran lewat video yang disajikan. Book Creator juga bisa dijadikan pegangan sederhana untuk mengatasi kebosanan saat membaca materi pelajaran. Pelajaran Agama Hindu akan lebih menarik, akan lebih sederhana dan bermakna dan mudah dipahami apabila dengan media book creator. Hanya saja permasalahannya adalah guru belum semua bisa mengakses book creator ini belum mampu dalam menyajika book creator ini tugas kitalah bersama sebagai Literator yang memberikan dan melontarkan kemampuan literasi kepada para generasi hinduni saat ini.

            Presisi Pandangan Baru dalam Dunia Pendidikan Hindu yang bisa rasanya dilakukan dan perlu dipertimbankan lebih lanjut adalah pertama, gunakan selalu book creator seperti saat mengajar mampun saat pembelajaran daring di rumah, kedua, berikan pemahaman kepada siswa didik hindu untuk mampu mengakses book creator dengan cepat dan mudah melalui video tutorial yang diupload di Youtube. Kemudian berikan pemahaman sesama pendidik saling sharing untuk mendapatkan pengalaman baru dalam dunia IT asalakan diawali dari ingin masih belajar, mencoba, berlatih dan mengarah pada perubahan yang membawa pendidikan agama hindu lebih maju dalam dunia literasi dan pengembangan terhadap kecakapan IT.

Memaknai Catur Purusa Artha

 

Catur Purusa Artha merupakan salah satu ajaran mulia yang tidak hanya diucapkan melalui mimbar - mimbar Hindu, kelas - kelas online maupun offline serta webinar ataupun sarasehan, namun Catur Purusa Artha sudah ada sejak Umat Hindu sadar bertindak untuk lebih bermanfaat secara universal. Catur Purusa Artha adalah salah satu aplikasi ajaran proses pendewasaan umat hindu dalam mengelola tindakan Dharmanya, Arthanya, Kamanya bahkan Moksanya secara Sekala mwang Niskala. Tatkala Kama mengalahkan Artha, tatkala Artha mengalahkan Dharma saat itu krisis tindakan bermunculan. Ciri Kondisi ini muncul dari awal masalah kondisi corona hingga Pandemi yang nyaris hilang namun lagi PPKM Darurat, dampaknya justru pada masyarakat yang sudah kelimpungan memikirkan Arta dan Kama hingga Dharma nyaris tak terlihat.

Kondisi dan situasi Pandemi covid-19 sebagai alarm diri, untuk bisa memunculkan kembali Catur Purusa Artha yang ada dalam tindakan (Karma), hanya dengan Karma kondisi dan situasi Pandemi Covid-19 ini dapat diredam dengan selalu mengelola pikiran, ucapan dan tindakan. Catur Purusa Artha sebagai salah satu media silang garis vertical dan horizontal yang berpadu membentuk swastika. Swastika ini perlu diaktifkan dengan Swastikarma atau Swastika Karma. Swastikarma ini berputar disetiap sudut putarannya terdapat Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa yang saling inheren dan yang lain serta memancar dan mampu menerangi dikala kegelapan Covid-19 ini.  Dharma sebagai pijakan maupun sandaran umat mengadu dikala kondisi ekonomi yang mulai surut. Ketika Dharma ini muncul dan didukung oleh Arta maka Kama akan mengikuti.

Dharma sebagai pondasi dalam hidup dapat ditemukan dalam berbagai jenis sastra agama. Dharma dijadikan alat untuk menolong diri kita untuk terbebas dari penderitaan “Dharma Raksitah Dharma Raksatah. Barang siapapun yang memegang Dharma maka Dharma itulah yang akan mampu menolong kehidupannya. Dharma juga dijelaskan sebagai pondasi untuk tiba pada swaga loka secara sekala dan niskala. “Ikang Dharma Ngaranya Hetuning Mara ring Swarga Ika”. Artinya Dharma dapat dijadikan pondasi untuk tiba pada surge sekala mwang niskala. Presisi Artha terhadap Dharma adalah dapatkanlah artha dengan pertimbangan Dharma bukan sebaliknya mencari ambisi artha namun tidak memikirkan Dharma. Kama justru menjadi perlu untuk mendorong mendaptakan Artha namun yang lebih penting adalah mendapatkan Artha melalui Kama (Keinginan) untuk tiba pada Moksa yaitu Jiwamukti, Moksa yang paling mendasar selama hidup.

