Friday, April 10, 2020

Taji Pendidikan SOCA 2020 Di Era Nyepi Milenial


Taji Pendidikan SOCA 2020
Di Era Nyepi Milenial

      Era Industri 4.0 sangat berpengaruh dalam dunia usaha. Tidak hanya usaha yang beroperasi secara lokal namun berefek samping pada usaha nasional maupun internasional. Begitupula halnya usaha membangun intelektual, emosional, dan spiritual sangat dipengaruhi oleh teknologi yang kian cepat kian actual dan kian kadang membuat menyusut dunia karakte manusianya. Usaha membangun peradaban intelektual dan spiritual jelas bertitik tolak pada dunia pendidikan. Pendidikan menjadi kunci utama dari setiap peserta didiknya untuk mampu berdinamika di lingkungan termpat pergaulannya. Dalam dunia pendidikan, Teknologi hanya mampu mengefisiensikan cara kerja di lingkungan pendidikan namun membentuk karakter peserta didik guru tidak akan bisa digantikan oleh kemajuan teknologi apapun. Di Satu sisi pendidikan agama hindu hanya sekedar menjelaskan dan penghafalan tanpa realisasi yang konkreat. Ketajaman prilaku dan keutuhan dalam bertindak dalam ajaran agama disebutkan Tri Kaya Parisudha, dimana pikiran, ucapan dan langkah menyatu oleh Kala (Waktu). Ajaran Tri Kaya Parisudha sudah dilakukan bahkan oleh orang Western namun kita yang memilikinya hanya sekedar hafalan dan tanpa penghayatan yang lebih, jadi taji pembelajaran agama hindu agak rapuh?.
          Taji dalam istilah Bali sering identikan dengan tajen atau kalangan sabung ayam. Namun taji yang dimaksud dalam untaian saripati narasi ini adalah Taji kehidupan. Taji juga dikorelasikan sebagai alat penyambung atau alat sinkronisasi untuk mengasah kemampuan (skill) bahkan style. Semakin tajam taji maka akan semakin berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, istilah bali (sesonggan) menyatakan bahwa “sepuntul-puntul besine yen sangih bakal dadi mangan”  maksdnya adalah setiap umat manusia memiliki kemampuan, Ketajaman pikiran / kecerdasan hanya bedanya adalah mau mengasah diri atau tidak?, maukah belajar atau tidak?. Taji kehidupan atau kematangan dan ketajaman dalam kehidupan hanya bisa diperoleh dari pengalaman pembelajaran hidup. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Begitu halnya Taji hidup harus selalu diasah agar menjadi tajam apabila sudah tajam maka akan berguna untuk hal yang positif. Kadang banyak kita liat fenomena di lingkungan masyarat, seseorang  atau oknum yang sudah kaya akan kepintaran, kaya akan gelar sampai S3 bahkan Profesor dan sebagai public figure kaya akan materi. Mengapa bisa Attitudenya (sikapnya) abmoral?, maka disini peran pembelajaran agama hindu dalam bentuk aplikasi nyata (kontekstual Learning), Learn to know, Learn, To be, Learn to by Procces.
          Sinkronisasi pembelajaran Agama Hindu sangat bergantung pada Tripitama (tiga pilar utama) yaitu Tattwa, Susila dan Acara. Memasuki tahun kembar 2020 perayaan Tripitama dikristalisasi dalam bentuk Sepi, Sipeng atau Sunia melalui hari suci nyepi caka 1922. Nyepi menjadi identik dalam ajaran agama hindu karena diakui secara nasional sebagai hari suci besar umat hindu di Nusantara. Nyepi menjadi pegangan pokok bagi umat hindu untuk mengendalikan Sad Rasa yang ada dalam diri personalnya. Nyepi di industry 4.0 atau dalam era Zaman milenial ini perlu dikaji dan ditilik kembali, bahwa nyepi