Wednesday, March 22, 2017

Peranan Generasi Muda Hindu dalam melestarikan susatra hindu

DHARMA WACANA
IHDN DENPASAR TAHUN 2014

“Om Swastyastu”
Pertama - tama saya ucapkan terima kasih kepada pembawa acara, atas kesempatan yang diberikan kepada saya, guna untuk  menyampaikan, beberapa patah kata pada hari yang berbahagia ini. Namun sebelum lanjut, marilah kita memanjatkan sembah bhakti  kehadapan Tuhan yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas anugrahnya, kita dapat berkumpul bersama - sama dalam keadan sehat, damai, dan sejahtera.
“OM ANOBHADRAH KRATAWO YANTU WISWATAH”                                                  Semoga pikiran yang baik datang dari segala arah penjuru
-          Yang terhormat Bapak dewan juri lomba dharma wacana tingkat IHDN Denpasar
-          Yang saya hormati peserta lomba Dharma Wacana tahun 2014
-          Dan para hadirin utamanya umat sedharma yang saya cintai.
Umat sedharma yang yang berbahagia, adapun inti sari ajaran suci agama hindu yang saya akan berikan pada kesempatan kali ini mengenai Peranan Generasi Muda Hindu dalam melestarikan Susastra Hindu”.
Umat sedharma yang saya cintai, pada saat saya memberikan dharma wacana, adapun sistematika yang saya akan sampaikan pada kesempatan yang baik ini diantaranya :
1.      Apa yang melatarbelakangi saya memberikan dharma wacana ini?
2.      Apakah definisi dari Susastra Hindu tersebut?
3.      Bagaimana peranan generasi muda dalam melestarikan Susastra hindu?
Umat Sedharma yang saya muliakan  khususnya kaum pemuda hindhu, kita semua tahu dan sadar bahwa manusia merupakan mahluk  yang paling tertinggi dan paling mulia diantara mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Hal ini tidak terlepas dari hakekat manusia yang memiliki kekuatan yang maha dasyatnya dari Sang Pencipta yaitu Tri Pramana diantaranya Bayu (kekuatan), Sabda (berbicara) dan Idep (pikiran). Kekuatan idep yang dimiliki oleh manusia mengahantarkan dirinya untuk mampu membedakan benar dan salah pada kehidupan ini dan kekuatan idep mampu membedakan jati diri manusia dari mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Di dalam Sarasamuscaya Sloka 4 menyatakan ;
“Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkan, wenang ye tumulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika”.
Artinya : Menjelma menjadi manusia sangatlah utama, sebab demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara itu, dengan jalan berbuat baik;, demikianlah keuntungan menjelma menjadi manusia
Umat sedharma yang saya cintai, meninjau kutipan Sarasamuscaya sloka tersebut maka bersyukurlah kita menjelma menjadi manusia ke dunia yang dapat memperbaiki diri dengan jalan berkarma yang baik, jadikan kesempatan ini sebagai momentum yang tepat untuk membenahi viveka jnana kita sebagai manusia khususnya sebagai kaum  generasi muda Hindu.
 Umat sedharama yang berbahagia, Dalam arus perkembangan zaman globalisasi yang semakin progresnya mengalami perubahan, membuat kaum generasi muda hanyud akan perkembangan zaman, lihat dan simaklah fenomena generasi muda yang sudah mengalami degradasi moral, baik yang disebabkan karena pengaruh lingkungan maupun yang disebabkan karena kemauan dalam diri manusianya, mental generasi muda saat ini mengalami penurunan. Banyaknya penyimpang - penyimpangan social yang melibatkan generasi muda hindu diantaranya : narkoba, minum - minuman keras, trek - trekan di jalan, seks bebas, aborsi, dan lain sebagainya.
Bisa kita pikir sebagai kaum intelektual muda hindu kalau generasi muda terkena terus penyimpangan demikian, maka secara tidak langsung generasi muda tidak menyayangi dirinya sendiri (stula sarira), bahkan mengorbankan kesempatannya menjelma ke dunia dengan sia - sia. Oleh karena itu ajaran suci agam hindu hadir dan perlu kita jaga bersama, karena ajaran suci agama hindu sebagai pondasi kita sebagai manusia berbuat.
Umat sedharma yang saya cintai, khususnya kaum pemuda hindu, dari fenomena tersebut, ajaran - ajaran suci agama hindu perlu kaum pemuda pelajari dan diimplementasikan salah satunya yang sering disebut Susastra Hindu.
 Susastra Hindu kalau dikaji dari etemologis katanya yaitu terdiri dari kata su dan sastra, su yang berarti  baik, benar, mulia, dll, dan sastra yang berarti  sebuah karya yang maha agung dari seorang yang memiliki kedudukan suci, jadi susatra artinya  sebuah karya yang maha agung dari seorang yang memiliki kedudukan suci yang di dalamnya memuat nilai - nilai etika, moral, estetika, tattwa, yang dijadikan pondasi berprilaku manusia atau dengan kata lain “suluh ikang prabha”, banyak sekali sustra – susatra yang ada bisa dipelajari kaum generasi muda misalnya ithiasa, mahabrata, purana, dan lain sebagainya.
Umat sedhrama yang berbahagia, semua susatra tersebut dipersonifikasikan sebagai ilmu pengetahuan yang sangat cantik seperti Sang Hyang Aji Saraswati, pemujaan saraswati sebelum mempelajari susastra sangatlah penting untuk membangkitkan kekuatan inerpower dalam diri terutama kaum generasi muda hindu. Etika dalam pemujaan saraswati dapat mempergunakan sumber Regveda VI.61.1 yaitu
“Om Pra no dewi saraswati, vajebir vajinivati, dhinam avinyavatu.” 
Yang bermakana agar Sang Hyang Aji Saraswati dapat menganugrahkan ilmu pengetahuannya.                     
Umat sedharma yang saya muliakan, sebagai kaum generasi muda seyoyanya mampu melestarika susastra - susastra hindu yang telah diwariskan hingga saat ini oleh para leluhur kita dengan cara diantaranya : melaksanakan redic propaganda movement, mengadakan utshawa dharma gita, melaksanakan lomba nyurat lontar, menyelenggarakan lomba saat ini yaitu lomba dharma wacana sebagai kaum intelektual muda hindu, melestarikan susatra dari belajar pedalangan, petopengan dll.
Umat sedharma yang berbahagia, kalau disimpulkan dharma wacana saya diantaranya :
1.      Banyak fenomena menyimpang yang dialami generasi muda hindu yang dapat diatasi dengan adanya susatra
2.      Susatra adalah karya yang maha dasyatnya yang memiliki nilai - nilai moral, etika dan lain sebagainya
3.       Kaum generasi muda hindu dapat melestarikan susatra melalui ajang utshawa dharma gita, utshawa dharma, wacana, petopengan, pedalangan dan lain - lain
Umat sedarma yang saya hormati demikian dharma wacana yang dapat aya sampaikan apabila dalam penyampaian ada yang kuarang berkenan saya mohon maaf akhir kata saya tutup dengan Parama Santih,
OM Santih , Santih, Santih, OM” 
 

 
            



No comments:

Post a Comment

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...