Proses Pendewasaan Diri dalam memaknai Catur Purusha Artha ini dimulai dari tindakan kita. Sama layaknuya lingga yoni yang ada diluar diri kita akan dapat dikalahkan hanya dengan satu lingga yang memancara dalam diri kita. “Sewu Tekang Swarna Lingga alah dening Linggan Ta”, beribu adanya lingga diluar diri kita akan dikalahkan oleh tindakan kita yang diparisudha terlebih dahulu. Maka mulailah dari diri sendiri untuk lakukan yang terbaik mulai dari berpikir, berkata dan bertindak nyata demi keharmonisan semesta.

Tunggal Ika dalam Campuhan Aguron – guron Dharma

 

Peradaban Aguron - guron Dharma menuntun manusia untuk sadar, kesadaran didapatkan untuk proses pendewasaan, proses transisi dari awal kesadaran  mencoba berubah dan berbenah adalah proses belajar. Kesadaran yang perlu ditanamkan kepada siswa di awal aguron – guron adalah niat belajar, niat ketika mengkritik orang lain, maka siswa tersebut belum belajar namun ketika telah mengkritik diri sendiri siswa tersebut mulai belajar. Sanatana Dharma marwah dari Hindu sebagai cermin bahwa Dharma mampu diregenerasi berubah sesuai dengan perkembangan zaman, mengadaptasi zaman yang terus berubah namun jiwa dari komponen Dharma tidak pernah berubah. Proses mengalirnya aguron – guron beragama hindu dari generasi ke generasi berikutnya merupakan Sentana Dharma yaitu sentana pertama belajar dilanjutkan sentana kedua dan seterusnya.

Pada setiap pembelajaran sentana dharma ini memiliki model pembelajaran yang berbeda – beda dalam setiap tahapannya. Pembelajaran awal dari aguron – guron dharma adalah pengendalian pikiran (manahcika parisudha) kemudian pengendalian perkataan (wacika parisudha) dan setelah itu tindakan (kayika parisudha) ketika ketiganya telah diparisudha dalam bentuk aksi/tindakannya maka terjadilah campuhan (perpaduan) antara manahcika wacika kayika menadi tunggal ika. Perbedaan cara berpikir, perbedaan cara mengetahui kerja pikiran, perbedaan cara pandang, perbedaan cara menganalogikan dan lain sebagainya akan dapat diatasi dengan mengetahui persamaan dari ego yang dikendalikan atau ego yang diturunkan. Ego atau sifat keAkuan ini jika tidak ada niat kesadaran dari siswa, guru dan setiap elemen atau ranah pendidikan hindu yang ada di Nusantara ini, menurunkan egonya sudah tidak ada niat, maka hal yang akan terjadi adalah kontestasi pemikiran, kompetisi pemikiran bukan kolaborasi pemikiran. Istilah lainnya besar kepala (isi teorinya banyak., isi pemikirannya banyak) namun pengendalian egonya belum diturunkan atau dialihkan sebagi alat motivasi diri.

Wacika Parisudha perlu juga campuhan (dipadukan) berusaha mengurangi perdebatan hanya sekedar sebuah kontestasi akademis atau kontestasi urat leher, atau kontestasi di media sosial mendapatkan like and dislike. Campuhan Wacika Parisudha bisa didapatkan apabila mampu untuk memahami perbedaan cara berpendapat, cara berargumentasi dan lain sebagainya. Pola pendidikan wacika parisudha ini dapat dipahami secara sederhana yaitu kodrat manusia diberikan satu mulut untuk mampu berbicara pada substansi berbicara dengan kenyataan berbicara sedikit namun memiliki makna yang berarti bagi yang mendengarkan. Inilah proses aguron – guron pendidikan agama hindu dari sisi wacika parisudha.