bukan hanya ajang adu gengsi, adu perayaan heboh, adu prestise maupun adu gaya semata. Tetapi memang perayaan suci nyepi dijadikan bahan kontemplasi diri untuk menjadi insan manusia yang tersadarkan dari perdabaan android ini yang semakin maju. Pembelajaran terhadap perayaan nyepi akan semakin mantap apabila memang didasari atas keikhlasan dan menepati Catur Bratha Penyepian, maka akan yakin Nyepi memiliki Taji (ketajaman) pola piker kedepannya. Sepi bukan berarti tidak berisi kemampuan namun sepi bisa mencari ide dan gagasan baru dalam bertindak. Serta menjadi berguna dalam memanfaatkan Teknologi yang ada sebagai dasar peletakan karakter bangsa yang maju.
Catur Bratha penyepian bukan hanya sekedar hafalan namun lakukanlah. Amati Geni (Mengendalikan Api dalam diri dan di luar diri), Amati Karya (Mengendalikan diri dari perbuatan yang negative ke positif), Amati lelungan (Pengendalian Diri ke dalam untuk pergi merenung), Amati Lelanguan (Cara menjaga kestabilan tubuh dari pola makan dan kesehatan). Namun diantara keempat Catur Bratha Penyepian di era milenial ini tidak bisa dilepaskan oleh HP pemutusan paket internet dan jaringan android adalah salah satu Amati Internet dan Amati Paket yang justru diterapkan lebih maksimal. Karena HP bukan sekedar keinginan tapi sudah menjadi kebutuhan dan semakin membuat manusia menggila dan menghamba karena teknologi. Penggunaan pembelajaran yang tepat untuk pendekatan di hari suci nyepi adalah pembelajaran berbasi SOCA. Pemaknaan secara Etimologis kata Soca di Bahasa Sansekerta memiliki pengertian Permata. Pembelajaran Soca sasaran utamannya adalah peserta didik yang ditempa agar menjadi permata bagi lingkungan keluarga, pergaulan dan masyarakat bahkan Permata (SOCA) regenerasi ini bisa mendapatkan skill dari dunia pendidikan untuk bertahan hidup (Survival) dalam pendidikan konsep Surivival terlah diajarkan namun metode konkreat ketika persaingan kemampuan tak terbatas ini tidak pernah disentuh dalam dunia pendidikan hindu.
Catur Bratha Penyepian jika dikorelasikan dengan pendidikan pembelajran Soca sangatlah relevan. Karena pembelajaran soca menekankan S yang pertama Skill (kemampuan mengolah diri), O yakni optimis, C yaitu Cerdas dan Cekatan dalam mengambil keputusan dan A yaitu selalu Amati Personal maksudnya membangun kesadaran pribadi postif. Dengan Pendekatan Pembelajaran Soca Nyepi dapat terasa harmonis tidak hanya Amati Geni hingga amati internet namun juga Amati Personal untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun caka 1922 di tahun kembar 2020.     
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan Era Nyepi Milenial dengan pendekatan Taji Pembelajaran SOCA adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat melalui Catur Bratha penyepian hingga Amati Personal (penyadaran diri), (2) Belajar Inovatif memalui Sarwagatah Widya (everythings is scince), (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai dasar dalam membentuk SOCA (permata) di hari suci sipeng.  (6) Laksanakan Taji Pembelajaran Soca sebagai dasar penyepian yang harmonis dan steril dari dunia awidya. (7) Jadikan Nyepi sebagai momentum dan monument bersejarah dalam diri untuk mengasah Taji Kehidupan ini. (8) Estafet pembelajaran dari Sosioandragogik dan sarwabwogatah guru perlu terus ditingkatkan.            

