DHARMA
WACANA
IHDN
DENPASAR TAHUN 2014
“Om
Swastyastu”
Pertama
- tama saya ucapkan terima kasih kepada pembawa acara, atas kesempatan yang
diberikan kepada saya, guna untuk menyampaikan,
beberapa patah kata pada hari yang berbahagia ini. Namun sebelum lanjut,
marilah kita memanjatkan sembah bhakti kehadapan Tuhan yang Maha Esa / Ida Sang
Hyang Widi Wasa karena atas anugrahnya, kita dapat berkumpul bersama - sama
dalam keadan sehat, damai, dan sejahtera.
“OM ANOBHADRAH KRATAWO YANTU WISWATAH” Semoga pikiran yang baik datang
dari segala arah penjuru
-
Yang terhormat Bapak dewan juri lomba
dharma wacana tingkat IHDN Denpasar
-
Yang saya hormati peserta lomba Dharma
Wacana tahun 2014
-
Dan para hadirin utamanya umat sedharma
yang saya cintai.
Umat
sedharma yang yang berbahagia, adapun inti sari ajaran suci agama hindu yang
saya akan berikan pada kesempatan kali ini mengenai “ Peranan Generasi Muda Hindu
dalam melestarikan Susastra Hindu”.
Umat
sedharma yang saya cintai, pada saat saya memberikan dharma wacana, adapun
sistematika yang saya akan sampaikan pada kesempatan yang baik ini diantaranya
:
1. Apa
yang melatarbelakangi saya memberikan dharma wacana ini?
2. Apakah
definisi dari Susastra Hindu tersebut?
3. Bagaimana
peranan generasi muda dalam melestarikan Susastra hindu?
Umat
Sedharma yang saya muliakan khususnya
kaum pemuda hindhu, kita semua tahu dan sadar bahwa manusia merupakan
mahluk yang paling tertinggi dan paling
mulia diantara mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Hal ini tidak terlepas dari
hakekat manusia yang memiliki kekuatan yang maha dasyatnya dari Sang Pencipta
yaitu Tri Pramana diantaranya Bayu (kekuatan), Sabda (berbicara) dan Idep
(pikiran). Kekuatan idep yang dimiliki oleh manusia mengahantarkan dirinya
untuk mampu membedakan benar dan salah pada kehidupan ini dan kekuatan idep
mampu membedakan jati diri manusia dari mahluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Di
dalam Sarasamuscaya Sloka 4 menyatakan ;
“Apan iking dadi wwang,
uttama juga ya, nimittaning mangkan, wenang ye tumulung awaknya sangkeng
sangsara, makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika”.
Artinya
: Menjelma menjadi manusia sangatlah utama, sebab demikian, karena ia dapat
menolong dirinya dari keadaan sengsara itu, dengan jalan berbuat baik;,
demikianlah keuntungan menjelma menjadi manusia
Umat
sedharma yang saya cintai, meninjau kutipan Sarasamuscaya sloka tersebut maka
bersyukurlah kita menjelma menjadi manusia ke dunia yang dapat memperbaiki diri
dengan jalan berkarma yang baik, jadikan kesempatan ini sebagai momentum yang
tepat untuk membenahi viveka jnana kita sebagai manusia khususnya sebagai
kaum generasi muda Hindu.
Umat sedharama yang berbahagia, Dalam arus
perkembangan zaman globalisasi yang semakin progresnya mengalami perubahan,
membuat kaum generasi muda hanyud akan perkembangan zaman, lihat dan simaklah
fenomena generasi muda yang sudah mengalami degradasi moral, baik yang
disebabkan karena pengaruh lingkungan maupun yang disebabkan karena kemauan
dalam diri manusianya, mental generasi muda saat ini mengalami penurunan.
Banyaknya penyimpang - penyimpangan social yang melibatkan generasi muda hindu
diantaranya : narkoba, minum - minuman keras, trek - trekan di jalan, seks
bebas, aborsi, dan lain sebagainya.
Bisa
kita pikir sebagai kaum intelektual muda hindu kalau generasi muda terkena
terus penyimpangan demikian, maka secara tidak langsung generasi muda tidak
menyayangi dirinya sendiri (stula sarira), bahkan mengorbankan kesempatannya
menjelma ke dunia dengan sia - sia. Oleh karena itu ajaran suci agam hindu
hadir dan perlu kita jaga bersama, karena ajaran suci agama hindu sebagai
pondasi kita sebagai manusia berbuat.
Umat
sedharma yang saya cintai, khususnya kaum pemuda hindu, dari fenomena tersebut,
ajaran - ajaran suci agama hindu perlu kaum pemuda pelajari dan
diimplementasikan salah satunya yang sering disebut Susastra Hindu.
Susastra Hindu kalau dikaji dari etemologis
katanya yaitu terdiri dari kata su dan sastra, su yang berarti baik, benar, mulia, dll, dan sastra yang
berarti sebuah karya yang maha agung
dari seorang yang memiliki kedudukan suci, jadi susatra artinya sebuah karya yang maha agung dari seorang yang
memiliki kedudukan suci yang di dalamnya memuat nilai - nilai etika, moral, estetika,
tattwa, yang dijadikan pondasi berprilaku manusia atau dengan kata lain “suluh
ikang prabha”, banyak sekali sustra – susatra yang ada bisa dipelajari kaum
generasi muda misalnya ithiasa, mahabrata, purana, dan lain sebagainya.
Umat
sedhrama yang berbahagia, semua susatra tersebut dipersonifikasikan sebagai
ilmu pengetahuan yang sangat cantik seperti Sang Hyang Aji Saraswati, pemujaan
saraswati sebelum mempelajari susastra sangatlah penting untuk membangkitkan
kekuatan inerpower dalam diri terutama kaum generasi muda hindu. Etika dalam
pemujaan saraswati dapat mempergunakan sumber Regveda VI.61.1 yaitu
“Om Pra no dewi
saraswati, vajebir vajinivati, dhinam avinyavatu.”
Yang
bermakana agar Sang Hyang Aji Saraswati dapat menganugrahkan ilmu pengetahuannya.
Umat
sedharma yang saya muliakan, sebagai kaum generasi muda seyoyanya mampu
melestarika susastra - susastra hindu yang telah diwariskan hingga saat ini
oleh para leluhur kita dengan cara diantaranya : melaksanakan redic propaganda
movement, mengadakan utshawa dharma gita, melaksanakan lomba nyurat lontar,
menyelenggarakan lomba saat ini yaitu lomba dharma wacana sebagai kaum
intelektual muda hindu, melestarikan susatra dari belajar pedalangan, petopengan dll.
Umat
sedharma yang berbahagia, kalau disimpulkan dharma wacana saya diantaranya :
1. Banyak
fenomena menyimpang yang dialami generasi muda hindu yang dapat diatasi dengan
adanya susatra
2. Susatra
adalah karya yang maha dasyatnya yang memiliki nilai - nilai moral, etika dan
lain sebagainya
3. Kaum generasi muda hindu dapat melestarikan
susatra melalui ajang utshawa dharma gita, utshawa dharma, wacana, petopengan,
pedalangan dan lain - lain
Umat
sedarma yang saya hormati demikian dharma wacana yang dapat aya sampaikan
apabila dalam penyampaian ada yang kuarang berkenan saya mohon maaf akhir kata
saya tutup dengan Parama Santih, “
OM Santih , Santih, Santih, OM”
No comments:
Post a Comment