Kayika Parisudha adalah campuhan kolaborasi dari berbagai jenis karya siswa karya guru, karya dalam sebuah aguron – guron pendidikan agama hindu. Kayika sebagai sebuah kenyataan dari setiap pemikiran, perkataan namun yang terpenting terlihat dari sisi karyanya. Jadi karya yang akan berbicara sendiri terhadap kepribadian pemilik karya. Campuhan Tri Kaya Parisudha yaitu Manah, wacika dan Kayika menjadi akan stabil apabila mengalami Tunggal Ika. Segala perbedaan akan mengalami perpaduan/campuhan apabila Tunggal Ika. Swarnaning Gawe Metu Phalanya, Manahcika Wacika Kayika Menadi Tunggal Ika. Berbagai jenis pekerjaan akan menuai hasil apabila pikiran, perkatan dan tindakan stabil dalam kesatuan.

SOCANTARA

         Socantara merupakan istilah penggabungan dua kata yang memiliki keterpaduan dan pemaknaan yang mendalam yakni Soca dan Nusantara. Soca dalam istilah Balinya adalah Permata Mulia, atau bebatuan yang memiliki makna estetik pada penggunanya. Begitupula Permata biasanya dijadikan afirmasi sebuah pemikiran manusia dari sisi “les”/ “ules” /”karakter” maka istilah pada bebatuan mulia atau permata mulia tersebut sering disebut terdapat istilah yang muncul yaitu les dadap, les jati, les cendana, les biyu, les kelor dan masih banyak yang lainnya. Pemaknaan terhadap karakter bebatuan atau “les” merupakan cara si pengguna bebatuan untuk mengafirmasi pemikirannya selayaknya “les” yang dipergunakannya misalnya menggunakan Soca les jati seseorang yang menggunakan cincin dengan soca les jati ini memiliki seyogyanya karakter pendirian yang kuat karena “Jatidirinya”. Soca les dadap seseorang yang menggunakan cincin permata bermata les dadap ini memiliki seyogyanya mampu meneladani pohon dadap atau sering disebut pohon “kayu sakti”, bisa memberikan peneduh dan kesembuhan bagi umat manusia. Namun penulis disini tidak berkutat pada selembar tulisan bebatuan atau les atau permata mulia, pada presisi ini penulis membawa optik atau perspektif berbeda dari Soca ini.

Soca yang dimaksudkan penulis permata mulia dari menanam benih kahuripan pada alam semesta dan menanam benih kahuripan pada diri manusia, katakanlah istilah seremnya “bhuana alit”. Menanam benih permata lewat mata hati, menanam benih perkataan lewat mata berbicara dan menanam benih mata tindakan lewat karya yang dibuat adalah hal penting yang harus dimiliki terutama ketika dalam pendidikan. Pendidikan perlu mengajarkan tanam benih permata mulia dalam diri pelajar, permata inilah soca yang perlu diasah ditanam dan dirawat permatanya agar dapat terus bersinar. Permata yang dimaksud adalah manusia yang masih dalam proses belajar, Permatanya diasah lewat belajar berpikir, belajar berbicara dan belajar bertindak agar “les”atau “ules” atau sering disebut karakter dalam diri pelajar dapat dibangun. Inilah konsep dari paradigma SOCAIS.

Soca dalam menanam benih permata pada diri pelajar adalah dengan pendekatan usaha dan niat suci. Soca bisa dipadankan dengan istilah SAUCA yang berarti kesucian. Kesucian mungkin istilah yang terlalu berat namun levelnya diturunkan menjadi pembersihan diri. Sebelum belajar, sebagai seorang pelajar di nusantara patut mengetahui proses untuk menanam benih permata (soca) yang bersih dalam diri adalah dengan niat tulus belajar. Belajar didasari atau usaha dalam membaca, menulis, menalar dan memahami persepsi sebagai sebuah perbandingan dan gagasan yang membangun.