Polemik Pendidikan Hindu ditengah Wabah Pandemi Covid-19

Polemik Pendidikan Hindu
ditengah Wabah Pandemi Covid-19

 Era kekinian dan kedisinian dalam dunia kesehatan membawa dampak yang maha dasyat pada sektor – sektor yang ada di dunia terlebih khususnya di Indonesia. Baik dalam sistem pemerintahan, sistem politik, ekonomi, budaya, teknologi maupun pendidikan. Akhir - akhir ini banyak sosmed dibanjiri oleh pemberitaan wabah yang menular yaitu wabah pandemi covid-19 atau lebih dikenal dengan istilah virus corona. Dunia pendidikan pun ikut mengalami polemik karena wabah virus corona ini. Semua peserta didik dirumahkan atau belajar dari rumah. Permasalahan pendidikanpun muncul satu – persatu ditengah hantaman keras virus corona yang ada. Permasalahan guru dan tenaga kependidikan harus berusaha bekerja dari rumah baik halnya guru dan tenaga pendidikan yang ada pada instansi  sekolah Negeri maupun Swasta dari tingkat PG (Play Group) hingga Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggipun Tenaga Pendidikan menjalankan swadharmanya dari rumah masing – masing. Dari tingkat PG hingga perguruan tinggi memiliki permasalahan yang bervariasi.
Masalah yang bervariasi itu dimulai dari terbatasnya tatap muka antara pendidik dengan peserta didik, kurangnya SDM beberapa guru yang masih gaptek terhadap mengoprasikan computer maupun HP androidnya, ketika peserta didik dikirimkan video maupun soal berbasis online pendampingan orang tua dalam mendampingi anak – anaknya menjawab soal maupun belajar online kurang, karena orang tua siswa juga memiliki kesibukan yang lain. Keterbatasan dan belum canggihnya orang tua siswa juga dalam mengakses teknologi berbasis online yang diberikan oleh guru dari sekolah. Apalagi kita menyoroti guru yang tidak sama sekali mengenal teknologi, sudahlah ada istilah PR lagi bagi anak – anak didik. Dalam hal ini Tri Sentral pendidikan seakan tidak beroperasi maksimal akibat virus corona ini. Tapi di satu sisi virus corona ini mengajarkan kepada semua komponen untuk belajar mengenai system belajar online bersama, mengajarkan kepada anak didik arti dari sebuah kemandirian belajar dan merdeka belajar, memberikan penyadaran kepada orang tua siswa akan pentingnya pendidikan bagi anaknya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa virus corona ini sangatlah berbahaya, apabila kita tidak melaksanakan pencegahan secara intensif maka wabah virus corona ini akan terus menular, maka perlu diadakan pengawasan untuk anak – anak dari orang tua untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih, sering mencuci tangan dan selalu makan makanan yang sehat. Proses belajar lebih ditekankan pada proses mejaga pola hidup sehat dari virus corona. Kemendikbud menjelaskan juga agar selalu menerapkan pola sosialisasi jarak jauh. Oleh karenanya kemendikbud menekankan pola hidup sehat. Namun dari 800 ribu anak didik apakah semua sudah menyerap informasi ini ? dan dapat memahaminya?. Jika melihat tolok ukur dari Sabang sampai Merauke.
Peranan Pendidikan Agama Hindu yang kental dengan basic Tripitama (tiga pilar utama) dan Tri Hita Karana sangatlah memiliki pengaruh dalam dunia pendidikan yang terkena dampak corona saat ini. Tiga pilar utama ini antara lain Tattwa (Pengetahuan dalam pendidikan), Susila (Penerapan dalam pendidikan), dan Acara (Daya Kreatifitas dalam pendidikan). Ketiga pilar ini tidak menyurutkan niat siswa untuk belajar dan niat guru untuk mengajar dan belajar. Sehinnga sistem komunikasi antara guru dan siswa terus terjalin secara efektif. Dan realisasi dari Tripitama ini yaitu Tri Hita Karana yang memiliki substansi makna keseimbangan dan keharmonisan. Dalam memandang virus corona ini harus ada kesimbangan antara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), Adanya komunikasi yang solid antara Manusia dengan sesama manusia, dan Adanya hubungan yang selalu padu antara manusia dengan Alam (Palemahan) /Pertiwi. 
 Wabah virus corona yang sudah ada di Bali membuat sekolah negeri maupun swasta mencari solusi kreatif agar anak – anak didiknya selalu dapat pembelajaran dan pengajaran. Terutama Pendidik Hindu yang menekankan selain pembelajaran juga menyelipkan pendidikan karakter kepada anak didik. Karena menjadi guru agama hindu, dosen pendidik hindu, penyuluh agama hindu yang melaksanakan pendidikan di lingkungan sekolah dasar hingga di masyarakat perlu memiliki strategi jitu dalam melawan wabah Covid 19 ini agar stabilisasi ekonomi, stabilisasi pengajaran dalam lingkungan pendidikan dapat terjaga dengan tetap memperhatikan arahan – arahan dari pemerintah Provinsi Bali. Bagi pendidik hindu apalagi ditambah anjuran dari kementerian pendidikan dan kebudayaan segala pembelajaran berbentuk online/daring (dalam jaringan).        
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan polemik pendidikan agama hindu ditengah wabah pandemic covid 19 ini adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat dari segi pembelajaran misalnya membuat soal dan kuis secara online lewat google form maupun quiziz kemudian kirimkan ke orang tua siswa, (2) Buatlah grup WA walikelas agar setiap guru bisa berkomunikasi dengan siswa dan orang tua bisa mempergunakan Zoom Meeting atau Teleconference, (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan dalam bertindakan terhadap kesehatan pribadi yang dimiliki, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki sebagai dasar dalam membentuk karakter yang beradab. 