    Soca merupakan istilah menusantaranya Permata. Pelajar diibaratkan sebagai permata yang perlu diasah terus agar tajam dan memiliki cahaya. Permata yang masih berbentuk bebatuan yang tak bersinar dan memiliki fungsi diaktifkan melalui, Socaksara, Socagama, Socalaksana. Artinya Socaksara dibangkitkan permata hati pembelajar lewat aksara, bangkitkan agem-ageman atau pedoman permata hati dari pelajar itu lewat agama yang penuh kedamaian dan cinta kasih dan bangkitkan wujud nyata permata hati (soca) karakter pelajar dengan karya melalui laksana. Jika dibahas menusantara Aliran SOCAIS sebagai salah satu imu terapan sosial yang tidak pernah habis dibahas untuk penyatuan sosial masyarakat melalui tanam benih permata pemikiran dan perasaan manusia. 

Coronomicro Teaching

    “Coronomicro Teaching” mungkin istilah yang asing namun penuh genting dan sensasi penting. Mungkin padanan istilah kata “asal asalan” tapi asal muasal sesuai dengan kenyataan yang ada. Istilah yang dipadankan dari beberapa kata sesuai realita. Padanaan kata “Coronomicro Teaching” ini membawa sensasi pada lapisan pendidikan online fase ini dan pendidikan online masa depan yang patut diambil pembelajaran dan pengalamannya. Mengapa perlu mengambil pembelajaran dan pengalaman dari isitilah coronomicro teaching ini?. Karena komponen “padanan kata ini” dapat diurai menjadi penggalan komponen prinsip yang memadukannya menjadi kesatuan yang berkesinambungan yaitu Corona, Ekonomi, dan Microteaching. Presisi dialihkan sejenak sambil seruput kopi sebentar, presisi dengan isi pertama tentu corona virus C-19/Vancovir/Pandemi C-19. Corona membawa visi misi genting sekaligus stanting bahkan penting dipelajari untuk menuju pada posisi Leading Life (posisi puncak kehidupan). Krisis dalam berbagai bidang terutama ekonomi yang anjlok, disatu sisi ekonomi terbuka dengan meningkatkan asupan vitamin, dan vaksin yang telah disuntikan ke lengan kanan maupun kiri kalangan masyarakat, untuk dapat terhindar dari virus corona. 
    Pun juga dunia pendidikan mengalami transisi yang pada awalnya Pra Pancovir melanda dilaksanakan offline beralih ke online. Prosesi dari Pancovir ini dalam dunia pendidikan sangatlah seksi, Mengapa Seksi?, karena pendidikan digiring pada wilayah loyalitas pendidik, peserta didik bahkan orang tuanya untuk menyisihkan beberapa gajih atau pendapatannya untuk pembelian kuota, pemasangan wifi dan mungkin sampai pembelian piranti laptop, tab, ponsel android yang dapat mengakses pembelajaran, begitupula gurunya untuk membuat media pembelajaran berbasis digital dan milenial sesuai dengan generasi peserta didiknya saat ini. Tentu “tungku” ekonomi menjadi jawaban dari prosesi Pancovir yang merubah posisi tradisi belajar peserta didik dan cara mengajar Sang Pengajar. 
     Ekonominya dari tri sentral pendidikan patut mendukung juga, namun realitas dari beberapa orang tua dan siswa saat Pancovir melanda ada yang bisa mengikuti pembelajaran ada juga tidak dapat karena terkendala piranti teknologi digital, karena daya dukung orang tua bervariasi. Penghasilan juga bervariasi. Posisi Sang Pengajar baik Dosen maupun Guru dituntut untuk beradaptasi dan loyal mau membeli paket atau kuota internet agar media pembelajaran berjalan. Pembaca lembaran wartam sembari seruput kopi ESCOnya beberapa kali, lihat presisi kedua dari dampak coronomic bagi pendidikan dari sisi strategi mengajar guru maupun dosen perlu di recovery kembali. Pemulihan strategi atau cara mengajar diawali dari pembelajaran pancovir, kiat kiat bertahan untuk hidup dari sisi ekonomi yang bisa dilakukan oleh siswa atau mahasiswa selama belajar online dari rumah. Strategi mengajar dan mendidik ini perlu dibangun dari unit micro atau terbatas yaitu melalui belajar mengajar kembali pada siswa yang terbatas. Pemulihan Microteachinng dari Offline ke Online dan kembali di tahun 2022 akan diujicobakan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas), Istilah inilah bagian dari merecovery cara mengajar guru dan dosen. Agar pola “Coronomicro Teaching” dapat diadopsi dan dimodifikasi agar mentradisi dari kalangan jenjang pendidikan manapun mulai TK hingga Perguruan Tinggi.

Thursday, July 9, 2020

HOTS (High Order Thinking Skill), New Normal Pendidikan Hindu


Penulis : Candra Prawartana, M.Pd

Jenis Tulisan : Artikel



HOTS (High Order Thinking Skill),

New Normal Pendidikan Hindu


“Widya Sastra Sudharma Pinaka De Pada Ikanang Tri Buana”, artinya Pengetahuan sastra bersumber dari tiga hal utama yang dapat meresapi Alam semesta beserta isinya. Tiga hal utama yang dapat menjadi sumber dari pengetahuan antara lain : Sastratah, Gurutah dan Swahtah. Sastratah merupakan Sumber Pengetahuan menurut refrensi sastra, literatur, kitab, lontar dst. Gurutah sumber dari pengetahuan berpedoman pada guru, yang mana disebut Guru?, selain Tri Kasinanggah Guru tiada lain yakni Seluruh Elemen Alam Semesta ini adalah Guru yang Utama (Sarwa Byogatah Guru) bahkan Pengalaman Hidupun merupakan guru utama sering diistilahkan “Experience is the best Teacher”, kemudian Swahtah ini mengacu pengalaman, pengetahuan didapatkan langsung melalui pengalaman praktek/action. Tanpa Adanya Praktek setebal apapun buku yang dibaca maupun dihafalkan tidak ada artinya tanpa action konkreat. Pengetahuan hanya ditataran permukaan saja yang dijadikan komoditi Show Up semata, atau hafalan – hafalan saja.
Begitujuga dalam lingkungan pendidikan Hindu yang diiikat oleh adanya Unsur Tripitama yakni Tiga Pilar Utama yaitu Tattwa, Susila dan Acara. Ditengah derasnya arus Pandemi Covid-19 ini menerpa Tri Pitama Hadir sebagai Tonggak untuk menggantikan fase peradaabaan manusia dari dulunya “nyengker dewek” atau berdiam diri dirumah saja, sekarang sudah beralih ke fase new normal, namun kendalanya sangat banyak apabila akan terjadinya New Normal, resikonya sangat besar, namun seiring dengan kebiasaan yang dilakukan sesuai dengan Protap kesehatan dan masyarakat Disiplin maka akan tercipta New Normal sesuai ekspektasi, tapi baru – baru ini kemendikbud mengeluarkan surat edaran nomor 15 tahun 2020 yang mencantumkan dan berdasarkan atas Permendibud Nomor 33 tahun 2019 tentang Satuan Pendidikan Aman  Bencara saat covid-19 yang menganjurkan kepada  semua Steakholder didalam dunia pendidikan untuk selalu melaksanakan Pembelajaran Daring dan Luring yaitu Pembelajaran Dalam Jaringan dan Pembelajaran di Luar Jaringan melalui system PJJ (pembelajaran Jarak Jauh). Tentu dalam Hal ini Pendidikan Hindu menyikapi akan mengikuti anjuran pemerintah dalam ini mengupayakan Pembelajaran dari berjalan Kondusif dan Efisien.
Pendidikan Hindu mengambil langkah High Order Thinking Skiill (HOTS) yaitu salah satu metode cara berpikir radic (Mendalam, Kritis) menyikapi instruksi pemerintah dengan menerapkan pembelajaran yang mengarahkan paa kontekstual learning misalnya, memohon kepada orang tua untuk memvideokan anak – anaknya saat metanding banten saiban, Mendokumentasikan anak – anaknya untuk metanding canang, bersih – bersih dihalam rumah, membantu memberishkan lingkungan di Sanggah Kemulan. Ini adalah salah satu media untuk selalu melakukan perubahan cara berpikir dalam dunia pendidikan bahwa pendidikan tidak semata – mata mencarii nilai atau kompetisi semata tapi lebih pada kreativitas dalam melakukan kecapakan hidup. Pendidikan hindu mengambil langkah untuk menyirami mental dan spirit siswa hindu dari sisi kerohanian melalui cara kecapakan hidup, misalkan salalu membiasakan anak sembahyang disore hari yakni puja tri sandya ini salah satu penerapan yang sangat luar biasa pada anak. Pendidikan dari nilai hidup lebih penting ketimbang nilai di atas kerta atau diatas rapot. Kita patut sebagi pulic menilai sisi new normal pendidikan yang masih di rumah saja dari sisi yang berbeda. Jika hanya nyaman pada zona yang monoton maka menjadikan generasi bernas ini terkungkung dan kurang kreatif serta inovatif maka peranan keluarga penting untuk merepakan Hi order Thinking SKiil dalam ajaran agama didasarkan pada Darsana yaitu mencari pengetahuan kebenaran dengan sudut pandang yang saling berbeda satu dengan lain.

Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan kembali untuk dipilah terlebih dahulu dan dipilih solusinya sesuai kepentingan di dalam dunia pendidikan antara lain  (1) Bangun suasana belajar bersama di dalam keluarga bahwa orang tua mau mendengarkan keluh kesah anak dalam belajar dan diberikan materi ajar dari sekolahnya secara online (2)Tingkatkan Sradha dan bhakti serta mulat sarira didalam Keluarga dan selalu melaksanakan metode HOTS (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan belajar konkret (nyata) mengenai hidup daripada konsep yang tinggi, (5) Lihatlah peluang kerja dan belajar untuk bisa survive hidup dalam keluarga ditengah wabah covid-19 ini.


Thursday, May 14, 2020

Implikasi Pasraman Keluarga terhadap Pendidikan berbasis Online ditengah Pandemi Covid-19


Implikasi Pasraman Keluarga terhadap Pendidikan berbasis Online ditengah Pandemi Covid-19

Pandemi covid-19 sangat memberikan dampak serius bagi perkembangan dalam dunia pendidikan. Sudah 2 bulan pelajar di Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya belajar dari rumah. Anak mulai rindu akan sosialisasi dengan sahabat – sahabatnya di sekolah. Anak mulai merasa orang tua lebih galak mengajarkannya dirumah ketimbang gurunya di sekolah. Anak lebih menginginkan sekolah biasa dibandingkan harus terus tetap dirumah saja saat belajar. Ini sekilas curhatan anak – anak di lingkungan Sekolah Dasar Swasta dan Negeri yang ditemui penulis. Hal, yang berbeda nampak dilingkungan Kampus. Dari Pandemi Covid -19 ini mahasiswa yang berada pada lintas Kabupaten yang kuliah di tengah Kota Denpasar merasa bersyukur dengan Pandemi ini. Mahasiswa dapat kuliah jarak jauh dari kampungnya masing – masing, dapat mengerjakan aktivitas sampingan dirumahnya masing – masing sehingga pengeluarannya dapat diminimalisir. Soroti sekarang orang tua Pelajar dari PG hingga Sekolah Menengah, Atas pun juga Perguruan Tinggi. Dari sekian banyaknya orang tua pelajar dirasa tingkat kesadaran mengenai pendidikan anak masih dirasa sekedar saja, karena orang tua juga disibukkan dengan pekerjaan mereka yang menuntut pada bekal survive saat pandemic covid-19 ini. Hal ini urgent mengenai plus – minusnya sekolah di rumah. Siapa yang perlu mengambil peran dalam hal ini ?, Masihkan Keluarga menjadi sangat penting sekali ketimbang sekolah formal?, Bagaimanakah Orang tua mampu memanagament anak supaya merasa dekat secara emosional dan psikisnya terjaga membahas konsep secara praktis pelajaran sekolah di rumah ?, mari Pawacen laca – laca saka siki (hitung – hitung satu persatu) mulai buka lensa pasraman yang wadahnya jiwa pendidikan Hindu.