Friday, April 3, 2020

Era Baru Pendidikan R3 dalam Dimensi New Sarwagatah Widya

Penulis : Candra Prawartana, M.Pd
Jenis Tulisan : Artikel
 Era Baru Pendidikan R3 dalam Dimensi
New Sarwagatah Widya

Peradaban pendidikan tidak bisa dilepaskan oleh pembaharuan, karena pembaharuan membawa perubahan. Sepanjang manusia belajar maka akan memunculkan perubahan. Yang menjadi pertanyaan menggelitik dan memantik publick kemudian. Apakah pembaharuan menghantarkan manusia pada perubahan yang maju, stagnan, atau mundur?. Peran dari steakholder pendidikan menjawab tantanga ini dari sudut dimensi yang sangat multikultur. Dalam hal pendidikan, pembelajaran jauh lebih gampang dibandingkan membangun caracther. Saking banyaknya peserta didik patut ditelusuri oleh pendidik satu persatu dari mereka yang sedang ditempa dan diproses. Era Baru pendidikan 2020 kembali dibuka dengan menekankan fleksibilitas, mudah, sederhana dan bermakna. Membawa pada paradigma bahwa siswa bukan hanya sekedar malpraktek pendidikan seperti “kerbau yang hanya dicucuk hidungnya”. 
Namun pendidikan era baru hadir demi sebuah kebebasan dalam berkreasi belajar dalam situasi apapun. Terkadang banyak pendidik hanya mengajarkan peserta didiknya dengan mengukur ukuran si pendidik tanpa melihat kondisi siswanya. Terkadang peserta didik lelah dijejali dari materi yang terlalu banyak belum lagi keinginan orang tuanya yang ingin anaknya mendapatkan juara kelas, menyebabkan peserta didik menjadi stress dalam belajar. Bukankah kesuksesan seseorang nantinya dewasa bukan hanya ditentukan oleh nilai yang tinggi?, bukan juga karena dapat Juara 1 terus?, atau mendapatkan nilai IPK cumlaude yang tinggi?. Banyak orang kaya lupa memahami arti kekayaan dari pendidikan yang digelutinya, banyak pula oknum Magister, Doktor bahkan Profesorpun kadang terlalu berambisi dengan jabatan di dunia pendidikan maupun diluar tapi tak sebanding dengan lakunya (karma).
Opsional yang diperbincangkan kemudian adalah kekayaan karena materi dalam dunia pendidikan atau kekayaan karena budhi pekerti. Ajaran tamtamisme dalam geguritan hindu bali telah mendidik secara tersirat  bahwa kesederhanaan dan merunduk seperti padi yang berisi (be humble) adalah cikal bakal membentuk manusia yang terididik secara emosional dan intelektualnya. Dalam sutra yang dibahas ditulisan ini, istilah R3 tidak hanya merujuk pada mobil ataupun Rong Tiga (Kemulan). Namun R3 yang dimaksud adalah peserta didik secara mandiri mampu mampu mengolah Rasio (tattwa), Rasa (susila) dan Raga (acara)  dalam kesatuan pandang Trilogi Pendidikan Hindu. Kesatuan pandang ini penting demi medapatkan anugrah suci secara Spiritual. Koneksi dari Rasio, Rasa dan Raga dengan S3 yakni (satyam, siwam dan sundaram) setiap pengetahuan yang dimiliki seyogyanya bersumber dari R3 dan S3. Penjelasan dari R3 dan S3 ini akan dibingkai dalan New Sarwagatah Widya.