Lensa Pasraman Keluarga Hindu, secara sosiologis pendidikan memang dimulai dari dalam keluarga. Terjalinnya Komunikasi juga berada dalam keluargan dari Ayah, Ibu dan Anak. Ketiga status dalam keluarga ini sering disebut Keluarga Batih (Inti). Komunikasi dan interaksi terlebih dahulu dijalin kata para pakar sosiolog. Dalam Lontar Beberatan Wong Beling , Lontar Sisya Sasana, Lontar Putra Sasana, Sarasamuscaya maupun Kitab Pancama Weda (Bhawagadgita) ajaran mengenai pendidikan dalam keluarga ini sangat dijelaskan jika memang umat hindu melek dengan sastra dresta (demen mamaca/suka membaca). Wadah pendidikan hindu sering diistilahkan Pasraman atau asram, Pasraman adalah tempat berdinamika dan berproses dalam mendewasakan diri dengan adaftasi lingkungan. Pasraman sering disebut juga pradaban belajar salah satunya. Bahkan mendalamnya jika dianalisis sepanjang manusia dalam proses belajar adalah pasraman. Lalu dimana itu pasraman ??. “Everything is Pasraman “ selama ada proses belajar. Karena dalam pembelajaran di tingkat PG maupun Kuliah tidak ada lagi istilah mentuankan yang lebih bisa tapi belajar bersama (study together). Kurikulum pasraman hanyalah syarat administrative dari praktis pendidikan. Pendidikan dalam pasraman sesungguhnya menempa pribadi dari variatif karakter anak yang dimiliki sejak dalam kandungan menurut Lontar Beberatan Wong Beling.
Back to Pasraman Keluarga, Pasraman Keluarga sangat penting dimengerti dan diayomi sebagai wahana pertama dan utama dalam perkembangan anak didik. Punya anak lebih dari satu jadi pengajaran dan pembelajaran dari pendamping yakni orang tua terhadap anak. Punya anak lebih dari satu dengan varietas sifanya berbeda – beda bakatnya berbeda beda, hindari orang tua memilih satu model bimbingan ke anak yang berbeda kebutuhannya. Anak kurang mampu di satu sector praktis pelajaran di rumah, tidak harus dipaksa. Itu yang kadang menyebabkan anak menjadi stress, bahkan boring dengan orang tuanya yang terlalu memaksa belajar. “Pendidikan membawa kebebasan bukan mengikat” sabda dari Maha Rsi Parasurama kepada Karna sama halnya bapak menteri pendidikan dan kebudayan menerappkan budaya belajar merdeka atau merdeka belajar. Sang Meraga Tri Kasinanggah Guru (Guru Rupaka/Orang Tua, Guru Pengajian/Guru disekolah dan Guru Wisesa/Pemerintah) tidak serta merta menerapkan role model namun mengesampingkan Kebebasan Humanitas Personal. “Ibarat filsafat Ikan yang sudah biasa di dalam air di paksa untuk memanjat pohon”  ucapan yang dikutip dari Kedutaan Firlandia yang mengkritisi kebijakan UNESCO dalam menerapkan model Pendidikan Internasional.
Pasraman Keluarga ditengah covid-19 ini sangat penting dan menjadi preoritas anak membangun kedekatan dengan orang tuanya. Mendidik anak untuk mebantu orang tua dalam pekerjaan rumahnya. Dan orang tua juga mengerti dengan sikap anaknya sehari – hari tidak serta merta terus menyalahkan sekolah formal saja. Anaknya baru dibentak oleh salah satu oknum gurunya di sekolah negeri maupu swasta lalu orang tua mengadu ke pihak ke polisian. Gurunya kemudian dipenjara. Fenomena ini marak terjadi. Maka dari pandemic covid -19 ini orang tua diajak mulat sarira tidak serta merta pendidikan secara penuh diserahkan di sekolah, dirumah sangat lebih penting kemudian. Sesibuk apapun orang tua dalam merawat anaknya dalam kitab Sarasamuscaya dijelaskan Annadata, Pranadatta, Sarirakertam ini tugas orang tua dalam memanusiakan anaknya. Memanusiakan maksudnya mengarahkan dalam peningkatan pendewasaan,  
          Mengenai Pembelajaran Online yang terus dilakukan oleh pihak sekolah formal sampai detik ini yang melibatkan aktivitas anak dan pendampingan orang tua juga perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan. Karena pembelajaran online di kawasan yang dibilang “kota” mungkin sangat relevan diterapkan namun didaerah “pedesaan” maupu terisolir, bagaimana kemudian pembelajaran dari guru yang mengajar di tempat itu menerapkannya, sedangkan anak saja belum punya gadget atau Hp Android, karena status orang tuanya juga hanya pekerjaannya harian lepas dan berada pada stratifikasi masyarakat golongan menengah ke bawah. Mencukupi dan survive untuk ekonomi saja sudah berat apalagi membelikan HP atau gadget anak, dan aopakah yakin akan terawasi juga??, sedangakan orang tuanya sibuk mencari pekerjaan untuk kebutuhan keluarganya. Solusi ini perlu dipikirkan ditengah Pandemi Covid -19 ini.
Dampak positif dan negative yang disebabkan dari pasraman keluarga ini ssangat banyak seperti pemaparan diatas, namun siapa yang perlu disalahakan?, tidak perlu menyalahkan siapapun karena dalam hal ini yang paling penting adalah penyesuaian dan bertahan untuk pendidikan anak dan hidup sehari – hari perlu diseimbangkan. Mari terus jaga Sradha dan Bhakti, Jemetang Mekarya Ayu (serius dalam bekerja baik) dan terus membaca peluang kesempatan belajar dan bekerja dari rumah. Bangun kesadaran orang tua dan anak bahwa dalam keluarga bisa mengatasi masalah pembelajaran online ditengah pandemi covid-19 ini. Lebih sering – sering ke Merajan, Sanggah Kemulan atau Kawitan untuk sebagai sarana secara religiustitas mengatasi covid-19 ini karena tanpa berdoa usaha hanya sia – sia saja.
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan kembali untuk dipilah terlebih dahulu dan dipilih solusi berikut yang prioritas mengahadapi tantangan implikasi pasraman keluarga hindu ditengah wabah pandemi covid 19 ini adalah (1) Bangun suasana belajar bersama di dalam keluarga bahwa orang tua mau mendengarkan keluh kesah anak dalam belajar dan diberikan materi ajar dari sekolahnya secara online (2)Tingkatkan Sradha dan bhakti serta mulat sarira didalam Keluarga (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Lihatlah peluang kerja dan belajar untuk bisa survive hidup dalam keluarga ditengah wabah covid-19 ini. (6) Seluruh steakholder dalam keluarga dituntun untuk berpikir kreatif untuk menyeimbangkan antara bertahan sehat dari sisi kesehatan  dan bertahan makan dari sisi ekonomi. (7) Apabila anak - anak tidak punya hp android saat mengakses pembelajaran online alternatifnya adalah orang tuanya mendidik anaknya sesuai amateri yang disampikan gurunya secara online dalam bentuk praktek keseharian. (8) Yad bhawan tad bhawati lakukanlan dalam keluarga berpikir selalu positif, jika selalu berpikir positif niscaya kesehatan dapat terjaga ekonomipun tetap dalam keseimbangan. Karena dalam Sradha Hindu apapun yang dipikirkan maka itulah yang terjadi.


Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...