New Sarwagatah Widya memiliki pengertian sumber belajar tidak hanya dari buku (sastra), catur guru maupun swahtah (pengalaman) namun sumber belajar muncul dari kombinasi kesemuannya dalam bentuk pembaharuan ilmu pengetahuan dari tempat dimanapun berada atau sering disebut Sarwabyoghatah Guru (semuanya adalah guru). Urgent sekali setiap pendidik (acarya) mengetahui ini karena belajar tidak hanya didalam kelas tetapi diluar kelas dengan experiment atau percobaan dan belajar dari kegagalan sebagai proses evaluasi. R3 yang terpenting dipelajari yakni pertama Rasio (pola berpikir/manana/ idep) karena belajar pola pikir ibarat belajar menciptakan hulu dalam tubuh manusia (bhuana alit). Jika hulunya bagus hilirnya pasti bisa menyerap semuanya. Sama seperti hulunya ditebang pepohonannya hilirnya pasti longsor. Kedua Rasa sama halnya dengan susila yaitu pola  belajar mengolah emosional diri mulai dari acarya (pendidiknya) belajar mengontrol emosi, jika ada siswa yang tidak mengindahkan perkataan gurunya maka guru tetap dalam kondisi yang stabil, jika bisa hindari perkataan acuh dengan siswa  dengan cara pendekatan humanisme. Yang ketiga Raga yakni setiap elemen jiwa memerlukan fisik yang sehat oleh karenanya dalam ajaran pendidikan hindu mengolah fisik melalui easy yoga (yoga sederhana). Era Baru pendidikan R3 akan bisa dicapai dengan gurunya sebagai suri teladan terlebih dahulu memberi contoh kemudian dibiaskan keapada muridnya.
Dimensi Sarwagatah Widya merujuk pada Satyam, Siwam dan Sundaram yaitu segala ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila berdasarkan atas dasar kebenaran bukan pembenaran, Siwam dengan kesucian minimal keikhlasan belajar tanpa adanya keikhlasan dalam belajar maka akan terjadi situasi belajar karena dipaksa bukan keinginan pribadi, dan sundaram bahwa belajar adalah bagian dari seni yang bisa dipelajari untuk menghaluskan kehidupan dalam bentuk dimensi makna tersirat. Pembaharuan ilmu pengetahuan sangat penting dan jika bisa selalulah membuka pengetahuan yang baru dalam setiap tindakan. Pelajari selalu bertindak sesuai ukuran pribadi masing – masing tanpa mencampuri urusan orang lain. Menjadi contoh lebih penting daripada meberi contoh kepada orang lain.
Jadi solusi yang ditawarkan dan bisa dijadikan pertimbangan untuk dipilah dan dipilih mengahadapi tantangan era baru pendidikan adalah (1) adakan perubahan dari setiap tindakan konkreat, (2) Belajar Inovatif memalui Sarwagatah Widya (everythings is scince), (3) Selalu pergunakan rasa dan rasio serta raga dalam mengambil keputusan, (4) prioritaskan kerja konkret (nyata) daripada konsep yang tinggi, (5) Menjadi mulia dari seni hidup lebih penting dari tingginya gelar yang dimiliki.   

             

Literasi Digital Versi Aplikasi Book Creator Hindu

            Literasi serasa sepi, karena kemampuan peserta didik dalam hobby membaca sebagai bagian dari literasi mulai menurun dari kurun w...